Sepasang mata gelap itu menyusuri lapangan basket di bawahnya, bukan, mengikuti langkah panjang siswa jangkung yang melintasi lapangan itu dengan gaya yang sangat keren menurutnya.
Chae Hyungwon, lebih muda tiga bulan darinya tapi mereka bersekolah di tahun yang sama. Menarik, itu yang pertama kali terlintas di dalam kepalanya ketika bertemu pandang dengan lensa terang Hyungwon.
Dan sejak semester lalu, ia tahu kalau remaja tampan itu sangat sering melanggar peraturan sekolah. Lensa kontak terang, tertidur di jam pelajaran, terlibat perkelahian yang sebenarnya dia menjadi korban karena mulut pedasnya, juga meninggalkan kelas sesuka hatinya. Anehnya lagi, semua ulah itu malah membuatnya semakin tertarik dan mencari tahu lebih jauh tentang Hyungwon.
Aneh? Untuk remaja itu, tidak aneh sama sekali. Ia sudah lama menyadari ketertarikannya pada sejenisnya. Dan baginya, rasa suka adalah rasa suka dan tak perlu dibatasi jenis kelamin atau yang lainnya.
Ia merengut. Suka? Pandangannya kembali terarah ke papan tulis. Suara guru yang sejenak menghilang terdengar lagi baginya. Ia hanya suka melihat Hyungwon, bukan suka dalam artian lebih. Ia mencoreti bukunya asal, pandangan tajam Chae Hyungwon seakan menusuk balik kelopak matanya.
"Ugh!"
"Lee Minhyuk?" Celaka, ia memperdengarkan gerutuannya tanpa sengaja.
"I, iya, Pak?"
"Coba ulangi lagi penjelasan saya!"
"Eh," ia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Anu," ia meringis. "Yang mana, Pak?" ia malah balik bertanya. Ia sudah siap menerima nasibnya, nilai kimianya pasti hancur kali ini.
"Sabtu ini, kelas hukuman jam sembilan pagi." Ia mencatat sesuatu di bukunya. Itu final, dan Minhyuk hanya terduduk lemas di kursinya. Gara-gara Chae Hyungwon itu. Ia mencebik kesal, tapi suara menggelegar sang guru memaksanya untuk kembali fokus ke depan kelas.
.
.
."Sabtu, Hyung. Sabtu." Minhyuk menggerutu sambil menusukkan sumpitnya asal ke dalam mangkok ramennya. Kontras dengan lawan bicaranya yang menyeruput ramennya dengan lahap, seakan tak mendengar celotehan Minhyuk soal kegiatan terbarunya di akhir minggu.
Melihat lawan bicaranya tak merespon dan terus saja melahap makanannya, Minhyuk menggoyangkan lengannya kesal, yang membuatnya dihadiahi satu pukulan dengan sumpit di kepala yang tak lama kemudian disusul usapan lembut di tempat sumpit itu mendarat.
"Kau jahat, Hyung." Ia mencebik.
"Kau yang salah, mengganggu waktuku bersama ramenku." Hyung Minhyuk itu melanjutkan makannya, seolah di sebelahnya tak ada 'anak-baru-gede' yang bertingkah seperti anak tiga tahun.
"Pantas jomblo," gumam Minhyuk sambil memutar matanya. Tubuh atletis si idola sekolah itu memang tak mampu membuatnya mendapatkan pacar. Dan menurut Minhyuk, itu ironis sekali.
"Bicara seperti itu sekali lagi, kucium kau di hadapan incaranmu."
Mata Minhyuk terbelalak, pemuda di sebelahnya itu memang suka melontarkan bahasa yang kontroversial.
"Memangnya kau tahu incaranku?"
"Kau menantangku?" Si pencinta ramen mulai mengalihkan perhatiannya. Bibir penuhnya nampak lebih maju bersamaan dengan pelototan matanya.
Minhyuk yang sudah siap dengan balasan sengitnya mendadak ternganga, ketika sesosok siswa mendekati meja mereka dan duduk tepat di depannya.
"Di sini kosong, kan?" Si pendatang itu bertanya dengan nada seperti pernyataan dan langsung menyendok makanannya seakan kedua orang yang dihampirinya tak menatapnya dengan heran. Satu dengan kedipan tak berhenti sedangkan yang satunya mencebik dengan alis berkerut.
Sejenak hening sampai Minhyuk merasakan sesuatu di sisi kanannya, ia terlalu terpaku pada sosok Chae Hyungwon duduk tiba-tiba di depannya. Ia menelan ludahnya melihat orang yang biasa diamatinya itu berada pada jarak sedekat itu.
"Minhyukie?" Panggil orang yang menyikutnya pelan.
Ia mengerjapkan matanya dan menoleh, "I-iya, Hyung?"
"Makananmu. Waktu istirahat tinggal lima menit lagi." Disertai sendok berisi makanan di depan mulutnya.
"Hyuuung," ia memelas, sesekali mencuri pandang ke arah Hyungwon yang tampak menikmati menu nasi tempura-nya. Ia tak ingin Hyungwon salah paham akan hubungannya dengan Hoseok. Seniornya itu memang idola sekolah tapi ia hanya menganggapnya kakak. Ia mencebik namun membuka mulut dan memakan makanannya. "Maaf tadi aku memikirkan hukumanku sabtu ini."
"Hanya sekali ini, Minhyuk-ah. Anggap saja itu kegiatan ekstrakurikuler."
"Ekstrakurikuler apanya?" Remaja manis itu bersungut-sungut lalu melanjutkan makannya, tak sempat melihat senyum kecil di wajah siswa di hadapannya.
.
.
.Chae Hyungwon tersenyum dalam hati. Ternyata penguntitnya itu berperilaku sama menggemaskan dengan penampilannya. Ya, dibalik sikapnya yang selalu tak peduli dengan sekitarnya, ia cukup awas dengan sepasang mata cokelat tua yang mengawasinya. Entah dari ruang kelas dari lantai atas atau di tribun lapangan olahraga. Sampai hari ini ia memutuskan untuk mendekatinya. Ia sendiri sebenarnya heran dengan tindakannya itu karena biasanya ia akan mengabaikan pandangan orang lain dan kembali melakukan hal yang disukainya, seperti tidur dan bermalas-malasan.
Awalnya ia merasa aneh ketika menyadari kalau ia sedang diawasi, namun lama kelamaan ia malah merasa bahagia, tak jarang tersenyum sendiri. Lee Minhyuk, siswa kelas sebelah yang sempat menjadi bahan perbincangan panas para siswi karena wajahnya yang mirip karakter anime serta suara seraknya. Para siswi itu benar, penguntitnya itu memang menarik, hanya saja sifatnya yang meletup-letup seperti kembang api membuatnya hanya dikagumi sebatas tampilan fisiknya. Dan lebih anehnya lagi, Chae Hyungwon justru menganggap itu menggemaskan.
.
.
.Sabtu, hari yang biasanya dinantikan Minhyuk itu pun tiba. Dengan enggan ia memakai sepatunya. Hari itu ia terlihat seperti anak kecil yang terjebak di dalam tubuh orang dewasa, dengan sweater longgar di atas kemeja dipadu dengan skinny jeans yang membuatnya terlihat semakin jangkung.
"Eomma, appa, aku berangkat." Serunya sebelum meninggalkan rumah.
"Minhyukkie," seseorang memanggil namanya, ia menoleh dan mendapati Hoseok dengan motor kesayangannya dan satu helm lebih di genggamannya, "ayo naik. Aku akan mengantarmu ke sekolah."
"Hoseok-hyung," ia terkejut melihat teman kecilnya itu disana namun bergerak cepat untuk mengambil helm dan naik ke atas motor. "Seharusnya tak perlu repot-repot." Namun melingkarkan tangannya ke pinggang lelaki di depannya dan merapatkan tubuhnya.
"Aku harus memastikan kau sampai ke sekolah dan menjalani kelas hukumanmu dengan baik," ia melajukan motornya tanpa menyadari ada motor lain yang mengikuti jejaknya.
.
.
.Chae Hyungwon menghela napas panjang sembari melajukan motornya. Ia hanya berkeliling di sekitar sana, mencoba mencari-cari arah alternatif menuju sekolah ketika ia melihat dua sosok yang cukup familiar di depan salah satu rumah di area itu. Warna kulit yang pucat membuat kakak kelasnya itu mudah dikenali dan wajah manis lelaki yang baru saja menaiki motornya membuat mood Hyungwon berubah seketika. Tiba-tiba ia tak suka bagaimana lengan seorang Lee Minhyuk melingkar erat di tubuh seorang Shin Hoseok.
.
.
.
Setelah hilang dan membuat galau, sekali lagi dia ku-publish.Terima kasih sudah mampir dan membaca.