part16 || Dua Sisi

24 5 3
                                    

Holaa ☃️
Klik ⭐ yuk ayuuk! Maafkan typo(s),
Selamat membaca.

--- Kebahagianmu memang bukan aku, tapi aku mampu menjadi obatmu. Aku akan memelukmu. ---

👑

Hari sudah hampir siang, tapi langit masih biru kelabu. Sang mentari sedari tadi pagi tidak menampakkan sinar hangat nya. Dia mungkin sedang bersedih, pada makhluk hidup yang tidak mensyukuri keberadaan nya.

Tapi langit mendung tak menyurutkan niat Al untuk bertemu Kiana. Kini mereka berdua telah duduk di sebuah cafe. Kiana dengan ekspresi bingungnya setelah mendengar pertanyaan Al. Pertanyaan bahwa dirinya telah menghindar dari seorang Al.

Harus menjawab apa aku ?? Tanya Kia dalam hati.

"Kamu diam. Jadi dugaanku benar, kamu menghindari ku?" Pertanyaan itu terlontar kembali dari mulut Azkal. Tidak heran jika Kiana menghindari Al, karena jika mereka bertemu pasti akan sangat canggung seperti sekarang.

"Maaf bukan maksudku menghindarimu, tapi jujur saja aku sibuk Al." Jelas Kiana. "Kamu jangan marah ya?" Pinta Kia dengan nada penuh permohonan. Dia menatap lekat lelaki didepannya, sahabatnya.

"Sibuk apa hingga kamu tidak membalas satupun pesan dari ku?" Tanya Al tegas. Ayolah Kiana.. membalas satu pesan tidak akan menyita waktu lama, hanya satu menit. Ah, bahkan tidak sampai satu menit.

"Kemarin aku menginap di rumah orangtua ku dan di rumah mertuaku." Jawab Kiana jujur. "Jangan seperti ini, aku tidak suka kalau kamu marah." Kiana berkata sebelum dia mengerucutkan bibirnya beberapa centi. Kiana tidak suka jika Al marah, rasanya sangat tidak nyaman.

Azkal yang melihat tingkah Kia hanya tersenyum. Betapa lucunya wanita yang kini ia tatap. Pipi Kia yang seperti bakpao membuatnya semakin lucu. Gemas.

"Baiklah, aku tidak akan marah jika kamu mau mengecupku di pipi." ucap Al dengan nada menggoda. Dia juga tidak berhenti untuk tersenyum. Kiana yang mendengar permintaan Al, sontak saja membulatkan mata sempurna.

Apa Al sudah gila?

"Jangan bercandaa!!" Kata Kiana dengan nada tinggi. Kedua telapak tangannya juga seketika menggebrak meja.

"Hahaha!" Al tertawa terpingkal-pingkal melihat reaksi Kiana yang tak terduga. Apa Al sungguh gila? Dia asyik tertawa sedangkan wanita didepannya terlihat kesal.

"Kamu tertawa? Dasar! Kamu mengerjaiku!!!" Teriak Kia sebelum mengepalkan tangannya, kemudian mendaratkan jitakan di kepala Al. Please.. Kiana jangan teriak-teriak, bukankah kalian berdua sedang ditempat umum?!

"Aww!" Pekik Azkal kesakitan. Kiana benar-benar kuat ternyata, jitakannya begitu terasa sakit.

"Itu balasan karena mengerjaiku!" Kini perkataan Kia diiringi dengan juluran lidahnya. Suruh siapa dia mengerjai seorang Princess Royal Garden.

"Baiklah aku minta maaf My Princess." kata Al, kemudian tangannya spontan menarik gemas hidung Kiana.

"Princess Renal bukan Princess mu, ingat itu Al." Jelas Kiana. Ah, Al memang selalu saja memanggilnya seperti itu. Bukan hanya kali ini Kiana mengingatkan, tapi tetap saja Al tak menggubrisnya.

"Iya aku tahu. Tapi aku juga akan mengingatkanmu, jangan lupa carilah aku jika nanti Renal membuatmu menangis." tegas Al untuk kesekian kalinya.

"Renal tidak akan membuatku menangis, tenanglah." Kiana berkata dengan nada meyakinkan. Tangannya pun tidak canggung untuk mengusap punggung tangan Al, hanya sekedar menenangkan lelaki yang selalu mengkhawatirkan dia.

Fate Of MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang