Part 1

2.8K 143 29
                                    

"Aku belum siap menikah sekarang, Ma." Sarah yang baru saja pulang kerja sudah disambut oleh lamaran yang lagi-lagi datang.

"Terus kapan siapnya? Nunggu mama meninggal?"

"Ma, itu sama sekali tidak lucu. Berhenti mengucapkannya lagi."

"Sarah, umurmu tidak lagi muda, Nak. Lihat teman seumuranmu sudah ada yang gendong anak dua bahkan tiga, sedangkan kamu? Temen buat diajak buat anak aja belum ada."

"Ma, please deh. Kita sudah bahas ini sejak lama, kan? Aku akan menikah kalau memang benar-benar sudah siap. Sudahlah, aku mau mandi dulu dan aku mohon dari lubuk hati yang paling dalam sampaikan pada keluarga pria itu kalau Sarah Hapsari menolak lamarannya. Oke? I love you." Sarah mencium singkat pipi wanita paruh baya itu, lalu beranjak masuk ke kamarnya, sang mama hanya bisa menghela nafas panjang melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.

***

Lagi dan lagi, Sarah menolak lamaran pria yang akan mempersuntingnya untuk yang kesekian kali. Umurnya tak lagi muda, ia berusia 35 tahun tepat hari ini. Tidak ada perayaan atau pesta karena Sarah membenci pesta dan kejutan.

Teman-teman yang tahu sifat Sarah hanya akan memberi ucapan tanpa embel-embel kejutan atau tiup lilin. Pernah suatu hari mereka memberi kejutan di hari ulang tahunnya, bukannya gembira yang didapat tapi Sarah justru opname di rumah sakit selama 5 hari. Ia pingsan tanpa ada yang tahu apa penyebabnya, sampai mereka menyimpulkan sendiri kalau Sarah phobia kejutan dan pesta, aneh bukan?

Gadis yang memilik rambut ikal sepinggang itu bekerja di sebuah butik ternama. Hobinya pada dunia fashion dan menggambar desaign baju membuat ia dilirik dan diajak kerja sama oleh butik itu.

Bahkan ia sudah dianggap sebagai tangan kanan sang pemilik butik dan memiliki peran besar dalam kemajuan butik, akan tetapi gadis itu tetap rendah hati dengan pegawai yang lain, karena ia tipe orang yang supel dan humble.

Prinsipnya hanya satu, ia dulu juga berasal dari pegawai bawahan hingga akhirnya sampai diposisi yang sekarang. Jadi, ia tak pernah membeda-bedakan teman dan itu lah yang membuatnya sangat disenangi oleh teman-temannya.

Sejak kecil Sarah hanya tinggal dengan Mamahnya, Bu Ika. Seorang pengusaha roti ternama di kotanya. Banyak teman bisnisnya yang mengajukan lamaran untuk meminang putri satu-satunya ini dan dengan tegas pula Sarah menolak lamaran mereka semua, tanpa terkecuali. Saat ditanya alasannya kenapa, jawabannya selalu sama ia belum siap menikah sekarang. Padahal lamaran itu mulai berdatangan di saat Sarah masih berusia 20 tahun.

Ayah Sarah meninggal saat ia berusia 3 tahun, beliau meninggal dalam kecelakaan tunggal saat akan pergi ke rumah saudara diluar kota. Tadinya, ia akan menjemput Sarah dan sang mama yang sedang berlibur, justru beliau dijemput duluan oleh sang malaikay maut.

Sejak saat itu semua kebutuhan hidup, Bu Ika yang memenuhi, ia tak ada niatan untuk menikah lagi, padahal wajah ayu dan sikap pekerja kerasnya sangat menarik perhatian para kaum adam. "Mama, masih terlalu cinta sama ayahmu, Nak." Begitu jawabannya saat ditanya Sarah kenapa tidak mau menikah lagi.

***

Sarah mulai mengisi bath up dengan air hangat, ini kebiasaannya setelah pulang kerja pada malam hari, ia akan menenangkan diri dengan berendam di bath up.

Dengan bersandar, ia memejamkan mata, merelaksasikan tubuh dengan aromatheraphy yang sudah ia letakkan di sudut kamar mandi. "Sarah, ikutlah denganku, akan kuberi hadiah ulang tahun terindah. Kemarilah, Sarah. Ini akan selalu kamu ingat nanti seumur hidupmu, Sarah. Sarah? Kamu dengar aku? Sarah?" Suara itu, terus menggema di telinganya. Membuat keringat dingin mengucur deras membasahi dahi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 09, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang