Disclaimer: play the song on mulmed for the best experience.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Jakarta, 9 Desember 2021
Lelaki itu menatap lekat wajah gadis dihadapannya, menelusuri tiap inci wajah cantik tersebut yang telah menemani dirinya bertahun lamanya.
"Al-"
"Win-""Ah, you first." ucap Alvaro mempersilahkan sang kekasih berbicara terlebih dahulu.
"Ibumu, benar." ucapan Windy membuat Alvaro menoleh, menatap bingung gadis itu.
"Apa maksudmu, Win?" tanya Alvaro.
"Aku minta maaf, Alvaro. I think your mom's right, kita tidak seharusnya menjalani hubungan ini." balas Windy sambil memalingkan pandangannya.
"No, Windy. We are belong together. Ucapan Ibuku itu tidak benar." ucap Alvaro sambil mengenggam tangan gadis itu.
Tentu, Alvaro tahu Ibunya dari dulu tidak suka dengan kekasihnya, Windy Vidia. Entah apa yang ada dipikiran Ibunya itu sampai-sampai beliau tidak suka dengan gadis cantik, pintar dan sebaik kekasihnya ini.
Sudah berulang kali ia meyakinkan sang Ibu bahwa Windy adalah gadis yang tepat dan juga sangat pantas untuk dirinya. Tapi, pendiriannya Ibu tetap sama. Beliau tidak menyetujui hubungan mereka dan bersikeras untuk memisahkan kedua insan tersebut.
"I am really sorry, Al. Aku tidak ingin Ibumu membenciku dan aku juga tidak ingin kau menjadi anak yang durhaka." ucap Windy. Windy sadar, keadaan memaksakan ia untuk pergi meninggalkan Alvaro sendirian, meninggalkan hatinya pada pemuda tersebut.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian, Windy. You belong to me." balas Alvaro, mengeratkan genggaman tangan mereka.
"Alvaro, aku mohon dengarkan Ibumu. She's right, I'm not worthy to be with you." ucap Windy dengan air mata yang sudah menumpuk dipelupuk matanya.
Inilah hal yang ditakutkan oleh Alvaro dan Windy yaitu meminta restu, karena mereka tahu salah satu orangtua mereka bisa saja tidak merestui hubungan mereka dan benar seperti dugaan mereka. Karena, Ibu Alvaro sudah memutuskan untuk tidak merestui hubungan mereka.
"Mungkinkah aku meminta untuk kisah kita berjalan selamanya? Windy, please, tak sedikitpun terlintas dalam benakku bila aku harus menjalani hidupku tanpamu." balas Alvaro sambil mengusap air mata gadis tersebut.
"Alvaro... Segala cara sudah kita coba untuk mempertahankan hubungan kita. Namun, tetap kita tidak bisa memaksakan. Restu itu tidak berpihak kepada kita." ucap Windy terisak, sungguh sangat sakit rasanya mengucapkan hal itu.
Jujur, Windy tidak munafik, ia sangat ingin bersama-sama dan menghabiskan hidupnya dengan pemuda tersebut. Memperjuangkan cinta itu memang penting, namun restu orang tua itu jauh lebih penting, seperti yang kita ketahui bahwa restu Tuhan juga diantaranya terselip di restu orang tua.
"Windy..."
"Jika kau memang mencintaiku, tolong kabulkan permintaanku ini, Al. Lepaskan aku, lupakan aku dan dengarkan Ibumu. Aku mohon." lanjut Windy dengan perlahan dan melepaskan genggaman tangan mereka.
Rasa sesak seketika menjalar di dalam dada Alvaro menandakan bahwa ada perasaan yang sedang terluka. Merasa tidak terima dengan kenyataan yang dianggap terlalu memilukan dan menyakitkan. Rasa percaya diri Alvaro pun perlahan sirna, apakah bisa ia bertahan tanpa dirinya? Rasa sedih itu ada karena pada dasarnya rasa untuk mencintainya masih ada di dalam hati.
"Baik, jika itu maumu. I'll let you go. Maafkan aku dan Ibuku, Windy." ucap Alvaro final, Alvaro sadar bahwa mereka tak bisa apa-apa karena keterbatasannya, karena pada dasarnya apa yang sudah Tuhan rancang itulah yang terbaik.
"You don't need to apologize, it's okay. Aku berterima kasih kepadamu, Alvaro. Terima kasih atas segala cinta dan ketulusan yang telah kau berikan. Aku harap secepatnya kau menemukan penggantiku. Once again, thank you and please be happy. I love you, Alvaro." balas Windy sedikit tersenyum. Senyum yang terlihat dipaksakan, sungguh menyakitkan tapi apa boleh buat? Ini adalah jalan terbaik bagi mereka berdua.
"I love you too, and I will do that as your wish. Aku juga berterimakasih kepada dirimu yang sudah banyak mengajariku tentang arti keindahan cinta dan kesabaran. I hope you will find somebody better than me and please be happy too." ucap Alvaro dengan berat. Sekali lagi ia menelusuri tiap inci wajah gadis cantik itu untuk terakhir kalinya. Ya, terakhir kali.
Windy tersenyum mendengar ucapan Alvaro,
"I will, Al. Terima kasih untuk melepaskanku, aku pamit pergi. Selamat tinggal, Al. Sampai jumpa." balas Windy dan berdiri, berbalik badan dengan perlahan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan pemuda itu sendirian.
Pada akhirnya kita hanya akan pasrah dan percaya bahwa Tuhan pasti lebih mengerti mana yang lebih baik. Walau berat, namun ya memang itu yang harus dilakukan, demi ketentraman hati, karena pada dasarnya manusia hanya bisa mengupayakan namun tidak bisa menentukan kesejatian takdir.
-End.
(Windy Vidia & Alvaro Rayandra, 2021.)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot Stories (KPOP IDOLS)
Fanfiction"Untuk saling mencintai, memang tidak harus selalu bersama. Mungkin benar doa adalah cara terbaik mencintai dalam diam." -Anon.