00:30

7.2K 576 15
                                    

Minggu tegang karna setiap malam dan subuh harus berkutat dengan buku-buku, sudah terlewati. Hari ini sudah hari kedua libur UAS, dan yang Gea lakukan hanya mengunci semua pintu rumahnya, menutup jendela, menonton semua film yang tidak sempat ia nonton dengan cemilan yang tak akan habiskan. Berbicara tentang cemilan, memang cemilannya tak akan ada habisnya. Pertama, karna Kevlar sangat rajin menyetok cemilan di rumahnya. Kedua karna Gea tidak terlalu suka mengemil. Dan Kevlar, setelah malam itu, Gea mati-matian menghindari Kevlar selama 1 minggu lewat 4 hari.

Seperti sekarang, Gea sedang berada di bawah selimut tebalnya, menonton film yang baru 20 menit terputar. Suara bel rumah membuatnya beranjak dari tempat ternyamannya. Kaki Gea menuruni tangga dengan berlari kecil. Setelah membukakan pintu dan mendapati wajah Kevlar, Gea buru-buru menutup pintu utama rumahnya. Namun gerakannya dikalah cepat oleh kaki Kevlar yang sudah menahan pintu itu kembali tertutup.

"Baju lo pendek banget, nggak takut kalo orang lain yang dateng?"

Gea melirik baju yang ia kenakan sekilas. Benar apa yang dikatakan Kevlar, ia hanya memakai baju kaos panjang hingga satu jengkal di atas dengkulnya. Setelah kembali ke posisinya nyamannya, Gea mulai fokus pada filmnya tadi.

"Lo beneran nggak mau ke rumah Mamah?"

"Mau."

"Kenapa nggak ganti baju?"

"Sekarang?"

"Kapan lagi? Kalo nunggu lo mah tahun depan juga nggak jalan-jalan."

Gea berdecak, ia mengambil tas yang biasa ia pakai jika ingin kemana-mana. Memasukkan semua pakaian yang ingin ia kenakan di sana, nanti. Kevlar menatap Gea dari posisinya, lalu berbalik menatap tumpukan buku yang berada di meja belajar Gea. Bayang-bayang angka di meja belajar itu terlihat jelas, dan yang membuat Kevlar tersenyum adalah ada namanya, dibalik bayang-bayang angka yang berada di sana.

"Lo nggak mandi?"

"Nggak."

"Yaudah ganti baju."

Dan Gea benar-benar membuka bajunya di hadapannya.

• • •

Sesampainya di Bogor, Gea memasuki rumah mewah itu dengan langkah pelan, ia sudah menyiapkan mentalnya. Setelah berpelukan dengan kedua orang tuanya, Gea memasuki kamar lamanya, semuanya masih sama. Gea berbalik, menatap Ibunya yang sudah lama tak ia kunjungi, dengan senyuman yang sedikit di paksakan, Gea ingin melihatkan kepada Ibunya bahwa ia baik-baik saja tinggal sendirian di Ibukota.

"Mang Ujang tolong anterin Kevlar ke kamarnya," ujar Gea sebelum ia sibuk dengan pakaiannya yang akan ia susun di lemari.

"Kalian masih gini aja?"

"Maksud Mamah gini aja?"

"Seperti ini."

Gea tertawa kecil yang direkayasa. "Nggak Mah, di sana aku baik-baik aja sama Kevlar."

Lagi, Gea menyimpan semuanya sendiri.

"Beneran Ge? Kamu nggak nyembunyiin sesuatu dari Mamah kan?"

"Nggak lah Mah. Gea pasti cerita kalo ada apa-apa."

Ibu Gea pun mengangguk lalu keluar dari kamar itu. Saat pintu benar-benar sudah tertutup Gea menghembuskan nafasnya kasar, sembari menatap pakaian yang berada di tasnya. Apapun keadaannya ia harus terlihat bahagia di depan kedua orang tuanya saat bersama Kevlar. Tapi bagaimana caranya, hanya menatap mata Kevlar saja, sudah mampu membuat dadanya sesak seperti dihantam batu besar.

Pintu kamarnya diketuk dua kali lalu pintu itu terbuka, menampilkan wajah Kevlar sedang tersenyum lebar. "Ge, ayo turun. Yipi udah punya anak."

"Iya, duluan aja Kev."

Mendengar jawaban Gea yang lesuh, membuat Kevlar bingung. Biasanya jika hal yang berkaitan dengan Yipi—kucing pintar kesayangan Gea, perempuan itu langsung bersemangat. Namun kali ini berbeda. Kevlar masuk ke dalam kamar itu, duduk di samping Gea, membantu perempuan itu menyusun pakaiannya ke dalam lemari.

"Gue salah, seharusnya kita ke rumah Bunda aja, jangan ke sini."

"Kenapa? Kan ini rumah orang tua lo, masa lo nggak seneng?"

Gea menggeleng, air matanya jatuh tanpa perintah. "Gue nggak seneng."

"Kok lo nangis sih?" tangan kanan Kevlar terulur, ingin menghapus air mata Gea. Sisa beberapa centi lagi, Kevlar menghentikan aktivitasnya.

Gea menatap mata Kevlar dalam, sedangkan Kevlar menjauhkan tangannya dari wajah Gea. "Maaf."

Sayang sekali, padahal Gea menunggu jari Kevlar mengusap air matanya.

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang