Aku dan Bang Arsya tiba disebuah kafe dan langsung masuk setelah memarkirkan motor. Tadi aku ngotot ingin ikut Bang Arsya yang katanya ingin kumpul bersama teman-temannya. Ibu sedang menginap dirumah keluarga karena ada acara peminangan. Sedangkan ayah, katanya sedang sibuk dikantor.
Begitu sampai didalam, Bang Arsya melihat kesegala penjuru ruangan tersebut dan tatapannya terhenti ketika ada seorang lelaki yang melambaikan tangan pada kami. Bang Arsya kemudian merangkulku menuju meja tersebut. Di sana ada lima orang lelaki yang tengah tesenyum dan menatap kearah kami. Aku kikuk, ini kali pertama aku bertemu dengan teman-temannya Bang Arsya.
"Wah, Sya. Tumben bawa cewek. Pacar nih ceritanya?" Tanya lelaki yang tadi melambaikan tangan.
"Adik aku. Kenalin, namanya Asia."
Sambil tersenyum, kuulurkan tangan dan menyalami mereka satu per satu. Yang melambaikan tangan namanya Rizky, selanjutnya Alex, Beny, Riko dan Marcell.
"Wah parah banget kamu, Sya. Punya adik cantik tapi nggak pernah dikenalin," kata Alex.
"Lah, ini udah dikenalin."
"Tapi kan telat, Sya. Aku udah punya cewek, kalau belum 'kan aku bisa jadi adik ipar kamu."
"Enggak sudi punya adik ipar kayak kamu. Otaknya geser." Semua yang ada disitu langsung tertawa mendengar ucapan Bang Arsya.
"Asia masih SMA atau udah kuliah?" Tanya Marcell.
"Baru masuk kuliah Bang. Di UPJ."
"Jurusan apa?"
"Pertanian, Bang."
"Wah keren sih."
Selanjutnya kami memesan makanan dan minuman sambil saling melemparkan ejekan satu sama lain yang sukses mengocok perutku. Ternyata tujuan mereka kumpul bersama adalah untuk merayakan sidang skripsi dari Riko dan Beny. Jadi semua makanan yang dipesan tadi, dibayar oleh mereka berdua.
"Hay guys. Sorry aku telat, tadi masih nganterin nyokap buat check up." Kata seorang lelaki yang menghampiri meja kami dan langsung duduk disampingku.
"So, nyokap gimana? Ada perubahan enggak?" tanya bang Arsya.
"Ya gitulah. Kata dokter sih udah baik-baik aja, tapi perlu diperiksa secara rutin. Oh iya, selamat, yah, bro berdua." Lelaki itu lalu memeluk Riko dan Beny dengan pelukan khas lelaki-lelaki macho.
"Niel, kenalin dulu dong, itu adiknya Arsya. Arsya parah banget kan nggak pernah cerita?" Kata Rizky.
"Udah tahu."
"Tahu dari mana?"
"Pernah lihat di HP-nya Arsya. Arsya juga pernah cerita, cuman belum pernah ketemu langsung aja. Aku Daniel." Kata lelaki tadi sambil mengulurkan tangannya padaku sambil tersenyum.
Harus aku akui, Daniel adalah teman Bang Arsya yang paling tampan diantara lainnya. Dia punya wajah yang tegas namun lembut. Punya alis mata yang tebal dengan hidung yang mancung. Kulitnya putih ditambah lagi giginya yang berjejer rapi membuat senyum dan caranya tertawa terlihat sempurna.
Dari yang kulihat, Daniel adalah orang yang paling tenang dibandingkan yang lainnya termasuk Bang Arsya. Sedangkan yang paling kocak adalah Rizky. Dia juga sering mengejek yang lain. Dan karena dialah aku terus menerus tertawa hingga ingin ke toilet.
Aku meminta ijin sebentar untuk pergi ke toilet. Bang Arsya menawarkan diri untuk mengantarku. Namun aku tak mau. Yang benar saja, sudah sebesar ini, masa harus diantar kakak laki-laki kalau mau ke toilet. Aku hanya memutar kedua bola mataku tak percaya. Bang Arsya hanya tertawa geli. Begitu selesai dengan urusanku ditoilet, aku langsung keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASIA.
Non-FictionBanyak yang bilang move on itu bukan tentang melupakan, tetapi mampu bersikap biasa saja jika mendengar namanya atau mengingat kenangannya. Setidaknya, itu yang dipikirkan Asia tentang perasaannya sendiri. Move on dari seseorang yang dicintainya sel...