"Jadi..?" Ucapnya memecah keheningan yang tiba-tiba terjadi di antara mereka.
"Baiklah, aku akan jelaskan. "
Ia memiringkan kepalanya dan melihat wajah lelaki tampan dan manis di sampingnya ini yang menjelma sebagai adiknya. Mungkin dulu ia menatap mata itu tulus sebagai teman. Tapi kini, ia menatap sayang wajah temannya yang ternyata adalah adik kandungnya.
"Kamu sudah mendapat penjelasan dari ibu tadi. Aku ternyata adalah kakak mu. Dan aku kehilangan ibu setelah kecelakaan itu saat usiaku masih tiga tahun . Meski begitu aku sudah mengerti dengan baik dan mengingat semua kejadian itu. Sudah hampir 2 tahun aku dan daddy mencari keberadaan momy. Tapi kami tak berhasil menemukannya. Sampai akhirnya daddy menyerah lebih dulu dari aku. Daddy berusaha bangkit sampai daddy menemukan istrinya yang baru. Tapi aku tetap percaya mommy masih hidup. Dan yang aku tidak tahu kehadiranmu saat itu. Aku tidak tahu mammy hamil. Daddy tidak pernah mengatakannya. Dan mommy tadi mengatakan bahwa ia telah rela daddy menikah lagi. Meski mommy tidak melakukannya juga dengan pria lain. Itu berarti, kau adalah adik kandungku. " Fredy mendengarkan semua ucapan kakaknya tanpa berniat mencela sedikit pun.
"Daddy menikah dengan istri barunya dan memiliki satu anak laki. Saat itu usiaku 6 tahun. Dia dua tahun lebih muda darimu fredy. Usianya sama seperti Jingga. Dan dia adalah mantan kekasih Jingga." Fredy membelalakkan matanya.
"Jingga..?"
"Iya. Namanya Jean. Aku awalnya tidak tahu kalau adikku yang satu itu ternyata berpacaran dengan Jingga. Dulu aku, Jean dan Jingga berteman baik sewaktu mereka kecil. Tapi tidak lama. Hanya 2 tahun. Waktu itu usia mereka masih 8 tahun. Satu tahun setelahnya aku pergi ke Amerika bersama dengan Jean. Tapi jean kembali waktu usianya 12 tahun dan ia mau memasuki SMP waktu itu. Waktu itu usiaku sudah 18 tahun dan aku sudah menyelesaikan S 1 ku di Amerika. Aku tidak kembali. Aku meneruskan pendidikanku hingga jenjang S2. Dan aku baru menyelesaikannya. Ada suatu permasalahan yang rumit antara Jean dan Jingga yang membuat mereka terpisah setelah mereka lulus SMP. Jean berubah semenjak itu. Dia seperti bukan dirinya. Karna itu aku kembali dan menyamar menjadi murid di SMA dengan memalsukan identitasku. " ia menatap Fredy dan tersenyum. "Tanpa disangka, Tuhan mempertemukanku dengan mu dan mengembalikan keluarga kita lagi. " ia tersenyum dan tanpa terasa air matanya menetes.
"Jadi begitu." Ujar fredy setelah cukup diam. "Aku punya adik?" Ucapan Fredy membuat Rendy terkekeh. "Iya Ucup" Rendy mengacak gemas poni adiknya itu.
"Aku bukan anak kecil." Ia memanyunkan bibirnya dan itu terlihat lucu sekaligus manis di mata Rendy. Ahh.. mengapa adiknya ini lucu sekali."Oh ya, daddy akan pulang besok. Jadi...."
Fredy membeku. Tapi tak bisa dipungkiri ia merasa senang mendengar itu.
"Tadi, aku menelpon daddy dan menceritakannya. Ibu juga ikut mengobrol. Jadi, ku fikir sudah waktunya kamu bertemu daddy." Ia tersenyum.Ia menyergit ketika melihat sebutir air mata menetes di pipi adiknya.
"Fre.. kau menangis..?" Ia menyentuh bahu adiknya lalu wajahnya. Ia menghapus air mata itu.
"Kenapa...?" Ia mulai khawatir sekarang. Fredy menggeleng dan menunduk.
"Aku hanya tidak menyangka akan bisa bertemu daddy. " ujarnya.
"Kak.." ia menatap Rendy dan tersenyum. Mendengar panggilan yang baru saja diucapkan Fredy membuat darahnya berdesir.
"Ka..kau.. kamu bilang apa tadi..?" Kedua kalinya ia gugup karna bocah ini.
"Kak.. salahkah aku memanggilmu begitu..?" Ia mulai sedikit sedih. Ia takut Rendy tak suka ia memanggilnya begitu.Rendy menggeleng ia tersenyum. Lalu ia langsung memeluk adiknya.
"Justru itu yang aku sangat inginkan dek..." ia membalas pelukan Rendy tak kalah erat.
"Jean memanggilmu apa..?" Ujarnya.
"Sama sepertimu. Tapi ia jarang memanggilku kak." Ucapnya.
"Jadi aku boleh memanggilmu begitu kan..?" Rendy mengangguk.
"Tapi tidak di depan teman-teman. Ingat aku masih menyamar kan..?" Fredy tertawa lalu mengangguk.
"Siapkan dirimu untuk bertemu daddy besok. Ia telah menyetujuinya." Fredy mengangguk semangat.
"Itu berarti kita tidak sekolah?"ia memberikan cengirannya.
"Arrghh" Rendy menggeplak kepala anak itu.
"Sepulang sekolah ucup. Aku tidak akan membiarkanmu membolos sekolah lagi. "
Fredy mengerucutkan bibirnya.
"Ah.. gak seru kalau gitu. "
"Sudah. Tidurlah ini sudah larut. Besok kita harus kerumahku dulu. Aku tidak bawa seragam dan perlengkapan tadi. " Fredy hanya mengangguk dan menuruti kemauan kakaknya itu.
"Tunggu..!" Rendy kembali menghadap ke arah adiknya.
"Apa aku boleh tinggal di rumahmu juga?" Ujarnya.
"Tentu. Kapan pun kau mau kau bisa tinggal di sana. "
"Tidak ada satu pun yang tahu aku adik mu selain ibu. Jadi, apa aku harus menjadi sahabatmu agar teman-teman tidak curiga?" Ujarnya. Rendy terkekeh mendengarnya.
"Tawaran yang bagus. Jadi mulai sekarang kau adalah sahabatku..?" Mereka berdua terkekeh.
"Siap kapten." Fredy tersenyum dengan tangan yang hormat di kepalanya. Hal itu semakin membuat Rendy terkekeh.
"Jika kau menginap apa mommy juga ikut?" Fredy menggaruk tengkuknya
"Kalau itu aku tidak tahu. Jika ibu mau mungkin bisa saja. " ia hanya menyengir bodoh.
"Sudahlah. Ayo tidur. Besok ada ulangan kan? Nanti kau malah tertidur dan bukan mengerjakan ulangan."
Rendy mendengus mengingat kelakuan adiknya beberapa hari yang lalu. Fredy terkekeh mendengarnya. Dan setelahnya ia menghempaskan punggungnya dan tertidur.♧♧♧♧
HI.. READERS.....
Kita ketemu lagi nih di Dear J
Gimana nih part kali ini... ?
HeheThanks ya....
Buat yang udah baca
Semoga terhibur
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear J "Retrouvailles"
Fiksi Penggemar"Kebahagiaanku bukan materi Tapi kamu Jingga Orang yang sudah mencuri hatiku" Jean Alviano Putra " Kamu adalah warna terindah dalam hidupku " Olavia Jin...