16.🎡-1 langkah lebih cepat

112 28 140
                                    

🎡Tuhan, aku titipkan dia padamu ya. Kalo nanti aku nggak balik buat ngambil dia lagi, berarti aku udah move on🎡

Dari jarak jauh, Kafeel bisa melihat Antariksa yang berlari dengan wajah yang sungguh mengkhawatirkan. Kafeel memutar bola mata nya malas. Ia tahu sebab kenapa Antariksa bisa lari terbirit-birit, kebiasaan buruk Antariksa. Melebih-lebihkan sesuatu, Kafeel yakin ada sesuatu hal yang biasa saja namun Antariksa mendramatiskan nya.

Kafeel memilih kembali menyeruput mie rebus pakai Telor yang sejak tadi ia anggurkan. Sendok yang sudah melayang dan akan masuk ke mulut nya harus rela terjatuh karena teriakan Antariksa.

"ADA KUNTILAKANN, EH, KUNTILANAK!!!." Pekik Antariksa, pelipis nya terlihat ada keringat muncul membasahi dengan perlahan.

Maveen mendecak kesal, telinga nya yang tepat berada di sebelah mulut Antariksa telah menjadi korban nya. Maveen mengusap-ngusap telinga nya tak sabar.

"WOI, KALO MAU TERIAK JANGAN DI KUPING GUE, ANTA CUMII!!." Maveen ikut berteriak dekat telinga Antariksa, membalas apa yang telah Antariksa berikan padanya tadi.

"YA NAMANYA JUGA GUE PANIK, GAVIN KERBAU!!." Teriak Antariksa, namun tak dekat pada telinga Maveen. Masih ada beberapa jarak dari wajah nya dan telinga Maveen.

Kafeel memandang Antariksa, pandangan nya terlihat terselip 4 kata saat Antariksa melihat nya, seperti, 'Jelasin- ke- gue- cepetan!'. Antariksa menahan nafas nya sebentar, ia ragu kalo saat menceritakan nya, Kafeel dan Maveen tidak akan percaya.

"Gudang, gudang." Gumam Antariksa, namun gumaman nya masih mampu terdengar di telinga Kafeel dan Maveen.

Maveen yang melihat ekspresi raut muka Antariksa yang tegang, membuat dirinya semakin penasaran akan hal apa yang ingin dikatakan oleh Antariksa.

"Kenapa sih, buruan." Desak Maveen, pandangan nya sudah risih melihat mulut Antariksa berkomat-kamit tanpa suara.

Antariksa lagi-lagi menahan nafas nya, hanya 3 detik setelah itu ia buang nafas nya lewat mulut, "Gue rasa, di gudang ada... KUNTI!!." Satu kata terakhir, Antariksa tanpa sengaja memekikan nya.

Kafeel menaikkan satu alis nya, ia tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Antariksa. Antariksa yang menyadari cara pandangan Kafeel kepada dirinya segera mengangkat kedua jari tangan nya, jari telunjuk dan tengah.

"Peace, gue sama sekali nggak bohong soal ini." Ujar Antariksa memastikan.

Kafeel mengangguk, "Kalo gitu kita cek." Kafeel bangkit dari sofa yang sudah berwarna lusuh dan kulit nya telah merobek sedikit setiap bagian nya, "Ibu, jadi berapa?."

Ibu Susi yang tengah sibuk memotong sayur kangkung menoleh ke arah Kafeel yang sedang tersenyum ke arah nya, Ibu Susi langsung menyimpan pisau dan sayur hijau itu ke tempatnya, lalu berdiri, tangan nya menepuk nepuk baju nya.

"Mie rebus tambah Telor nya 2 sama Es teh manis nya 2, jadi 24.000."

🎡🎡🎡

"Lo yakin Denger suara minta tolong disini?." Kata Rangga saat Arion tiba-tiba menarik tubuh nya saat Arion baru kembali dari toilet.

Arion yang mendengar ucapan Rangga pun dengan mantap menganggukkan kepalanya,

"Suara minta tolong, gue ketuk-ketuk aja, terus nanya ini siapa eh malah nggak dijawab." Jela Arion pada Rangga, ketua Osis yang sejak bel istirahat usai, menemani nya keliling halaman sekolah dan memperkenalkan setiap koridor, juga ruangan.

"Setahu gue, gudang ini jarang banget ada yang masuk. Karna murid disini lebih milih gudang deket ruangan lab, terus, gue juga nggak ngerti kok lo bisa sampe kesini. Sedangkan ruang musik sama gudang ini lumayan jauh." Jelas Rangga, saat melihat Arion akan berbicara ia dengan cepat lebih dulu memotong nya, "Stop gue ngerti, lo pasti masuk ke toilet sana."

Rangga menunjuk belokan ke arah toilet lewat pandangan nya, yang lumayan dekat dengan jarak gudang. Arion mengangguk, membenarkan apa yang dikatakan oleh Rangga. Ia pun tak mengerti mengapa ia memilih toilet yang cukup jauh dengan ruangan musik.

"Pintu nya dikunci." Cecar Arion saat jari-jemari dan telapak tangan Rangga menyentuh gagang pintu, "itu sebabnya, gue lari ke lo. Karna Gue kira lo punya kunci cadangan ini ruangan."

Rangga menggeleng, "Yang megang kunci-kunci bukan gue, tapi divisi keamanan sama satpam." Elak Rangga cepat. Rangga menggaruk belakang tengkuk nya yang tak gatal.

"Nggak mungkin gue panggil Aldi buat minta kunci nya, kelas dia lagi ulangan Fisika sekarang. Pak satpam, gue rasa pak satpam yang biasa megang atau diamanahin megang kunci itu juga nggak memungkinkan karena sekarang lagi jam perpindahan." Rangga membasahi bibir nya, lalu menoleh saat Arion memanggil namanya.

Satu Alis Arion mengangkat, dahi nya terlihat mengkerut, "Lah, terus yang sekarang jagain pos siapa?."

"Pak Uman, yang megang kunci Pak Abi." Jawab Rangga, "gue rasa, nggak ada cara lain selain dobrak pintu ini." Lanjutnya.

"Ya iyalah, mau siapa yang dobrak. Lo apa gue?." Tanya Arion, seraya melemaskan otot-ototnya.

"Biar gue." Sahut seseorang dari belakang tubuh Arion.

"Kafeel?." Rangga yang melihat Kafeel pun langsung memberikan tatapan heran. Sedang apa Arfa Kafeel jam pelajaran?  Bolos? Tidak mungkin, Kafeel sangat jarang bolos akhir-akhir ini.

Lamunan Rangga buyar saat suara dobrak-an pintu memenuhi gendang telinga nya. Ia menoleh ke arah pintu gudang, ruangan nya gelap. Setelah berhasil mendobrakan pintu, dengan cepat Kafeel masuk ke-dalam, mengecek siapa seseorang yang telah terkena fitnah menjadi kuntilanak yang dimaksud Antariksa.

Kafeel menekan saklar lampu yang ada di tembok Samping pintu, mata nya membulat sempurna saat melihat tubuh Athifa yang telah tergeletak dekat tumpukan kardus. Arion yang tadi ada di sebelah Antariksa dengan cepat berlari ke arah tubuh yang telah tergeletak di samping hadapan nya.

Lalu menggendong nya dengan gaya. 'Bridal style' , dengan cepat tubuh nya melewati Kafeel, Maveen, Antariksa dan Rangga dengan perasaan yang khawatir.

Saat Arion telah berlalu, Antariksa menepuk bahu Rangga dengan cepat, "Itu siapa dah, kok gue baru liat." Ujar Antariksa cepat.

"Murid baru, anak pindahan luar negeri. Kalo gitu gue susul dia dulu, gue duluan." Setelah mengatakan nya, Rangga keluar dan menghilang di belokan koridor.

Antariksa yang mendengar jawaban Rangga hanya mangut-mangut tidak jelas. Lalu mengikuti Kafeel dan Maveen yang ada di hadapan nya yang tengah keluar dari gudang.

Antariksa yang baru menyadari sesuatu langsung menepuk bahu Kafeel, "Yah, babang. Keduluan deh lo sama anak baru itu." Bisik Antariksa saat Maveen sedang menutup pintu.

"1 langkah kalah cepat lo sama dia."

Salam hangat
Pacar halu Tom Holland

Athifa - s e l e s a i -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang