Pagi buta hari ketiga MOS, aku telah sampai di sekolahku. Seperti biasanya aku menunggu teman-temanku datang, dan aku juga menunggu Dilla datang.
Pukul 06.30 seluruh peserta MOS telah membanjiri halaman depan sekolah, namun tak pula kulihat Dilla datang. Aku pun khawatir dia akan dikenakan hukuman. Terlihat kakak OSIS telah menyiapkan barisan agar memasuki lapangan sekolah untuk mendapatkan arahan. Aku berbaris didepan sembari ku menoleh kebelakang mencari Dilla. Besitku dalam hati
"Gila nih Dilla, jam segini belum datang, apa dia memang tidak datang? "
Tak lama kemudian, ketika aku menghadapkan wajahku yang kedua kalinya ke belakang, ku lihat dia berada pada barisan paling belakang.
"Syukurlah, tepat waktu!" (ucapku dalam hati)
Dan sekali lagi kulihat dia memasang wajah tak berdosa, dengan wajah yang biasa-biasa saja. Padahal dua menit lagi jika dia tak datang, kami satu kelas dikenakan hukuman.
Tahukah teman? Bahwasannya hari ketiga ini adalah hari yang aku benci, sebab kami harus mengejar kakak MOS untuk meminta tanda tangannya. Bagaikan artis papan atas yang di kejar fans beratnya. Wow, sungguh menggelikan, namun inilah derita para anak MOS yang harus menjalani dan menuruti kehendak para petuah.
Akhirnya hari ketiga adalah hati dimana kami bermain dan bercanda, dan hari ini adalah hari terakhir kami MOS. Sebelum menggakhiri kegiatan hari ketiga, kakak MOS kami memberikan arahan dan nasihat, dan salah satu arahan mereka yang aku ingat.
"oke adik-adik, hari ini hari terakhir buat kalian, besok kalian bukanlah anak MOS lagi, melainkan kalian sudah sah menjadi siswa madrasah"
(teman-temanku bertepuk tangan)
"dan kalian akan berpisah, sebab belum tentu yang satu gugus, akan satu kelas nanti, namun jangan saling melupakan diantara kalian, sebab kalian sudah pernah sama-sama berjuang" (lanjutnya)
Wow, sempat terkesima diriku dengan ucapan kakak itu, ku palingkan wajahku ke Dilla, ku lihat dia sedang bermain kuku.
"Nih anak emang ngeselin kayaknya" (ucapku)
Namun, hari ketiga ini pula aku ingin menegurnya, sepulang kami dari sekolah,dia keluar lebih dulu dari aku,dan akupun mengejarnya, eh Dion temanku datang.
"Hei lan, gimana tadi MOS nya, asik nggak?"
"Nggak juga ah, biasa aja" (mataku sambil mencari Dilla)
"Walah, kelasku enak banget, kakak MOS nya cantik-cantik loh"
"Hei-hei, jaga mata!"(ucapku)
"kamu ni kenapa sih? Kayaknya ada yang kamu cari?" (lanjut Dion)"Nggak ah, sotoy (Sok tahu) lu "
" yee, kamu ada yang kecantol ya?" (Dion menggangguku)"Kecantol apanya? Cewek maksudmu? ya enggaklah, mana mungkin aku nyari cewek Dion" (aku mengelak)
"Yo wes, kalo nggak ada yang kamu cari, yuk pulang bareng, aku bawak motor lo"
"oh koe, bawak motor? Yo weslah, antar aku sampe rumah yo"
"aasshiiaap!"
Aku pun akhirnya pulang bersama Dion, dan aku pun gagal untuk menegur Dilla, padahal aku ingin sekali mengajaknya bicara, aku ingin mengenalnya, namun niat itu tak berhujung nyata.
Kuharap besok ketika pembagian jurusan dan kelas aku bisa satu kelas dengannya, ya, bisa satu kelas dengannya-lah aku bisa mengenalnya lebih dekat. Kuharap begitu
"Terkadang berpapasan bertemu pun bisa saja berjauhan, disebabkan waktu dan keadaan nya yang tidak pas"
-mathew_nainggln-
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintas Hati
Storie breviKisah ini menceritakan betapa banyaknya seseorang yang dihadirkan di kehidupan kita, terkadang bukan untuk dipersatukan. Melainkan agar kita mengambil hikmah dan pelajaran dari hadirnya mereka. Kisah ini diangkat dari kisah ALAN & DILLA created by:...