Scarlet

2 0 0
                                    

Setelah melongo, aku putuskan untuk kembali ke rumah bersama dua anak itu, aku lari secepat yang kubisa. Ilalang panjang kuterobos, puing kuloncati, halang rintang sampai tujuan.

Sesampai di rumah kuceritakan semuanya pada orang di rumah,

Siang itu aku tak melakukan apapun, hanya duduk menikmati angin di tengah lahan kosong. Puing-puing reruntuhan bangunan berserakan, ilalang tumbuh subur, menciptakan seni yang indah.

Ditengah ketenangan yang sedang kurasakan, tiba-tiba saja aku mendengar suara misterius yang merusak instrumen. Suara tak beraturan, gesekan, “kresek-kresek“ bunyinya. Sebagai seorang pengecut, aku memberanikan diri untuk menuju sumber suara. Semakin dekat, semakin kencang juga detak jantungku.

Sampai akhirnya aku melihat sesuatu, di samping tembok bekas reruntuhan. Jarakku belum begitu dekat, namun aku bisa melihat jala ikan yang bergerak-gerak. Aku terus mendekat, rasa takutku kalah dengan rasa penasaran karena ada hal yang tidak biasa di tempat yang selalu sepi ini. Sampai akhirnya aku melihat dengan jelas ada 3 orang di sana.

Seorang ibu-ibu paruh baya, seorang anak laki-laki, dan seorang lagi anak perempuan. Ibu tersebut berambut pendek agak keriting dengan pakaian yang cukup rapi. Anak laki-laki itu berambut hitam, tingginya lebih rendah dari yang perempuan, sedangkan anak perempuan itu berambut pirang panjang sebahu. Kedua anak itu memiliki mata indah berwarna merah, mengenakan kaus putih dengan jaket merah (scarlet), lalu celana hitam. Wajah kedua anak itu lucu dan manis, kulitnya putih kemerahan, tipikal wajah eropa. Berbeda dengan ibu yang berkulit coklat.

Saat kuhampiri mereka bertindak biasa saja, mereka sedang menjahit jaring. Namun tak lama kemudian wajah ibu tersebut panik, tanpa basa-basi ia menitipkan kedua anak itu padaku, dan ia langsung pergi begitu saja.

Namun selesai kubercerita mereka bertanya,
     “mana si gadis?“
Aku bingung bukan main, saat kulihat ke belakang hanya ada anak laki-laki itu. Nampaknya si perempuan tertinggal saat perjalanan.

Hanya satu nama yang kuingat, Aerel (Erel).

GACHAMA, Gadis dan Bocah Serba MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang