Dendam Pernikahan 6

23.9K 1.1K 70
                                    

Dendam_Pernikahan
Part. 6

💔💔💔

Fida melirik jam di dinding ruang tamu, sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia menghela napas dan kembali menghubungi nomor suaminya. Sudah sejak satu jam yang lalu, nomor Hizam tidak aktif. Gelisah menunggu Hizam pulang, ia turun dari sofa dan hendak ke kamar mengambil kunci mobil. Langkahnya terhenti saat suara deru mobil parkir di halaman. Secepat mungkin, ia melangkah keluar.

“Bang Hizam!” serunya. Berlari dan langsung memeluk suaminya saat keluar dari mobil.

“Eh, ya Allah,” pekik Hizam terkejut, “Assalamualaikum, Adek.”

“Waalaikumussalam.” Fida melepas pelukannya. “Abang ini ke mana saja? Kenapa HP-nya mati? Kenapa jam segini baru pulang?” cecar Fida dengan bibir sedikit mengerucut.

“Ya Allah iya, maaf maaf. HP Abang baterainya lowbat dan tadi mobil sempat mogok. Maaf, ya, sudah bikin adek khawatir.” Hizam mengecup pelan kening istrinya lalu mengajak masuk.

Ada sedikit rasa bersalah ketika harus membohongi istri, tapi memberitahu kebenaran hanya akan menyakiti hati. Melihat Fida merunduk sedih atau bahkan menangis, adalah hal yang jangan sampai Hizam lakukan.

“Abang mandi dulu, ya. Nanti baru makan.” Hizam mengusap pipi Fida, setelah mendapat anggukan ia pergi ke kamar, sedangkan Fida menyiapkan makan malam.

Hizam mengusap wajah seraya beristighfar. Langkahnya berat karena pikiran selalu tertuju kepada desakan ibunya. Lagi, ia harus dihadapkan oleh pilihan tersulit. Ibu tetaplah yang utama dan surganya, tapi istri adalah tanggung jawabnya, menyakiti sama saja dosa besar dirinya terhadap Allah.

“Naila.” Seorang wanita berparas ayu dengan jilbab ungu itu mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

“Hizam,” jawab Hizam sopan dengan menangkupkan kedua tangan di depan dada.

“Oh, maaf, Bang.” Naila sedikit tak enak hati, tapi Anjani--ibunya Hizam-- merangkul bahu dan segera mempersilakan duduk di sofa ruang tamu rumahnya.

Pertemuan singkat di rumah Anjani di daerah Bogor itu sengaja dilakukan untuk memperkenalkan Naila, wanita 28 tahun yang sedang mencari seorang suami. Anjani berhasil meyakinkan Naila untuk berkenalan dengan anaknya yang sudah berstatus suami, tapi sepuluh tahun belum memiliki keturunan. Harapan Anjani adalah menjodohkan mereka, lalu memiliki cucu dari anak lelaki kesayangannya.

“Bagaimana menurutmu, Zam? Naila cantik dan anggun ‘kan?” tanya Anjani langsung saat Naila telah pulang.

“Iya, Bu.” Hizam menjawab singkat karena sudah tahu ke arah mana tujuan ibunya.

“Ibu yakin dia bisa menjadi istri yang baik, Zam.”

“Iya.”

“Apa kamu tidak ada keinginan untuk menikahinya? Ibu yakin dia wanita yang subur.”

Hizam tersenyum, menarik napas sejenak dan meneguk es melon di gelas yang belum tersentuh sejak tadi.

“Zam! Ibu ini serius lho. Kamu sudah 35 tahun tapi belum memiliki anak. Mau sampai kapan? Menunggu umur 40 atau 50 atau memang berniat tidak mau memiliki anak sama sekali?” ujar Anjani menggebu-gebu.

“Ibu ….” Hizam tersenyum dengan tangan menyentuh bahu Anjani. “Maafkan Hizam karena sampai sekarang belum bisa memberi keturunan kepada Ibu. Tolong doakan, semoga Allah segera memberi kepercayaan kepada Hizam dan Fida untuk memiliki anak.”

“Kamu ini!” tukas Anjani dengan helaan napas berat. “Islam mengizinkan seorang lelaki untuk melakukan poligami, Zam. Apalagi ada alasan kuat di balik itu semua. Sepuluh tahun itu bukan Waktu yang singkat, Zam. Apa salahnya mencoba dan berusaha?”

Dendam Pernikahan (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang