Sorot mata Kanna menajam ketika menatap pintu batu yang terlihat berair. Tak ada suara apapun di dalam sini. Sunyi seakan tak ada kehidupan. Namun, aura hebat sudah ia rasakan saat ia terlempar dari terowongan yang dibuka Cygnus.
Seekor kruk, binatang melata berkaki banyak melompat dari dinding dan hampir mengenai tubuh Kanna. Kruk adalah salah satu binatang neraka. Kehadiran mereka, berarti ada hal yang berkaitan dengan neraka. Kanna tak akan percaya jika hanya ada satu kruk di sini. Karena itu, matanya membeliak mengamati sekitar.
Tebakan Kanna benar. Di sisi yang berlawanan. Celah lubang dinding batu adalah jalan masuk dan keluar hewan-hewan neraka tersebut. Setiap kali mereka keluar, mereka akan melompat dan hinggap dari tembok ke tembok. Menghindari berurusan dengan kruk, Kanna berjinjit lalu melompat ke langit-langit goa dan merangkak dengan bantuan sihir. Ia menggunakan sihir seminimal mungkin, untuk menghindari kecurigaan Atheras.
Atheras, sang dewa kematian selalu memiliki khas sendiri. Keberadaannya selalu dibaui oleh wewangian kematian. Khususnya wangi bunga samaria. Sebab itulah, Kanna menghindari aroma wangi samaria dan beralih mencari jalan lain.
Ia melihat suatu celah berongga yang dapat dimasuki oleh satu orang. Tanpa bersuara ia mendarat sempurna lalu mengamati keadaan. Tubuhnya mendadak kaku ketika suara gesekan batu terdengar. Tajam. Kedua mata Kanna menatap lekat pada pintu batu yang hanya berjarak beberapa meter darinya.
Kemudian gesekaan antar batu menjadi lebih kuat dan getarnya seolah menegaskan pintu telah terbuka. Degub jantung Kanna semakin memompa cepat. Ia semakin melesakkan diri di celah-celah batu. Berharap siapapun yang keluar dari pintu itu tak menyadari keberadaannya. Seminimal mungkin ia akan menghindari pertarungan, karena Kanna datang hanya akan mengambil kristal merah.
Dugaan Kanna tepat. Sosok Atheras keluar dengan jubah hitam menutupi seluruh kepalanya serta tongkat dengan ujung kepala tengkorak manusia. Wajah dewa itu bahkan tak terlihat, akan tetapi aura gelap yang menguar dari tubuh memberitahukan bahwa ia adalah dewa kematian. Aroma bunga samaria pun tercium sangat pekat. Harum memabukan tetapi penuh teror kematian.
Atheras meninggalkan pintu tersebut dan melangkah begitu percaya diri tanpa menutup kembali pintu batu. Di belakangnya mengikut makhluk Kerr, makhluk penyebab kematian secara buruk pada manusia. Kerr merupakan para abdi setia Atheras.
Melihat mereka pergi, Kanna tak lantas memasuki ruangan itu. Ia hanya mengamati keadaan. Saat tak ada lagi wangi bunga samaria, ia baru melompat ke bawah lalu berderap masuk.
Ruangan yang Kanna masuki ternyata sebuah lorong panjang yang berkelok-kelok. Mengikuti instingnya Kanna menyusuri lorong tersebut. Suara kelelawar goa terus menerus mengiringi tetapi itu sebuah keuntungan bagi Kanna. Kelelawar akan sangat peka terhadap aroma bunga samaria. Mereka akan diam ketika ada Atheras, jika mereka bersuara itu berarti Kanna aman dari Atheras.
Lorong di depan mempunyai dua cabang. Kanan dan kiri. Keduanya terlihat serupa tetapi Kanna tahu, ia harus memilih salah satunya.
Kanna memindai menelisik lebih detail akan adanya perbedaan kedua lorong. Keduanya benar-benar mirip. Bahkan seperti bayangan pada sebuah kaca. Lalu, ia pejamkan kedua matanya berusaha masuk ke dalam mata batin. Tetap. Tak ada perbedaan.
Perlahan Kanna maju beberapa langkah. Tangan kanannya ia rogoh masuk ke dalam kantong kiltnya. Dua bola kristal alam semesta dan jiwa terlihat bercahaya. Ia arahkan dengan mengulur tangannya ke lorong sebelah kanan. Tak ada perubahan. Kemudian, ia beralih ke lorong sebelah kiri.
Cahaya kristal masih tak ada perubahan. Kanna mengernyitkan dahi penuh keheranan. Apakah memang kristal kematian tak ada di sini?
Ketika tangannya ia tarik, tiba-tiba kedua kristal mengeluarkan cahaya yang sangat terang hingga menyinari lorong di mana Kanna berdiri. Kanna mendongak lalu menatap pada lorong sebelah kiri. Tak ingin membangkitkan kecurigaan Atheras, segera ia memasukkan kembali dua bola kristal ke dalam kantong dan segera memasuki lorong kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DESTINY (TAKDIR)
FantasyZarkan Tar, Sang Mahadiraja dari Samhian. Mempunyai kekuatan setingkat dewa tertinggi. Keabadian dan segala keberuntungan selalu berpihak kepadanya. Raja yang sangat dihormati oleh para rakyat dan negara lain. Hingga suatu hari, ramalan besar datan...