-23-

1.7K 72 3
                                    

"Fatim kok lama banget ya beli makanannya?" Saaih khawatir. "Nyusul dia aja ah" Saaih melangkahkan kakinya menuju kantin.

Saaih menyusuri setiap sudut kantin dan akhirnya menemui seseorang yang sedang dicarinya.

Saaih duduk di sebelah Fatim. Fatim belum menyadari kedatangan Saaih dan masih fokus terhadap makanannya.

Fatim terlonjak kaget saat mengangkat kepalanya, "bang Saaih! Ngagetin aja!" Fatim mengelus dadanya. "Dari tadi juga udah disini, kamu aja terlalu fokus sama makanan" Saaih tertawa kecil. "Yang lain udah mau pulang tuh" Saaih berdiri lalu menarik tangan Fatim menuju ke yang lain.

_________

"Yuk pulang!" Saaih membuka mobilnya.

Semua masuk lalu langsung menuju ke rumah.

"Ehhh, berhenti ke mall dulu dong, aku mau beli sepatu" Fateh mengusulkan pendapatnya, "yaudah" bang Bani menuruti keinginan Fateh.

Mobil mereka diparkirkan di dekat pintu masuk.

"Kalian mau ikut Fateh? Atau makan?" Fateh masih menunggu jawaban mereka.

"Kita pesen makanan aja deh, kamu mau pesen apa?" Iyyah bertanya seraya memasuki mall itu. "Kaya biasa aja" Fateh enteng. "Ditanyain tuh jawab yang bener kek!" Thariq dengan semangat menoyor kepala Fateh.

"Heh! Abang kira ni kepala benda apa! Main asal noyor aja!!" Fateh kesal.

"Bodo amat!"

"Heh kalian! Inget situasi! Ini mall, bukan rumah" Sohwa menasihati.

Mereka berjalan ke tempat makan.

"Kalian disini dulu, Fateh sama bang Saaih mau ke toko sepatu. Jangan lupa pesenin buat raja ya!" Fateh berpesan kepada saudaranya seraya menaruh tangannya di depan dada.

"Si kampret bukannya cepetan nyusul Saaih, malah bergaya!" Thariq memutar bola matanya jengah.

Fateh menengok ke belakang, dan benar saja Saaih sudah memasuki toko sepatu dengan santai.

"WOY BANG! TUNGGUIN NAPA SIH!" Fateh berlari mengejar Saaih.

"Lu sih! Dari tadi ngapain aja!" Saaih kesal.

"Ya maap bang" Fateh cengengesan gajelas.

"Udah, cepet mau beli sepatu yang mana? Gw yang bayar deh!" Saaih mendorong Fateh ke tempat sepatu remaja.

Fateh dengan suka cita memilih sepatu yang dirasa cocok dan sesuai dengan seleranya.

"Woy teh! Cepet ngapa sih! Udah 13 menit nih!" Saaih duduk di sebelah Fateh.

"Iya! Ni udah! Kek nenek lampir dah, nyerocos terosss"

"Eh, adek lucknut! Gimana gw ga nyerocos mulu! Lo nya lama bet si elah!!"

"Eh abang lucknut juga! Ini udah selese!"

"Dek, ini sepatunya jadi di bayar tidak?" Suara seorang pelayan melerai perdebatan yang sedang terjadi.

"GAK!" Jawab keduanya.

"Hah? Ga jadi? Jadi, kalian cuma numpang debat doang dong!" Protes si pelayan.

"BODO AMAT!" Keduanya pergi dengan si pelayan masih menggerutu mereka.

Mereka dengan kesal kembali ke tempat makan, menyusul yang lain.

"Lah? Sepatunya mana?" Fatim mengerinyitkan dahinya.

"GA JADI BELI!" keduanya berbarengan.

"Kenapa?"

"GAPAPA!" keduanya berbarengan lagi.

"Udah kek perempuan aja pake kode kodean" Sohwa tertawa kecil.

Keduanya mendengus kesal lalu berjalan ke parkiran.

____________

Mereka melangkahkan kakinya menuju ke rumah.

"Assalamualaikum" ucap mereka bersamaan.

"Waalaikumsallam" suara paruh baya menjawab.

Mereka mengerinyitkan dahinya.

"Umi? Abi? Udah pulang?!" Saleha memeluk keduanya erat.

"Kapan pulang mi, bi?" Saaih mendaratkan pantatnya di sofa.

"Barusan" umi singkat.

Saaih hanya ber-oh-ria lalu menyalakan televisi.

"Rumah kok berantakan banget sih? Emang ga pernah diberesin ya pas umi abi gaada?" Umi melirik Thariq selaku tanggung jawab kebersihan rumah.

"Hehehe" Thariq cengengesan.

"Sekarang bersihkan rumah ini! Dan jangan sampai terulang lagi! Paham?" Umi berbicara tegas tak ada bantahan.

Thariq mengangguk lalu langsung mengambil vacum cleaner.

⚡⚡⚡

Vote jangan lupa❤️

Love you❤️

Gen Halilintar Squad [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang