Author POV
“Tunggu dulu! Pakaianya...! Mereka menggunakan pakaian yang sama dengan pakaian seperti kemarin! Tidak mungkin, bahkan di kantor mereka melakukan....Tidak mungkin!” ucap Karin yang mencoba menghilangkan pikiran buruknya.Lalu Karin pun bergegas membeli sarapan seperti yang Aisha minta. Setelah mendapatkannya, ia langsung menuju kantor Bara. Namun saat ia akan mengetuk pintu, ia berpikir sebentar.
“Dua orang itu melakukan itu dan mereka masih tidak merasa sungkan memintaku untuk membeli sarapan buat mereka.” Ujar Karin lalu menghela napas dalam sebelum masuk ke ruangan Bara.
Setelah mengetuk pintu, Karin pun bergegas masuk. Betapa terkejutnya ia karena ada Mr.Gerald di dalam ruangan Bara.
“Sarapanya datang-“ ujar Karin lalu terkejut karena ia merasa sudah bersikap tidak sopan. Bara dan Mr. Gerald pun hanya meliriknya sekilas.
“Mengapa kau masih berdiri disana? Berikan sarapanya untuk Mr. Gerald,” tegur Bara karena melihat Karin tidak kunjung bergerak dari tempatnya.
“Ah iya,” ujar Karin lalu memberikan sarapan itu untuk mereka. Tidak lama kemudian Aisha pun bergabung dengan mereka.
“Jadi, kalian beryiga disini sepanjang malam?” ujar Karin memastikan bahwa pikiran buruknya tadi salah.
“Karena ibu Mr.Gerald sakit, ia ingin menandatangani kontrak secepat mungkin. Kamipun bernegosisasi sepanjang malam dan melakukan lembur semalaman untuk menyelesaikannya,” ujar Aisha menjelaskan. Karin pun hanya mengangguk paham. Ia sedikit merasa bersalah karena sudah berpikiran buruk.
Satu jam kemudian, semua urusan dengan Mr.Gerald pun sudah selesai. Bara, Karin, dan Aisha pun mengantar Mr.Gerald sampai depan perusahaan. Setelah Mr.Gerald keluar dari pintu, Karin pun langsung berbalik untuk menuju mejanya.
Saat melihat Aisha dan Bara akan masuk kedalam ruangan Bara, Karin pun mencegah mereka.
“Tunggu sebentar,” ucap Karin menghentikan mereka, “kalian berdua berkeja semalaman. Sepertinya aku harus mengatakan sesuatu. Bagaimanapun juga, aku masih menjadi sekretaris disini. Setidaknya kalian telfon aku dan bukannya tidak mengikutsertakan aku karena ini adalah bagian dari pekerjaanku,” ujar Karin panjang lebar.
Bara yang mendengar itupun melirik kepada Aisha sebagai isyarat untuk menjelaskan sesuatu kepada Karin.
“Kami sudah menelfonmu,” ujar Aisha mencoba menjelaskan.
“Tidak mungkin. Aku tidak memperoleh panggilan apapun,” ucap Karin menyela lalu bergegas mengambil ponselnya untuk mengecek. Dan betapa terkejutnya ia karena memang benar ada panggilan masuk dari Aisha.
“Kami menelfonmu pukul 7 malam dan ada seorang wanita yang mengangkatnya. Kami mengatakan padanya agar kamu bisa menghubungiku nanti. Kami menunggu telfonmu sepanjang malam tapi kami tidak mendapatknya. Kami mencoba menghubungimu lagi tapi ponselmu mati,” ujar Aisha menjelaskan.
Mendengar itupun, Karin hanya bisa menggigit bibir bawahnya menyadari kecerobohannya. Tiba-tiba, Bara bersuara.
“Karin, apa kira-kira sanksi yang cocok aku berikan padamu karena kecerobohanmu ini?” ujarnya. Karin yang mendengar itupun cukup terkejut namun berusaha tenang.
“Bagaimanapun juga, kalian tidak membutuhkanku. Bukan hal besar untukku mengundurkan diri,” ujar Karin sambil menahan tangisnya akibat ucapan Bara. Aisha yang mendengar ucapan Karin pun cukup terkejut dan sedikit merasa bersalah. Sedangkan Bara malah terlihat meremehkan.
“Mengundurkan diri?,” ucap Bara sambil memasukkan kedua tangannya di kedua saku celananya, “apa kau yakin akan mengundurkan diri?” lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss to My Boyfriend
Teen FictionBagaimana rasanya bertemu dengan teman lama yang sering kita remehin dulu, tapi sekarang jadi bos kita? Takdir tidak ada yang tahu, maka jangan menyepelekan siapapun.