Alleta 4

297 17 0
                                    

Jika dirimu senang dikejar
Aku akan mengejarmu
Hingga saat ini, aku yang memendam sakit sendiri. Dirimu tak perlu tahu, aku tahu rasaku.

~Faris G. ~

Alleta tak punya nyali hanya untuk menoleh ke belakang, Faris yang ikut gugup melihat Alleta seperti itu, dia langsung menyambar ponsel di dalam saku jaketnya. Bukannya menambah kelajuan mobil, dia malah melakukan hal sebaliknya. Selain dia harus hati hati karena dia memainkan ponsel saat berkendara, dia tahu kalau daerah yang dia lewati sekarang ini sangat ramai, tidak mungkin penjahat akan melakukan aksinya saat banyak orang ditempat itu, bukan?

"Hallo?"

"......."

"Dia ga papa, yaudah gue tutup teleponnya."

Faris menutup telponnya, wajahnya sedikit santai sekarang.

"Ta?"

"Gue pengen pulang, kak." pintanya dengan suara gemetar.

"Itu bodyguard ayah lo. Lo gausah takut, maafin gue." ucapnya dengan pandangan ke depan.

Alleta langsung menengok ke belakang, benar, itu mobil bodyguard Dirga. Kemudian Alleta menatap Faris lekat. Faris yang ditatap seperti itu gugup, tapi dia bisa mengendalikan rasanya itu.

"Gapapa kak, makasih banyak." ucapnya, kemudian dia memutuskan untuk tidur selama perjalanan.

Gue nggak ngerti, gue nggak tau musti bilang gimana ke lo, Ta. Gue pengecut. Gue sayang lo.

***

"Ta?" ucap Faris sambil menepuk pelan pipi Alleta.

Alleta mengerjap,

"Oh udah sampek, yaudah ayok!"

Mereka berjalan beriringan, banyak pasang mata menatap mereka, kagum. Siapa si yang ngga kagum, secara cecan sama cogan jalan bareng kayak Upil sama Ipil. Eh maksudnya Romeo and Juliet, mueheheh.

"Waww!"

"Ewoow!"

"Cantik banget dah!"

"Yawlah ganteng bangettt, duh bang dede ga cuaat!"

"Anjir anjirr, mingkem kaliii, air liur lu ampir jatoh dah suwer!"

Mereka berdua hanya diam sambil terus berjalan, Hingga mereka sampai ke cafe yang ada di mall itu.

"Rame banget." tukas Faris dengan menghembuskan napas panjang.

"Gue bilang apa pas pulang sekolah, hah?!  Makanya jadi orang tuh jangan ngeyel, kalo gini gimana belajarnya coba. Coba aja tadi belajarnya dirumah gue, pasti enak, kalo mau tidur tinggal tidur, mau makan tinggal makan. Batu banget!" tutur Alleta panjang lebarr.

"Kalo mau numpang makan sama tidur mending ga usah. Gue juga punya rumah." jawab Faris datar lalu menggandeng tangan Alleta menuju kursi paling ujung.

"Duduk." ujar Faris datar.

Alleta masih menampilkan wajah masamnya, kemudian dia duduk, menjatuhkan pantatnya kasar.

"Aduh!" pekiknya.

"Kalo mau duduk tu ati ati, kasian pantat lo."

Alleta hanya mendengus, menyebalkan memang laki laki yang berada di hadapannya ini. Dia memilih diam, saat ini cacing cacing di perutnya sudah berdangdut ria. Tapi Alleta tidak membawa cukup uang untuk makan disini. Tidak mungkin jika dia meminta pada bodyguard ayahnya, lagipula tidak ada tanda tanda keberadaan om om badan gede disini, oh ayolah. Mana mungkin dia meminta pada Faris? Omagaaahh.

Faris memanggil waiter.

"Iya mas, mau pesan apa? "

"Lo minun apa?"

"Mmm, gue jus alpukat aja." jawab Alleta sambil memainkan jari tangan diatas pangkuannya. Menetralisir rasa lapaaarrhh.

"Oke. Gue ga nawarin makan, kalo lo makan, kita gaakan bisa cepet selesai belajarnya." ujar Faris masih dingin.

Alleta melongo menatap Faris. Sungguh dia sangat lapaaar!

"Jadi, pesan apa aja mas mbak?" tanya waiter itu.

"Jus alpukat satu sama kopi hitam satu." jawab Faris.

"Oke, tunggu ya mbak, mas." setelahnya waiter itu meninggalkan mereka. Tidak ada percakapan, hingga Alleta berinisiatif mengeluarkan buku Bimbingan Olimpiade Matematikanya.

Enam menit kemudian pesanan mereka datang. Tutor mereka berjalan dengan baik, walau ada sedikit cek cok diantara mereka, hanya karena Alleta yang salah rumus atau salah menulis angka, hingga Faris menyembunyikan penghapus Alleta yang menyebabkan si empunya mencibir kesal terus menerus

***

"Makasih, kak. Yodaah sono pulang lo!" ucap Alleta secara terang terangan mengusir Faris untuk segera meninggalkan rumahnya.

Faris hanya mengangguk, lalu dia langsung menancap gas meninggalkan kediaman keluarga Dirgantara.

"Hufffftt." Alleta menghembuskan napas kasar, lalu mendudukkan diri di sofa.

"Eheem haj haj cmeweww!" goda Arga yang tiba-tiba duduk sebelah Alleta.

"Apaansi bang! Ganggu tau ga!" ketus Alleta.

"Cieew cieeewww yang abis jalan sama  cowook, ciaaaa sikat neng sikaat!" ejek Arga disertai tawanya.

"Bodo ah tolol, capek gue bang!" Alleta lelah, sungguh jika keadaannya tidak seperti ini. Pasti dia sudah menjambak rambut abangnya ini.

"Eh Ta, besok kita sekolah bawa motor yak? Udah lama ga bawa motor ke sekolah guenyaa. Kangen gitu kena angin semliwir semliwir manjaa!"

"Loh bang tapi ayah udah ngijinin blom? Nanti kal--" ucap Alleta terpotong

"Udah, ayah udah ngijinin kok, kita berangkat pagi!"

"Wiiii siyaaapp pacarr kanduung!" sorak Alleta gembira.

***

"Letaaa cepeet napa dah!" panggil Arga tak sabar.

"Ini bentar iniii pake sepatu beeeh!"

"Hmmmmm."

"Odah bang, koyy brangkaat!" ajak Alleta antusias.

"Koooy naik!"

***

"Taa!" panggil Arga yang setengah berteriak karena suasana jalan yang sedikit ramai.

"Yo?"

"Gue punya hadiah buat lo." ucap Arga sambil tersenyum miring yang tidak diketahui oleh Alleta.

"Ape bang!" ucap Alleta antusias.

Arga berdiri dengan masih mengendarai motornya.

Puuuuut

"Woy bang jorok lo! Bau tai bego, tolooool! " teriak Alleta histeris.

"Buahahahah abisin Ta, abisinn, enak itu baunya. Buahahahah."

"Bang Argaa begooo! Lo kentut gatau situasi bangeeet!" teriak Alleta kesal. Bahkan mereka tak menghiraukan pengendara lain yang menatap aneh.

***


Yooo, makin ga jelas yoo. Oke la bodoamat
Sampai jumpa di next chapter, muaahhh 😘😘
Oiyee. Kalo ada typo komen ajee dah, tengkyuu.

AlletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang