4 • Afraid

1.6K 189 0
                                    

"Selena, apa kau yakin Rose akan bahagia?" tanya Tere pada Selena yang sedang mengendap-ngendap tubuhnya di dalam kamar Rose yang remang-remang, akibat lampu kuning yang ber-watt kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selena, apa kau yakin Rose akan bahagia?" tanya Tere pada Selena yang sedang mengendap-ngendap tubuhnya di dalam kamar Rose yang remang-remang, akibat lampu kuning yang ber-watt kecil. Sedangkan, Rose masih terbawa alam mimpi.

"Shutt ... kau lebih baik kau diam. Carilah cepat buku diary milik Rose!" perintah Selena dengan membisikkan pada telinga Tere. Kini, mereka mulai mencari dengan teliti setiap sudut di ruangan kamar Rose. Dengan lampu senter kecil yang mereka bawa, dapat membantu mereka mencari sesuatu. Tere kini berpikir, bahwa suatu yang ia cari ada di bawah bantal milik Rose yang tiduri.

"Sel—apa bukunya ada di bawah itu?" tanya Tere menunjukkan tangannya kepada bantal milik Rose yang ditidurinya. Selena mengerutkan keningnya, kemudian dirinya tersenyum. Selena mengendapkan tubuhnya mendekati Rose yang tertidur nyenyak diikuti dengan Tere yang ada di belakangnya.

"Tere, sebaiknya kau alihkan pandangannya Rose. Alihkanlah ke samping sana!" perintah Selena menunjukkan tangan kepojok kasur Rose. Tere kini mulai mencari taktik untuk mengalihkan pandangan Rose. Selena menunggu Tere mempersiapkan taktik-nya. Good job! Dalam hitungan detik taktik Tere terlaksanakan. Akibatnya, Rose sudah menjauh dari bantal yang ia tadi tiduri. Dengan mode cepat, Selena mengambil diary yang terletak di bawah bantal Rose. Sekilas senyuman dan jantung yang berpacu cepat menyatu tak karuan. Kian, langkah kaki mereka berdua dengan cepat meninggalkan kamar Rose.

•••

'Rose, this poetry is good.'

'Roseanne Florencia, aku salut akan puisimu.'

'Puisimu punya makna yang berbeda disetiap puisinya. Aku kagum.'

Dia tak mengerti akan kata-kata mahasiswa yang ia lewati sedari tadi. Rose menatap heran, "Puisi? Mengapa mereka tau kalau diriku membuat puisi? Padahal, aku...." Dia mengingat sesuatu di benaknya.

Dia dengan mode secepat kilat lari pergi menemui sesuatu. Rose menghela napas panjang, setelah mendapatkan tujuannya. Kini, pemudi tersebut sampai di kantin umum kampusnya. Ia mengacuhkan perkataan orang tentangnya yang tiba-tiba mengagetkan para mahasiswa yang menikmati makanannya. "Hosh ... hosh, kau kemana aja sih? Daritadi aku cari kelas kalian tak ada," desis Rose. Lalu duduk didekat sahabatnya. Selena dan Tere ia tahu bahwa siapa lagi kalau bukan mereka berdua yang membocorkan semua puisiku.

"Hm ... duduklah, ini minum." Tere memberikan botol minuman kepada Rose. Rose meraihnya, lalu meneguknya sekali. Setelah itu, Rose menatap tajam kedua sahabatnya.

"Rose, kenapa apa ada yang salah dengan kita?" tanya Tere yang mulai risih dengan tatapan tajam mata hazel Rose. Selena dan Tere menatap balik.

"Menurut kalian, hukuman apa pantas bagi seorang pencuri?"

•••

"Cepat kerjakan! Waktu kalian tinggal 30 menit."

Stuck In The Charm [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang