"kau bisa!" ucap seorang gadis dengan Surai hitamnya itu, gadis bermata monolid didepannya menggeleng
"A-aku.." gadis itu mengigit bibir bawahnya, menahan isakkannya yang sedari tadi memaksa keluar.
"Angkat wajahmu! Jangan jadi gadis lemah! Kumohon, kau pasti bisa" gadis dengan surai hitam itu mengangkat wajah gadis didepannya
"Kumohon berhenti Irene!" Bentak sang gadis bermata monolid, matanya sudah memerah. "Hidupku sudah tak ada harapan lagi.." gadis bersurai hitam yang dipanggil Irene itu segera memotong ucapan gadis lainnya
"Ku yakin, semua yang dikatakan dokter dan diagnosanya salah. Kau percaya dengan orang yang dipanggil dokter itu? Kau percaya?!" Tanya Irene, air matanya pun kini telah tumpah, bersamaan dengan isakkannya
"Sudahlah, apa yang kau harapkan dari seseorang sepertiku?" Gadis itu merosot, duduk dilantai dengan isakkan pilunya
Irene mendekat.
"Jangan mendekat!" Gadis itu menghentikan Irene. "Ku mohon jauhi aku, jangan biarkan dirimu dimakan habis juga oleh parasit sialan ini" Seulgi menggeleng tak percaya
"Seulgi" lirihnya. "Tak masalah jika aku memang harus berurusan dengan parasit itu. Kau kekasihku, aku akan tetap berada disampingmu. Biarkan aku bersamamu" Irene menarik nafas dalam
"Jika aku harus mati, biarkan aku mati bersamamu, biarkan parasit bodoh itu membunuh kita. Aku ingin menemanimu di surga. Aku tak ingin kau kesepian"
Gadis itu menggeleng lemah, kini ia. Seulgi namanya, membiarkan isakkannya memenuhi ruangan yang disebut kamar. Tapi, menurut Irene itu tak pantas disebut kamar.
Putung rokok dimana-mana, bahkan berkat cahaya yang masuk melalui celah jendela dikamar itu, asap tipis masih terlihat memenuhi ruangan itu. Terdapat beberapa botol kosong minuman beralkohol yang berserakan
Irene tau, Seulgi hancur.
Sejak beberapa hari yang lalu. Saat dirumah sakit tepatnya, saat orang itu dengan mudahnya memutuskan harapan Seulgi, melunturkan senyuman Seulgi, menghilangkan eye smilenya Seulgi. Berkata bahwa hidup Seulgi hanya akan bertahan selama beberapa bulan lagi
Irene benci dengan orang yang mengatakan itu, Irene benci dengan orang yang berlindung dibalik nama 'dokter', Irene benci orang yang telah merenggut kebahagiaan Seulgi. Irene benci orang yang telah membuat Seulgi menjadi lebih anarkis, berandalan, bahkan kini Seulgi lebih suka hidup di jalanan. Lebih tenang katanya.
Cih, Irene benci itu. Irene mau Seulgi yang polos, Irene mau Seulgi yang manis, Irene mau Seulgi yang tidak mengetahui apa yang dikatakan dokter itu.
"Tidak! Jangan mendekatiku kubilang!" Bentak Seulgi lagi, air mata Irene semakin deras. Betapa malangnya kekasihnya itu
Irene tak mampu berkata-kata, dirinya hanya menangis dan menatap iba sang kekasih yang sedang memeluk kakinya
"Kau masih mempunyai banyak orang yang membutuhkanmu, biarkan aku pergi sendirian. Jangan ikut bersamaku, mereka pasti akan menangis" kini nadanya mulai melemah
"Seul, penyakit itu tak akan menular kepadaku seberapa dekatpun aku denganmu" ya, memang Seulgi pun tau itu. Tapi, jika Irene memeluknya saja, apa dia bisa ikhlas meninggalkan dunia ini dan Irene?
Irene mendekati Seulgi yang mulai sedikit tenang, mata Seulgi menghitam, hidungnya memerah. Tidak, bukan hanya hidung tapi wajah bahkan telinganya pun memerah. Rambutnya tergerai namun, terlihat berantakan. Bau alkohol menyengat, menyeruak dari tubuh Seulgi
Irene mendekap tubuh Seulgi erat.
"Kau pun sama Seul, kau punya aku. Aku yang sangat membutuhkanmu, aku bahkan tak tau apa yang akan kulakukan tanpa dirimu" Irene mengeratkan pelukannya, Seulgi memperdalam kepalanya di dada Irene, merasakan detak jantung Irene yang sudah tak terkontrol
"Jika kau memang tak membiarkanku ikut bersamamu. Maka, biarkan aku menemanimu selama kau masih disampingku" Irene menggeleng setelah mengucapkan kalimatnya itu. "Maksudku, kau pasti akan selalu bersamaku. Selamanya!" Seulgi diam mendengarkan
"Irene" lirih Seulgi, kepalanya mendongak, menatap sang kekasih yang kini tengah menatanya juga
"Hmm?"
"Apa aku bisa hidup bersama denganmu selamanya?" Bibir Irene bergetar, Seulgi terlihat sangat tak berdosa saat berkata seperti itu. Apakah takdir sekejam ini?
"Tidak, aku tak mau hidup selamanya dibumi ini. Setidaknya, kita akan bersama sampai 60 atau 70 tahun ke depan. Sisanya, biar kita bersama disurga" Seulgi kembali memeluk pinggang Irene
"Aku takut kehilanganmu Hyun"
"Aku yang takut kehilanganmu"
"Aku takut kau meninggalkanku"
"Kau yang ingin meninggalkanku Seul" Seulgi mengeratkan pelukannya
"Irene" panggilnya lagi
"Kenapa?"
"Tak apa, aku hanya suka memanggil namamu, aku menyukai namamu" seutas senyum terukir dibibir Irene
"Maka dari itu, tetaplah disini agar kau bisa selalu menyebut namaku."
"Bagaimana caranya? Dok.."
"Orang itu salah, kau bisa hidup selama yang kau mau. Percayalah padaku" potong Irene cepat. Seulgi mengangguk dalam pelukan Irene
"Jaga dirimu Irene"
"Berhenti mengatakan itu, aku benci kau mengatakan hal itu saat ini."
"Kenapa?" Seulgi bangkit dari pelukan Irene
"Aku merasa kau akan meninggalkanku"
Seulgi tersenyum, senyum yang sempat hilang beberapa hari ini. Irene menyisir rambut Seulgi dengan jarinya. Seulgi menghentikannya, kemudian menggenggam tangan Irene
"Aku mencintaimu Bae Joohyun"
"Aku juga." Irene membalas genggaman tangan Seulgi. "Aku juga mencintaimu Kang Seulgi"
Seulgi kembali memeluk Irene, bersandar di dada Irene. Irene mengusap surai blonde Seulgi
Hening, hingga beberapa menit kemudian, nafas Seulgi menjadi sangat teratur. Irene merenggangkan pelukannya, melihat apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya itu.
Seulgi tertidur, wajahnya terlihat tenang, Irene menatapnya sendu. Mengapa takdir selalu tak adil pada gadisnya itu? Mengapa harus Seulgi yang selalu dihadapkan oleh masalah yang berat? Sedangkan dirinya? Bahkan bermimpi sesuatu yang buruk pun tidak pernah.
Irene memeluk Seulgi kembali, membiarkannya tidur dalam pelukannya. Irene berjanji, dia akan berusaha. Apapun akan ia lakukan untuk kesembuhan Seulgi
Irene mengecup pucuk kepala Seulgi. "Jangan lupa untuk bangun Kang Seulgi, aku menunggumu" air mata lolos begitu saja setelah ia mengucapkan kalimat itu
_____________________________________________
Aiya lupa, happy birthday my future wife hehehe❣️❣️❣️❣️❣️ 🎉🎉🎉🎉🎉udah tua masih cantik aja❣️❣️❣️ #causeitsyouirene
Next or unpub?
Voment ya
Kasih saran, bodoamat gue maksa pokoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dancing In The Rain (End)
FanfictionHujan bikin sakit atau bikin bahagia? Atau malah bikin rindu?