PROLOUG

383 51 11
                                    

"Rasanya baru kemarin belajar naik sepeda bersama papah,ternyata udah enam bulan papah menyusul mamah "

Lelaki itu mengeratkan pelukanya, merasakan bahu seseorang dipelukanya bergetar "jangan menangis sayang aku mohon " ucap lelaki itu sembari mengusap lembut rambut seseorang dipelukanya,Anneth.

"Dev aku akan pergi"

Deven,lelaki itu  segera melepaskan pelukanya,ia menatap kedua bola mata Anneth,tidak ada kebohongan Sama sekali "kemana?" Tanya Deven sangat lirih seakan kehilangan suaranya.

"New York, ikut bang Rizky "

Tubuh Deven menegang,Anneth akan pergi ke New York? Ia punya hak untuk mencegah kepergian Anneth karena ia adalah pacarnya. Tapi ia juga tak bisa memaksa jika itu keiinginan Anneth.

Jika boleh egois Deven akan mencegah Anneth tidak akan membiarkan Rizky membawanya,tapi Rizky adalah satu-satunya keluarga Anneth tidak mungkin Rizky akan meninggalkan Anneth sendirian, dan ia juga tidak mungkin memisahkan Anneth dengan kakanya.

Deven menghela nafasnya panjang,setelah sepupunya meninggalknya tanpa jejak apa ia harus melepaskan Anneth?. Ia mengusap lembut wajah Anneth " aku akan tunggu kamu".

Anneth menggelengkan kepalanya lemah " aku gak bisa Dev"

Deven mengernyitkan keningnya "kenapa?" Tanyanya pelan " apa karena jarak? " Tambah Deven.

Anneth menggelengkan kepalanya lagi membuat Deven semakin mengernyitkan keningnya " lalu?"

"Aku gak bisa terus menyakiti kamu dengan membohingi perasaan aku ke kamu "

Deven tertegun mendengar ucapan Anneth, dadanya bukan hanya sekedar sesak tapi hatinya juga sangat sakit " jadi kamu belum mencintaiku?" Balas Deven.

Anneth menganggukan kepalanya lemah.

"Kamu masih mencintai Friden?"

Lagi,Anneth menganggukan kepalanya lemah.
"Maaf "cicit Anneth.

Deven melepaskan tanganya dipipi Anneth,ia membuang pandanganya lurus menatap pohon yang sangat besar berdiri kokoh sendirian,apa pohon itu tidak pernah kesepian. Ya mereka berada di Taman kompleks rumah Anneth yang sangat sepi.

"Dev say something pliss "

Deven menolehkan kepalanya kesamping melirik Anneth sekilas yang sedang menatapnya,ia tersenyum kecut " apa yang harus aku katakan? Aku sendiri bingung dengan ini semua. Aku pikir kamu sudah sedikit melupakan Friden dan mulai membuka hati untuku"

"Maaf "

Deven tertawa kecil,tawa yang penuh dengan rasa sakit "apa kamu percaya kalau aku sangat mencintaimu?"

Deven yang melihat Anneth hanya terdiam tidak membalas ucapanya tersenyum miris "kamu aja gak percaya aku sangat mencintaimu, jadi gak akan pernah ada celah untuk aku menggantikan posisi Friden dihatimu bukan?"

"Maaf "

Deven menatap Anneth datar "kamu mau hubungan kita berakhir?"

Anneth menganggukan kepalanya lemah.

"Kamu mau aku pergi jauh darimu? Melupakanmu?".

Anneth terdiam sebentar lalu menganggukan kepalanya.

"Baik jika itu maumu aku akan melakukan semuanya "

Anneth mendongkakan kepalanya,matanya menatap kedua bola mata Deven yang menatapanya penuh dengan luka dan kekecewaan.

Anneth menahan nafasnya saat wajah Deven semakin dekat,ia bisa merasakan nafas Deven diwajahnya.ia memejamkan matanya saat ada benda kenyal dan basah menempel dibibirnya,Deven menciumnya!

"Your last first kiss, for me! Selamat tinggal Anneth "

Anneth tertegun mendengar ucapan Deven,ia membuka matanya,kosong!. Deven sudah pergi sudah meninggalkanya,bukan Anneth kau yang meminta Deven meninggalkanmu!! Bulir air matapun terus membasahi pipinya "maafkan aku Dev,aku mencintaimu "

OUR HOPE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang