Seperti biasanya, Alena menemani Clarissa untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Semenjak usia kandungan Clarissa memasuki bulan ke-8, dokter memintanya untuk memeriksakan kehamilan seminggu sekali untuk mengetahui perkembangan bayinya.
Pemeriksaan kali ini mereka tidak hanya berdua karena Clarissa mengajak Maliq untuk ikut bersamanya. Semenjak didalam mobil, Maliq dan Alena saling membungkam mulut masing-masing. Clarissa sengaja memutar otaknya agar Maliq bisa semakin dekat dengan istrinya yang tidak mempunyai banyak waktu lagi.
Clarissa bukanlah anak kecil yang tidak bisa melihat ketidak harmonisan rumah tangga kakanya. Ia hanya tidak ingin ikut campur dalam urusan suami istri, namun kali ini situasinya mendesaknya agar Maliq bisa membahagiakan Alena di saat-saat terakhirnya.
Setelah melakukan pemeriksaan, dokter mengatakan jika kandungan Clarissa telah memasuki usia 8 bulan 3 minggu. Kondisi janinnya juga terlihat sangat sehat, volume air ketubannya juga mencukupi. Maliq cukup merasa lega karena tak ada yang perlu di khawatirkan dengan kondisi kehamilan Clarissa.
Jujur saja selama ini Maliq kecewa karena Clarissa tidak mengijinkannya menemani chek up ke dokter kandungan. Maliq sangat menyayangi Clarissa walaupun ia melakukan kesalahan yang fatal. Namun apa daya seorang kakak yang menyayangi adiknya, Maliq hanya bisa melihat hasil laporan kehamilan adiknya lewat Jeremy.
Hari ini ia bisa tersenyum dengan manis karena adiknya itu sudah mengijinkannya untuk ikut ke dokter. Mungkin itu karena Maliq sudah melupakan masalah Daren jadi Clarissa mengijinkan sang paman untuk melihat keponakannya.
Alena melihat layar ponselnya dengan gusar. Tamara memintanya untuk bertemu di tangga darurat sekarang juga. Dia mencari-cari alasan agar dia bisa pergi dari tempat itu tanpa dicurigai oleh Clarissa ataupun Maliq.
"Cla, aku ke toilet sebentar ya." kata Alena.
"Perlu aku temani?" celetuk Maliq.
"Tidak usah, aku bisa sendiri. Lebih baik kau temani Clarissa." tolak Alena dengan halus.
Tanpa ia sadari, Jeremy tengah mengikutinya dari belakang. Alena menuju tangga darurat dimana Tamara menunggunya sedari tadi.
Tamara langsung menarik tangan Alena saat melihat batang hidungnya. "Al, lo ngga bisa begini terus. Gue ngga mau tau, lo harus operasi 3 minggu lagi. Gue ngga bisa biarin lo kayak gini terus-terusan." kata Tamara dengan cemas.
"Kasih gue waktu, gue harus buat situasinya aman." pinta Alena.
"Lo harus putusin secepetnya!" ancam Tamara.
Kepala Alena tiba-tiba pusing, bahkan ia merasakan sakit yang teramat di bagian perutnya. Beberapa detik kemudian ia kehilangan keseimbangan lalu pingsan. Hal tersebut membuat Tamara cemas lalu dia menghubungi dr.Fedric untuk membantu membawa Alena ke ruang rawat.
Jeremy's POV
Jeremy membaca pergerakan Alena yang mulai gusar semenjak membaca pesan yang masuk ke ponselnya. Ia menduga ada sesuatu yang sedang Alena rencanakan. Tak ingin gegabah, Jeremy diam sambil terus mengawasi pergerakan Alena.
Saat Alena meminta ijin untuk ke toilet, dengan sigap Jeremy mengikutinya tanpa di sadari oleh majikannya. Dan benar saja dugaannya, Alena bukan masuk ke toilet melainkan masuk ke tangga darurat yang berada di samping toilet.
Jeremy memasang earphone canggih yang bisa menerjemahkan suara yang ia dengar kedalam bahasa Inggris. Tak sia-sia Bella memberikan alat ini sebelum pergi tadi, Bella sudah memprediksi jika alat ini akan di butuhkan Jeremy saat mengikuti majikannya itu.
"Al, lo ngga bisa begini terus. Gue ngga mau tau, lo harus operasi 3 minggu lagi. Gue ngga bisa biarin lo kayak gini terus-terusan." kata Tamara dengan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum My Beloved (Revisi)
Dragoste"Don't touch me! we're not muhrim!" bentak Alena. "Oke, I'll get you my muhrim!" kata Maliq dengan tegas. Awalnya Maliq menyukai Alena karena karakternya yang berbeda namun seiring dengan penolakan yang Alena tunjukkan membuat Maliq terobsesi untu...