Pagi di seoul merupakan sesuatu hal yang harus kau syukuri, udaranya segar walaupun minus hampir 0° c, awan-awan di langit bak permen kapas yang berterbangan dan sinar matahari yang mengintip dibalik celahnya dan burung-burung cicit yang saling berciutan satu sama lain.
Jeongin, pemuda yang baru saja menginjak usia 18 bulan kemarin itu tengah bermalas-malasan di kasur berseprai birunya, mata rubahnya sudah sedikit terbuka dengan tubuh terlentang.
Tidak, pagi jeongin bukanlah sesuatu tentang berendam didalam bathub setelah itu menikmati sarapan bersama keluarganya dengan omelette dan secangkir teh atau susu lalu setelah itu berangkat ke sekolah diantar menggunakan mobil oleh ayahnya 一 oh ayolah kita sudahi saja khayalan ini.
Brakk!
"YA! YANG JEONGIN BANGUN! ini sudah jam berapa? Kau tidak pergi sekolah?"
Pintu bercat coklat itu terbuka dengan keras dan menampilkan seorang wanita setengah tua. Ibu jeongin.
"Ngh ... iya buu lima menit lagi."
Wanita berusia hampir 40 tahun itu menghela nafas. "Cepatlah dan mandikan kakakmu, ibu buru-buru! Oh iya jangan lupa cek note yang ibu tempel di kulkas, aku menyayangimu."
Pintupun kembali tertutup, dan langsung menampilkan jeongin yang langsung duduk bersimpuh dikasur, menendang-nendang udara dan meremas selimutnya kuat-kuat.
Wajahnya kusut, rambut yang kumal dengan beberapa air liur kering menempel di pipinya.
"AKU INGIN PERGI DARI RUMAH SIALAN INI!"
━━━━━━━━━━━━━
Jeongin menatap datar kearah seseorang yang tengah bermain dengan mainan bebek di bathub sana, rambutnya penuh busa shampoo dan terlihat banyak busa yang keluar dari bathub.
Ia menghela nafas sebentar sebelum menghampiri kakaknya.
"Jeongin jeongin! lihat bebeknya hyunjin kepalanya hilang." Pemuda 19 tahun itu terlihat sangat senang melihat kedatangan adiknya, dengan wajah polos penuh busa memperlihatkan mainan bebeknya yang kepalanya sudah ntah kemana.
Jeongin menatap datar, dan langsung merebut mainan bebek itu lalu melemparnya ke sembarang arah.
"Persetan dengan kepalanya, ayo cepat mandi."
Raut wajah hyunjin berubah murung, ia menunduk kemudian diam, memberikan kuasa atas jeongin untuk memandikannya.
Ini sudah kurun waktu tiga bulan sejak ibunya dipindahkan tugas, semua pekerjaan rumah selama 12 jam dialihkan tugas pada jeongin, anak pertamanya dari suami kedua.
Tentu saja jeongin tidak terima karena waktu bermainnya tersita habis tapi walau bagaimana pun dia harus menerimanya, karena siapa lagi kalau bukan dia, ayahnya sudah pergi dulu meninggalkannya, tersisa ia dan adik perempuannya yang menyebalkan, bagi jeongin.
Hyunjin, dia anak pertama ibunya dari suami pertama. Dia mengidap autisme sejak usia 10 tahun.
"Duduk disini! Dan jangan berbuat macam-macam ok?" Perintah jeongin telak pada hyunjin yang sudah ia dudukan dikasur dengan masih memakai handuk.
Hyunjin mengangguk cepat dan tersenyum, sesekali menjilat-jilati jarinya.
"Jangan jilati jarimu! Itu sudah kubaluri minyak kayu put -"
Belum jeongin melanjuti perkataanya, hyunjin sudah memasang wajah tersiksa dengan tubuh yang tidak bisa diam.
Jeongin menepuk pelan dahinya. "Sudah kubilang kan! Nanti mulutmu pedas." Dan dilanjutkan dengan jeongin yang mencuci jari-jari kakaknya itu dan memberinya air minum.
"J-jeongin mulut hyunjin ... rasanya tidak enak jeongin."
"Obat perut kembung, tidak apa-apa."
Pemuda bermata rubah itu tengah sibuk memakaikan hyunjin baju, celana jeans hitam dan sweater abu, lalu sepatu vans dan terakhir menyisiri rambut hitam nan tebalnya dan sedikit pomade agar terlihat selalu rapi.
"Kkeut! Kau siap ke sekolah!" Jeongin mengangkat kedua jempolnya dan diikuti oleh hyunjin yang mengikutinya sambil tersenyum lebar.
Sepintas dilihat mungkin banyak orang yang tidak percaya pemuda berusia 19 tahun itu adalah autisme, tubuhnya berisi tegap dan sehat, wajahnya juga tampan, saat tersenyum maupun diam dan cara berjalan maupun tingkahnya lakunya di khalayak publik pun seperti orang biasa.
Tetapi semua itu berubah ketika kau mengenalnya, pada saat disekolah, rumah dan saat bertemu bebek karet dan anak anjing.
Dan disinilah sekarang.
Hyunjin tengah meronta hebat saat tidak sengaja melihat mainan bebek disebuah toko.
"Jeongin! Hyunjin mau itu! Bebek hyunjin kepalanya hilang!"
Ingin sekali jeongin mengubur dirinya hidup-hidup untuk saat ini, bagaimana tidak, semua mata tertuju padanya sekarang.
"Tidak ada bebek! Aku tidak ada uang, ayo nanti telat ... Kita beli bebeknya nanti sudah ibu pulang ok?"
Hyunjin tidak mengerti dan sampai kapanpun tidak akan mengerti malah semakin menjadi-jadi, tangan jeongin dan bajunya yang menjadi korban tarikan dan cakaran.
Jeongin tetap berusaha menarik pemuda itu sekuat tenaga, meskipun perbandingan mereka 1 : 3.
Hyunjin menangis, memukuli lengan jeongin, dan pada akhirnya jeongin mengalah karena sudah tidak kuat, seragamnya robek dan lengannya berdarah akibat cakaran.
"Yeye! Bebek baru! Hyunjin punya bebek baruuu ... adiku jeongin yang belikan."
Teriaknya girang sambil memperlihatkan mainan bebeknya kepada orang-orang yang lewat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Convivencia ❲ hyunjin ft jeongin ❳
Fanfic( Start : 2019 December - End : 2020 July ) Bagaimana rasanya mempunyai saudara tiri yang memiliki kekurangan pola dalam berpikir dan bertindak atau kebanyak orang lebih mengenal dengan istilah autis? 一 Jeongin rasanya sudah muak. Background story ;...