Chapter 3

6 10 0
                                    

"BRUUKKK!!" Dia pun terjatuh dari kursi . Sama seperti apa yang kukatakan sebelumnya

"APA MAKSUDMU MENJATUHKANKU?!" Dia menyentak ku dengan keras.

"Oh..jadi aku yang pertama kali mendorongmu?Lucu sekali kamu." Jawabnya.

"Tapi kan semua ini ulahmu dulu, kamu yang sudah mempermalukanku tadi kan.Bukannya minta maaf, kamu malah membuat ulah lagi, maumu apa sih?!" Ucapku sambil agak berteriak.Aku mulai sadar bahwa seisi kelas sedang hening, dan tentu semua orang mengalihkan perhatiannya kepada kita berdua.

"Cukup kalian berdua!" Kata Miss Anne sambil berjalan di tengah-tengah kami.

Pasti begitu aneh untuk teman-teman melihat kami, wajahku yang sedang sangat marah, dan wajah Stephen yang santai dengan senyuman menantang.

"Kalian ini kenapa sih, setiap hari saja selalu ada masalah." Kesal Miss Anne.

"Tentu saja kami selalu ada masalah, jika ada yang memulainya." Aku melipat tanganku di dada dan melirik Stephen.

"Sudahlah kalian berdua ini, sekolah itu untuk belajar, bukanlah untuk bertengkar!" Sentak Miss Anne."Sudah ayo, lanjutkan menelitinya!" Lalu aku dengan kesal duduk kembali di sebelahnya.

Aku melanjutkan penelitian sesuai yang di ajarkan oleh Miss Anne, tanpa memperlukan bantuannya.Tentu saja aku tidak perlu bantuannya, dia tidak pernah membantuku, hanyalah merepotiku.

"Hmpph...baiklah, aku minta maaf." Dia mengulurkan tangannya kepadaku, tetapi aku mengabaikannya.

"Baiklah jika kamu tidak mau memaafkanku, itu tandanya kamu masih mau menerima gangguanku." Ia tersenyum.

"Kau benar-benar keras kepala.Aku sudah tidak tahu lagi pikiranmu kemana." Aku mendesah kesal.

"Bukankah kita terbalik? Aku sudah berusaha untuk meminta maaf kepadamu.Kamu saja yang tidak mau menerimanya." Pandangannya berubah ke arah lain.

"Tidak semua orang ingin memaafkan musuhnya pada saat itu juga, mereka butuh waktu." Aku berkata tanpa ekspresi.

"Oh jadi..aku musuhmu?" Wajahnya terlihat kaget.

"Bisa saja." Kataku santai.

"Terserah kamu sajalah." Dia mulai menyerah.

"Kalau kamu ingin dapat nilai, segera bantu aku." Aku meliriknya dan memutar mataku.

"Apa yang bisa ku lakukan, Ms.Rosellia?" Dia masih saja mencoba untuk bergurau.

"Ambilah mitokondria, lalu catat ciri-ciri yang ku katakan setelah aku melihat dengan stetoskop." Jawabku, lalu dia melakukannya.

"Sudah belum melihatnya? Kenapa lama sekali?" Ia memutar matanya.

"Asal kamu tahu, ini tidak semudah yang kau kira.Jadi sabarlah." Jawabku namun pandanganku tetap kepada stetoskop.

Bel berbunyi, yang lain sudah selesai meneliti kecuali kita, Miss Anne pasti akan memberi kita hukuman entah apa itu.

"Baik anak-anak, waktu sudah habis.Kumpulkan hasil penelitian kalian di depan, lalu silahkan pergi ke kelas selanjutnya." Kata Miss Anne."Jane..Stephen, apakah kalian sudah selesai?" Tanya Miss Anne selagi semua murid mulai keluar dari lab biologi.

Aku mulai panik dan perlahan menjawab," Belum.. Miss Anne." Pandanganku ke bawah.

"Baiklah, kalian harus menyelesaikannya pulang sekolah, saya akan datang ke lab biologi 1 jam setelah pulang sekolah." Hufftt...untung saja Miss Anne tidak memberi kita hukuman.

"Baik Miss, terima kasih." Kataku dengan senyuman kecil.

"Yasudah, sekarang kalian boleh pergi ke kelas selanjutnya." Jawab Miss Anne.

Aku segera membereskan barangku dan keluar dari lab biologi,"hey! Dimana kita akan melanjutkan penelitian ini?" Terdengar suara Stephen dari belakang.

Aku berhenti dan ia berlari ke arahku,"kau tidak akan mengabaikanku sepanjang hari kan?" Tanyanya.

"Tentu saja di lab biologi." Jawabku tanpa memandangnya, dan lanjut berjalan.

"Mmm..aku berencana untuk pergi bersama teman-temanku nanti sepulang sekolah, bagaimana jika kamu bergabung saja dengan kami untuk bekerja bersama?" Ajaknya sambil memandangku, namun aku tidak memandangnya kembali.

"Maaf aku tidak bisa..lagipula, pergilah.Aku bisa meminta tolong temanku untuk membantuku." Aku berencana untuk meminta tolong kepada Stephanie, namun aku tahu bahwa dia sering dilarang orang tuanya untuk pulang lebih sore.

"Baiklah..maaf jika aku tidak bisa membantumu." Jawabnya, aku mengangguk lalu jalanku membelok ke kiri meninggalkannya sendirian untuk pergi ke kelas selanjutnya, kelas Inggris dimana aku akan bertemu dengan Stephanie.

In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang