temu

17 7 4
                                    

"makasih bang" ucap Dhiva setelah turun dari angkot.

ia menatap gerbang sekolah barunya
"ini kok sepi banget ya"

ia berjalan menyusuri koridor demi koridor,
"ini UKS, yang tadi BK, lah lapangannya mana ya kok ruangan mulu dah"

gadis ini tak berhenti mengoceh hingga melihat segerombolan anak sedang berbaris. "itu kali ya lapangannya"

sesampainya disana, Dhiva berniat mencari barisannya, sebelum tiba tiba ada ibu ibu eh tepatnya guru yang mencegah.
"eh eh eh, bagus ya kalian baru hari pertama sekolah sudah terlambat, kalian buat barisan baru disini" aelah baru telat lima menit doang.

dhiva melirik kiri kanan, tapi diantara 40 orang lebih yang terlambat tak ada satupun yang dia kenal. oke kalo gini mah dia bakal kicep.

lumayan lama guru itu memberi arahan, sampai akhirnya para murid dibubarkan. tapi tidak dengan barisan Dhiva, mereka harus menjalani hukuman squat jump 50 kali karena terlambat. setelah selesai menjalani hukuman, Dhiva berjalan kearah mading untuk melihat daftar nama regunya dan sekalian menaruh tasnya.

jari lentiknya menyusuri tiap huruf yang ada didaftar mading itu, mencari namanya
"dhiva, dhiva, dhiva, eh kok gaada jangan jangan gue gak diterima disini kali ya"

"Eldhiva Aeera?" sebuah suara laki laki yang tak dikenal berhasil membuat Dhiva tersentak.

"iya?"
"nama kamu disini, nomor lima"
"masa sih"
lelaki itu menggeser sedikit badannya memberi Dhiva ruang untuk melihat daftar itu.

"ah iya, makasih ya kak" Dhiva tersenyum dan segera beranjak mencari regunya.

lelaki itu hanya tersenyum menatap punggung Dhiva yang semakin menjauh.
"sama sama"







sekarang, disinilah Dhiva, ditengah tengah padatnya lapangan sedang mencari regunya.

tiba tiba dia teringat sebuah pepatah yang berkata malu bertanya sesat dijalan, eaa jadi ia memutuskan untuk bertanya pada anak cowo didepannya.

"eh boleh nanya ga"
"apa?"
"regu anggrek dimana ya?"
"hah?"
"regu anggrek"
"ya yang inilah"
"oh lo anggrek?"
"ga, gue Vito"

Dhiva hanya memutar bola matanya, malas meladeni omongan cowo bernama Vito yang mulai tak jelas.

Pembina regu anggrek memberi arahan pada muridnya untuk membersihkan kelas IPA 3 beserta koridornya, setelah itu mereka dibubarkan dan mulai bergotong royong.

sejauh ini, dhiva belum mengenal siapapun. ya palingan cuman Vito, bahkan manusia satu itu pun sekarang sudah tidak keliatan batang hidungnya.

"gue bersihin apa coba" Dhiva pusing melihat teman teman seregunya yang tak bekerja dan malah duduk menongkrong ria. gibah terossss

Dhiva melihat sapu tersender disamping tiang, dia memutuskan untuk menyapu saja dari pada tegak persis orang nagih utang.

selama dia menyapu, banyak orang berlalu lalang membuat debu kembali menghiasi lantai yang sudah disapunya. awalnya dhiva hanya menghela nafas dan kembali menyapu, kalem cuy. lama lama emosi nya memuncak. udah muncul tanduk nih

"ini koridor udah kaya gerbang neraka aja ya banyak setan lewat lewat" suaranya pelan, namun ada seseorang yang mendengar omongannya itu.

"oh jadi elo cleaning service neraka?" saut orang itu diakhiri dengan tawa renyah

Dhiva berbalik menghadap sumber suara,
"diem lo"
"mau gue bantuin ga?"
"ga makasih"
"nama lo siapa?"
Dhiva hanya diam memasang wajah tak senang.

"woy lo bisu apa gimana"
"lo fikir aja sendiri"
"gabisa mikir gue kalo digerbang neraka gini, panas"
"serah lo lah"

Dhiva membanting sapunya begitu saja kelantai, selera menyapunya sudah hilang dan beranjak menuju mading untuk mengambil tasnya.

"ni orang kesambet setan pms kali ya" gerutu anak lelaki itu.






tepat saat Dhiva sampai didepan mading dia melihat teman dekatnya sejak SMP, Reta.

"ta!"
"eh dipaa, lo kemana sih daritadi gue cari"
"gue deket ipa 3 abis nyapu tadi"
"gue liat tas lo disini makanya gue sengaja nungguin"
"ih baik banget emang lo ya ta"
"tumben lo muji gue, eh btw lo tau ga sih dip tadi gue ketemu cowo, ganteng banget sumpah kaya nya dia jodoh gue deh"
"ngayal mulu"
"ah lo ga percayaan amat jadi temen"
"serah lu dah, lu tau ga kantin dimana? gue haus banget"
"tau lah yodah ayo"

di sekolah ini, ada dua kantin. didekat gerbang depan dan digerbang belakang.
Reta mengajak Dhiva ke kantin belakang karena memang sepi, berbeda dengan kantin depan yang selalu padat.

"dip dip dip, lo liat deh itu yang tas abu abu"
"iya cantik ya tuh orang"
"kok cantik sih, ituloh yang cowo"
"gue kirain yang pake jilbab"
"itu jodoh gue dip, ampun gak kuat gue"
"jelek tau"
"lo mau gue tampol?"
Oke kalo Reta udah ganas begini, Dhiva auto mingkem.

Dhiva dan Reta duduk dikantin yang sepi. Saat mereka asik berbincang, datang empat orang anak cowo duduk mengisi meja disebelah kanan mereka. salah satu anak cowo itu melirik kearah Dhiva dan Reta.

"woy cleaning service neraka!" teriak anak cowo itu.

Dhiva tak merespon, membuat anak cowok itu mulai kesal dan melempar kacang kearah Dhiva.

"ga sopan banget sih lo" diva mulai emosi.
"salah elo ga nyaut"
"ya gue kan bukan cleaning service"
"jadi lo siapa? tadi gue nanya lo ga jawab kan"
"DHIVA. catet tuh dikepala lo"
"oh Dhiva, gue Genanda.panggil aja sayang"
"bodo amat"

Genanda hanya tertawa, senang karena berhasil mengganggu Dhiva. sementara temannya hanya menonton aksinya itu sambil mengunyah kacang.

Reta berbisik pelan "dip, lo kenal sama tu orang?"
"ga"
"kok dia manggil lo cleaning service?"
"gatau"

Reta hanya mengangguk angguk, walaupun sebenarnya sangat penasaran.
Perhatiannya kembali terarah pada teman Genanda, si tas abu abu yang katanya jodohnya itu.

























































maafkan ceritanya yang rada gajelas ini yaaa hehehehe💓

truth or dareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang