Setelah sarapan, mereka semua berangkat menuju pantai yang kemarin malam dibicarakan. Hilman sendiri yang membawa mobil dengan Gea, Fiola dan Kevlar diduduk di kursi tengah. Sesampainya di pantai, mereka semua membentangkan kain untuk dijadikan alas duduk tepat di bawah pohon kelapa yang tak jauh dari pesisir pantai.
"Kak Gea ayo beli es kelapa!"
Gea mengangguk menyetujui, mereka berdua pun pergi membeli es kelapa yang berada tak jauh dari tempat mereka. Bunda Kevlar sedang memesan tempat untuk makan siang dan makan malam, meninggalkan Kevlar dan Hilman berdua.
"Hubungan kalian membaik? Gea mulai menerima mu lagi?"
"Iya Yah. Kevlar janji, nggak akan ngecewain Gea lagi."
"Kamu sudah janji sama Ayah. Jangan buat Ayah malu lagi di depan Gea dan kedua orang tuanya."
Kevlar mengangguk lalu menatap Gea yang sedang mengantri di sana. Sebenarnya, Kevlar kurang suka dengan baju yang dipakai oleh Gea. Bukan, bukan karna baju itu terlihat jelek bila dipakai Gea. Gea cantik memakai apa saja. Namun, ketika memakai baju itu, punggung Gea sedikit ter-ekspos jadi Kevlar kurang suka. Fiola kembali dengan kelapa muda di tangannya. Sedangkan Gea masih menunggu kelapa yang lain.
Di sana, terlihat Gea sedang diganggu laki-laki yang sedang berkumpul di sana. Kevlar berdiri, hendak menghampiri Gea, tapi lengannya di tahan oleh Hilman.
"Yah, Gea–"
"Kita liat."
Kevlar memperhatikan gerak-gerik Gea. Saat ingin kembali, Gea dihalangi oleh laki-laki tadi. Dalam satu kali tendangan, laki-laki tadi ambruk di pasir sembari memegangi tulang keringnya. Kevlar yang menyaksikan dari jauh hanya bisa berseru tidak percaya.
"Sudah Ayah bilang. Gea itu langka, kamu saja yang dengan bodohnya membuat dia seperti ini. Coba sekarang, kalau bukan Ayah yang memaksa, kamu sama Gea nggak akan bisa seperti sekarang."
Gea menaruh dua kelapa muda di hadapan Hilman dan Kevlar lalu kembali mengambil pesanan kelapa mudanya.
"Selama ini, Gea pernah nggak nyuruh kamu pergi dari hidupnya? Nggak pernah, kan?"
"Paling nyuruh kamu pergi dari hadapannya bukan kehidupannya," lanjut Hilman.
• • •
Gea menatap Kevlar dan Fiola yang sedang kejar-kejaran di pinggir pantai, sesekali Kevlar mencipratkan ombak pantai pada Fiola, membuat gadis itu tertawa. Gea tersenyum kecil, seandainya kejadian itu tidak pernah terjadi, Gea mungkin bisa membayangkan masa depannya seperti apa. Kevlar mendatangi Gea yang duduk sendirian dengan nafas yang terengah, pasir menempel di wajah, tangan dan kakinya.
"Lo mau di sini aja? Ayo ikut main," ajak Kevlar.
"Gue di sini aja," jawab Gea.
Kevlar mengangguk, bukannya kembali bermain dengan Fiola, Kevlar malah berbaring di samping Gea. Kepala Kevlar sedikit menyentuh paha Gea, membuat Kevlar buru-buru memperbaiki posisinya. Tapi malah tangan Gea yang menuntun kepala Kevlar untuk menjadikan pahanya sebagai bantalan. Kevlar diam, memperhatikan respon Gea. Perempuan itu membuka sedikit mulutnya, bernafas lewat sana, berarti, masih sama.
"It's okay. Lo nggak perlu paksain. Kalaupun kita harus jaga jarak sampai tua, nggak pa-pa, gue tetep sayang sama lo."
Kevlar kembali bermain dengan Fiola, meninggalkan Gea yang masih mencerna perkataan Kevlar tadi. Matahari sudah terbenam, dan Gea menyaksikannya bersama Kevlar di sampingnya. Satu hari itu, mereka benar-benar menghabiskan waktunya di pantai. Acara terakhir, yaitu makan malam di restoran mewah pinggir pantai.
Mereka menikmati makan malamnya sembari menatap pemandangan pantai yang masih saja indah saat malam hari. Lampu hias yang digantung di pohon kelapa, menambah kesan indah malam ini.
Gea memperhatikan Kevlar, laki-laki itu sama sekali tidak menyentuh telur mata sapinya. Gea mengarahkan sendoknya ke piring Kevlar, memisahkan kuning telur dan putih telur lalu memakan kuning telurnya saja. Kevlar tertegun melihat apa yang dilakukan oleh Gea tadi. Sejak kemarin, Gea bertingkah seperti bukan Gea sekali.
Sedangkan Bunda Kevlar yang melihat kejadian itu, tersenyum tipis. Semoga Kevlar tak mengecewakan Gea lagi entah untuk ke berapa kalinya.
-2:00 AM-
KAMU SEDANG MEMBACA
2:00 am
Short Story❝ Pukul 2 pagi, dan semuanya dimulai. ❞ Entah ini sudah kali ke-berapa, kejadian itu kembali terulang . Sedih, hancur, kecewa, marah semua berlalu begitu saja. Tapi pada akhirnya, aku tetap menerimanya kembali. Start ; 3 Ap...