Lima Belas

2.2K 129 12
                                    

Kantia's POV

Dia memang makhluk yang sangat dingin, wajahnya selalu datar dengan pancaran seakan tidak perduli dengan hal apapun di sekitarnya. Pagi itu embun terlihat seperti gumpalan asap yang keluar dari genting-genting ruangan kelas. Dan sepagi itu juga, Gusna telah duduk di taman dengan sebuah novel yang tengah ia baca.

Beberapa murid mulai berdatangan, berlalu lalang di taman, menuju ke tempatnya masing-masing. Beberapa orang terlihat berjalan sambil menoleh ke arah Gusna, tetapi perlu kutegaskan sekali lagi, Gusna tidak akan perduli dengan semua itu.

Matanya masih terpaku dengan deretan peragraf yang tercantum dalam novel yang ia baca. Tiba-tiba bibirnya tersungging, senyuman terukir begitu saja di wajahnya. Sesuatu yang jarang aku lihat di kehidupan nyatanya, hingga membuatku bertanya-tanya, isi kalimat seperti apa yang bisa membuat lengkungan indah seperti itu.

Tangannya bergerak, dengan tatapan yang masih belum beralih. Perlahan rongga dadaku mulai berdesir, seketika, dengan hangat, dan sederhana. Ia menggenggam tanganku, menyajikan pagi berembun yang sejuk dengan desiran sempurna dalam dadaku. Mungkin jika aku boleh memberikannya sebuah sebutan, dia adalah makhluk dingin yang menghangatkan. Terdengar membingungkan, tetapi tidak perlu bingung, sebab aku sudah menjelaskan bagaimana 'mahkluk dingin yang menghangatkan' itu.

"loh udah sarapan?"

Itu dalah kalimat pertama yang ia lontarkan kepadaku pagi ini.

"Belum, gue belum sarapan"

Ia menutup novelnya, lalu menghela napas panjang "kenapa sih, hampir tiap hari kalau gue tanya loh udah makan atau belum, pasti jawabannya belum terus. Loh alergi sarapan?" tanyanya menoleh kepadaku.

Aku terkekeh sambil menggelengkan kepala "Enggak, gue gak alergi sarapan. Cuma aja gue sering gak keburu buat nyiapin sarapan"

"Mau ke kantin? Kalau mau, gue anter" tanyanya sambil mengelus tanganku.

Aku mengangguk

"ya udah, yuk!"

Gusna beranjak dari duduknya, dengan tangan yang masih menggenggam hangat tanganku.

"gak apa-apa gue genggam tangan loh?" dia menatap mataku lekat.

Aku semakin erat menggenggamnya "gak masalah" kataku sambil tersenyum padanya.

Gusna membalas senyumanku, dan aku menyukai hal itu.

Gusna's POV

Dari setiap ruang kelas terdengar sorak bahagia, hari ini pelajaran hanya berlangsung setengah hari. Entah apa alasannya, sebab pengumam barusan tidak mengemukakan dengan detil. Tetapi aku tidak sengaja menguping dari siswa yang tengah mengobrol dengan guru, katanya para guru akan melaksanakan rapat mengenai ujian siswa kelas 12. Syukurlah setidaknya aku bisa memeiliki waktu lebih panjang untuk mengobrol dengan Kantia.

Ponselku berdering. Kulihat Kantia mengirimku pesan.

Kantia: Gue di perpus, come on.

Kumasukkan kembali ponselku ke dalam saku, bibirku bergerak dengan reflek, aku tersenyum tanpa aku sadari.

Kuhela napas panjang "berhentilah tersenyum sendiri Gus, sebelum orang lain menganggap mu tidak waras" ucapku pelan pada diriku sendiri.

.......................................................

"Pak Wawan kemana?" tanyaku pada Kantia.

"katanya rapat" ucap Kantia.

"terus perpustakaan gimana?"

The Time [GirlxGirl] (Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang