"Pergi kataku!"
"Sampai kapan kau terus menyuruhku menjauh?" Hhhhh. Dia memang sangat keras kepala dan galak, anehnya, aku makin terpikat.
Dengan tangannya yang hanya 3/4 ukuran tanganku, dia membuat sebuah jarak sejauh 7 jengkal tangannya, "ini, sampai sini batasnya. Gak boleh dilewatin. Itu batasmu terhadapku."
"Apa yang ada di antara kita? Apa yang sedang menghalangi?" Aku mendekat selangkah, dua langkah, dan wholaaaa kami hanya berjarak satu jengkal tangannya.
"Ehh... eh, tembok!" Senyum miringku terpampang, dia gelagapan menjawabnya.
Manis sekali.
"Mungkin menurutmu yang ada diantara kita adalah tembok, tapi tak bisa kau pungkiri bahwa untuk diriku, diantara kita hanyalah sebuah pintu. Kau bisa membukanya kapan saja hatimu siap. Dan aku, aku akan menunggumu disana. Kapan saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Baca Dulu Ayo, Ntar BAPER:))
Short StorySeseorang yang memiliki 'dia' seperti cerita disini, berbahagialah!