#53

6.6K 277 48
                                    

***
"silahkan duduk" ucapku mempersilakan Maya duduk

Dia pun duduk dan aku mengambilkan minuman untuknya dari dapur.. Namun sebelumnya, aku menghampiri mas Imran di kamar dahulu..

"mas" kataku pada mas Imran dalam kamar dengan kesal

"ada apa sayangku kok manyun gitu?" tanya mas Imran melihat ke arahku

"Ameera kesal!" ujarku pada mas Imran dengan raut wajah kesal tak dapat ku sembunyikan lagi

"iya memangnya apa yang membuatmu kesal sayang" tanya mas Imran padaku

"tau lah, lihat sendiri tuh yang bikin Ameera kesal, dia ada di ruang tamu mencarimu" ujarku dengan ketus kemudian aku melenggang ke dapur

"memangnya ada tamu siapa sayang?" tanya mas Imran namun tak ku hiraukan

Aku mengambil suguhan untuk Maya sedang mas Imran ku rasa dia menuntaskan rasa penasarannya dengan melihat siapa yang ada di ruang tamu yang tidak lain adalah Maya, orang yang menaruh rasa pada suamiku itu.

Saat aku berjalan ke ruang tamu, ku lihat ada mas Imran sedang mengintip dari balik tirai ruang tengah, kemudian hendak berbalik berjalan ke kamar

"mas, kenapa kok ndak ditemui tamunya?" tanyaku sensi sambil membawa nampan yang diatasnya ada minuman untuk Maya

Wajah mas Imran mendadak kesal dan seperti akan mendidih karena Maya pernah membuat kepercayaanku pada mas Imran sedikit goyah tempo hari..

"mas ndak mau menemui dia, kalau kamu mau ya kamu saja" ucap mas Imran dengan wajah kesalnya hendak melangkah ke dalam kamar

Namun aku menahan dengan memegang tangannya..

"mas, kau tau, aku pun tidak ingin menemuinya, tapi dia ingin bertemu dengan kita, tidak ada salahnya kan mendengarkan apa maksudnya dulu, lagian melayani tamu dengan baik kan baik mas?" tuturku pada mas Imran

"hmm.. Baiklah kalau begitu" ujar mas Imran dengan menghela napas panjang

Kami berjalan ke arah Maya dengan langkah mas Imran yang sudah malas dengan semua ini

"jadi, apa maksud kedatanganmu kesini?" tanya mas Imran dengan ketus pada Maya

Aku duduk di samping mas Imran setelah menyuguhkan minuman untuknya..

"ustadz, mungkin semua yang akan aku katakan tidak kalian sukai, dan akan membuat hati Ameera terluka, tapi aku sendiri bingung tentang hatiku, aku bingung dengan apa yang aku rasakan" tutur Maya dengan menangis

Mendengar penuturannya, dengan spontan tanganku menggenggam punggung tangan kiri mas Imran dengan erat dibalas dengan tangan kanan mas Imran ke atas tanganku seolah mas Imran mengatakan "percayalah, semuanya akan baik-baik saja"

"sudahlah tidak usah basa basi, cepat kasih tau apa inti pembicaraanmu saja" ujar mas Imran serasa ingin langsung menyuruhnya pergi

"Hiks.. Hiks.. Ustadz jujur saja, aku menaruh rasa padamu, aku.. Aku mencintaimu dari sebelum ustadz menikah, aku ingin melupakan ustadz tapi tetap saja tidak bisa" ujar Maya yang sontak saja membuat aku dan mas Imran kaget

Deg..

"apa yang kau bilang, tidak sedikitpun aku menyimpan rasa untukmu Maya, aku harap kamu dapat mengerti" ujar mas Imran perlahan mengendalikan emosinya

"ustadz aku ingin ustadz menikahiku, Ameera, aku mohon izinkanlah suamimu untuk berbagi, ustadz, Ameera, aku rela jika hanya menjadi istri kedua" ucap Maya

"apa yang kau katakan, ini sudah kelewatan Maya, kau tau pernikahan itu janji suciku pada Allah swt, tidak semudah itu aku menodainya dengan menikah lagi, tidak! Aku sangat mencintai istriku dan lagi pula sebentar lagi kami akan mempunyai buah hati yang akan semakin mengeratkan cinta dan kepercayaan kami satu sama lain" tutur mas Imran yang ku rasa kini darahnya pun sudah mendidih mendengar celoteh Maya

Jannah Ku Bersamamu Ustadz (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang