Let me begin this amburadul story. So my class was called as Hompimpah, yaitu homah kapindo manungsa MIPA H. Nama ini tercetus ketika kami kelas 10, entah siapa yg mengusulkannya tapi aku sih setuju setuju saja karena aku sendiri ngga punya ide yang lebih bagus.Sudah hampir 3 tahun aku menjadi bagian keluarga Hompimpah, selama 3 tahun itu lah aku menjalin persahabatan dengan 29 kepala di sana. Sudah hampir tiga tahun, itu artinya tak lama lagi kami lulus, meninggalkan sekolah tercinta ini untuk kemudian melanjutkan kuliah di tempat yang berbeda beda.
Kalau ditanya bagaimana perasaanku sekarang... sedih sih iya, pasti. Rasanya baru kemarin kami merasa tidak teradili karena kelas 10 MIA H berada di pojok bangunan Smansa, jauh dari peradaban kelas 10 lainnya, rasanya baru kemarin naik kelas 11 dan merasakan kesibukan sebagai pengurus organisasi, rasanya baru kemarin jadi adek kelas dan sekarang sudah jadi kakak kelas, and lots of another 'feel like yesterday'.
Waktu nggak bisa dihindari, cepat atau lambat hari kelulusan pasti akan datang, hari terakhir kami memakai seragam sekolah sebagai murid SMA karena setelah itu setelah detik diumumkannya kami lulus, predikat siswa SMA bukan lagi milik kami.
Ujian nasional tinggal 2 hari lagi, we were really near to graduation. Semuanya mendadak terasa begitu cepat.. padahal dulu saat kelas 10, aku ingin cepat cepat lulus lol. When day passed by slowly I prayed for it to go by quickly. But now my emotions are the opposite.Aku mulai mengkhawatirkan masa depan, I feel scared to grow up, I am not ready yet to be mature. Aku takut tidak bisa membanggakan orang tuaku, aku khawatir akan masa depanku. I had a lot anxiety on my mind constantly. Is it just me? Or does everyone feel this way?
KAMU SEDANG MEMBACA
high school
RandomNot well-written story because mostly isinya curhatanku sebagai anak SMA tingkat akhir.