Hyunjin menatap resah pada Changbin yang tampak semangat untuk melakukan perjalanan liburannya yang sayangnya tidak bisa Hyunjin temani. Ia seakan enggan melepaskan Changbin sendirian, padahal seharusnya tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Ia tahu Minho bisa diandalkan, namun tetap saja sejak kemarin perasaan Hyunjin tidak tenang."Nanti kalo udah nyampe, langsung hubungin aku ya," Changbin menggeleng jengah mendengar perkataan yang entah sudah berapa kali Hyunjin katakan padanya.
"Iya-iya, bawel banget sih. Ya udah, berangkat dulu. Bentar lagi pesawat nya mau take off," Changbin ingin menarik kopernya, bersiap-siap untuk pergi. Namun Hyunjin dengan secepat kilat memeluk Changbin, memperlihatkan dengan jelas seberapa tidak rela dirinya.
"Kamu berangkat dalam keadaan utuh, pulang juga harus dalam keadaan sama. Aku gak mau denger kabar gak enak dari sana tentang kamu, janji?!," Changbin pun memeluk Hyunjin, mencoba menenangkan pasangan hidupnya itu.
"Tenang aja, aku bakalan baik-baik aja. Percaya deh," Hyunjin mengecup pucuk kepala Changbin. Beruntung tadi Changbin tidak lupa untuk keramas terlebih dahulu.
Hyunjin melepas pelukan mereka, dan Changbin sempatkan untuk mencuri sebuah ciuman di pipi Hyunjin. Setidaknya itulah yang bisa ia lakukan untuk terakhir kalinya.
Dan yang bisa Hyunjin lihat sebelum istrinya itu hilang dari pandangan nya itu adalah senyum manis juga lambaian tangan dari Changbin.
💧
Minho melirik arlojinya berulang kali di setiap menit. Dirinya gugup, ya siapa sangka jika ia bahkan masih merasa berdebar kala ia akan bertemu dengan seseorang yang mengubah hidupnya.
Ia berada di dalam gate, menunggu kedatangan seseorang, ya siapa lagi kalau bukan Changbin. Sebenarnya tidak diperbolehkan menjemput seseorang tepat di pintu penjemputan, melainkan harus di luar dari pintu penjemputan. Namun, ini adalah Minho maka ia dengan mudah mendapatkan akses untuk masuk ke dalam gate.
"Kak..?,"kepalanya menoleh ke asal suara, dan sebuah ulasan senyum secara otomatis terbentuk di bibir tipisnya. Dapat ia lihat seorang pemuda dengan menarik kopernya berjalan ke arahnya. Tak mau menunggu, ia yang menghampiri pemuda tersebut yang juga tengah tersenyum padanya.
"Udah nunggu lama ya kak?," Tanyanya dengan wajah semangat, tak terlihat raut kelelahan akibat perjalanan yang cukup lama itu.
"Enggak kok, baru aja nyampe," bohong, padahal 3 jam sebelum kedatangan Changbin, Minho sudah datang dan menunggu.
"Kamu capek nggak?," Minho mengelus pucuk kepala Changbin lembut, dan Changbin menggeleng kepalanya menjawab pertanyaan Minho.
"Enggak tuh," Minho mengangguk, ia lagi-lagi tersenyum.
"Kita makan siang dulu, soalnya perjalannya masih jauh," ucapnya pada Changbin sambil mengambil alih suitcase milik Changbin.
💧
Minho ternyata tidak bohong soal jarak tempuh mereka yang masih jauh. Terbukti 4 jam lebih mereka habiskan untuk sampai ke tempat yang tidak Changbin ketahui dimana dan apa nama tempat nya. Namun, ia tidak bisa dibuat menutup mulutnya karena kagum akan keindahan alam yang ada di tempat ia berasa sekarang.
"Ini rumah kakak?," Tanya Changbin ketika mereka sampai di sebuah rumah yang lebih tampak seperti mansion itu. Ya, walaupun besarnya rumah tersebut tergolong cukup normal seperti rumah biasa atau sebuah villa.
"Iya, cuma gak pernah kakak tempatin. Kakak terlalu sering tidur di kantor," Minho membawa Changbin kedalam sebuah ruangan. Lagi-lagi Changbin dibuat takjub.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3]Lo Siento (COMPLETE) ✔
FanfictionSekuel dari I Am You - (Changjin) But, the main focus is on Minho's feelings Minho yang selalu melontarkan kata maaf didalam hatinya ketika ia melakukan kesalahan yang bahkan ketika tak ada satupun yang menyadari Warn!! BXB AREA. M-PREG Semi-baku T...