1

12 3 2
                                    

"Percayalah tidak ada satupun yang peduli denganmu"

Kehidupan yang membuat ku  menjadi orang yang sangat tidak peduli.

Hari ini tepat dimana aku akan meninggalkan kedua orang tuaku . waktu masih menunjukkan pukul empat subuh , tetapi waktu itulah yang menunjukkan bahwa aku akan segera jauh dari mereka.

Aku tidak pergi sendiri , adikku juga ikut bersamaku. Aku pindah ke tempat dimana sebenarnya aku tidak inginkan untuk berada disana.

Tetapi semua ini kulakukan untuk keluarga , untuk ayah yang terlalu menyayangi ibunya .

Ayah percaya pada ibunya bahwa kami akan baik baik saja jika  bersamanya. Tetapi itu juga bukan alasan yang kuat mengapa mengirim kami kesana.

Flashback on

"Kak kamu jadi kan mau tinggal sama nenek."ucap ayah.
Aku terdiam ketika ayah mengucapkan kalimat itu lagi.Biasanya ketika ayah mengucapkan kalimat itu aku akan tersenyum seperti aku meyakinkan nya bahwa aku mau.
Tetapi untuk saat ini suasana hatiku berbeda , aku seperti merasa cemas ketika harus jauh dari mereka.

"Kak kok diam sihh , pertanyaan ayah belum dijawab loh."

Suasana masih sunyi kala itu untuk kami yang berada diruang tamu.

"Kalo kakak berubah pikiran gimana yah?". Ucapku , aku melihat reaksi ayah yang langsung menatapku.

"Tapi apa alasan kamu berubah pikiran nak?Kasihan nenek kalo sendiri disana"

"Kamu tetap kerumah nenek kan kak?".
Lanjut ayah.

"Apapun keputusanku ..itu semua gak akan merubah keputusan ayahkan." jawabku langsung meninggalkan ayah .

"Kakak tau kan ayah sangat sayang pada nenek!". Ucapnya disela kepergianku.
Aku hanya terus berjalan menuju kamar.

Flashback off

aku masih menatap mata mamah yang memerah karena terus menangis atas kepergian kami.

Sebenarnya aku juga ingin menangis,
Tapi aku berusaha untuk menahannya aku tidak ingin dia makin merasakan kesedihan , ketika dihadapkan dengan kenyataan bahwa ia akan jauh dari kedua anak gadisnya.

"Mah jangan nangis... Kakak janji bakal sekolah bagus bagus disana." ucapku untuk menenangkan nya.

Mamah hanya tersenyum dan meneteskan lagi air mata nya.
Itu  sangat terasa menyakitkan , dia mengalami kepedihan lagi.

Kini tiba aku harus pergi ke bandara . aku pamit dan hanya tersenyum singkat. Kini mobil yang ku tumpangi sudah jalan .

Ayah yang menyetir mobil , aku dan adikku duduk dibelakang , ayah ditemani paman. Karena perjalanan menuju bandara juga jauh .

Ayah mengambil pesawat yang berada di luar kota. Jadi otomatis bandara nya juga jauh.

diperjalanan aku terus memandang jalan dengan tatapan kosong, tetapi pandanganku teralihkan oleh adikku.

Dia diam ketika kami berangkat, tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya.

Aku yakin dia belum bisa menerima bahwa dia juga harus jauh dari orang tua di umur yang masih terbilang sangat kecil.

Tapi inilah realita kehidupan yang ku alami. Di umur kami yang masih terbilang muda , disaat kami berdua ditahap dimana sangat memerlukan perhatian orang tua. Tetapi mengahadapi kenyataan itu sangat sakit menurutku.

Kini aku dan adikku berada di dalam pesawat . adikku tetap tidak mengucapkan satu kata pun ketika berpamitan dengan ayah dan paman.

Kini aku seperti orang bodoh yang hanya terus memandangi sekitarku.

Dua jam perjalanan pesawat benar membuatku sangat lelah belum lagi perjalanan menuju rumah nenek.

Aku berdiri tepat dimana semua barang yang akan keluar dari bagasi pesawat berada.

Aku mengambil koperku dan koper adikku , tadi aku menyuruhnya untuk duduk saja .

Kini aku menghampirinya , aku melihat dia yang masih menundukkan kepalanya. Lalu karna geram aku coba untuk mengangkat kepalanya .

Aku terkejut yang kulihat mata yang membengkak , aku yakin itu semua karena dia terus menangis .

Aku duduk disampingnya dan tidak berbicara apapun.

Kami berada dia area penjemputan. Kami dijemput paman yang tinggal bersama kakek dan nenek.

***


Kami sudah tiba di rumah kakek dan nenek , ya kami disambut dengan sambutan hangat , tetapi aku merasa sambutan itu sangat terpaksa.

Flashback on

6 tahun yang lalu

Hari ini kakek dan nenek mengunjungi rumah ku atau lebih tepatnya rumah ayahku.

Di awal kedatangan, aku melihat semua bahagia saling membuat interaksi membuat ku merasa sangat bahagia.

Tetapi di hari berikutnya aku merasa ada keanehan karena di pagi itu biasanya sudah berkumpul untuk sarapan tapi ayah dan nenek tidak ada.

Aku menuju kamar nenek dan ketika sudah berdiri didepan pintu aku mendengar bahwa nenek sepertinya sedang berbicara dengan seseorang dan kuyakini suara lawan bicaranya adalah ayah dan yang kudengar adalah kenyataan yang sangat pahit.

"Nak...kamu tau kan ibu sangat tidak menyukai istrimu itu. Segera ceraikan ibu sudah muak dengannya."

"bu! Kenapa terus memaksaku untuk menceraikannya. Ibu taukan kami sudah punya 2 malaikat yang harus kami jaga bersama."

"Mumpung anak kamu masih kecil kamu harus cepat cepat menceraikannya"

"Sebenarnya apa yang ibu dari dulu sembunyikan dan alasan apa yang membuat ibu seperti ini?."

"Baiklah mungkin ini waktu yang tepat memberitahu mu alasan ibu tidak menyukainya. Kamu tau kan ibu ingin sekali ada penerus,tetapi apa dia melahirkan bayi perempuan itu yang membuat ibu sangat tidak menyukainya"

Dalam sekejap air mataku jatuh , apa yang dimaksud nenek . apa dia tidak menginginkan ku . mengapa sangat sakit.

Setelah kejadian itu aku pun melihat reaksi nenek terhadap ibu yang membuat ku jengkel.

Flashback off

Kenyataan yang kuketahui saat itu membuat ku hanya kebanyakan diam ketika sedang bersama nenek ataupun kakek.

Beberapa hari kami tinggal disini kami merasa semua akan baik baik saja .
Tetapi lama kelamaan semua itu jauh dari ekspetasi ku .

semua berubah seketika , seperti sudah disiapkan dengan skenario yang sangat baik.


tidak ada yang peduli !!!...
Ayah memang tidak peduli dengan perasaan ku dia hanya mementingkan perasaan ibunya.

Apakah aku salah berpikir seperti ini!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRY...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang