~~Pendek~~ (Gs)

1K 55 14
                                    


.

.

.

"Sehunie, nilai ulangan matematika kamu berapa?" tanya Suho sembari melangkahkan kakinya.

Sehun melirik Suho sejenak. "Kepo," sahutnya. Dia menenggelamkan tangan ke dalam saku.

"Kepo apanya," desis Suho. "Kita, kan, udah janjian yang nilainya lebih kecil harus traktir yang nilainya lebih besar!"

"Kamu berapa?"

Suho tersenyum dan membusungkan dadanya dengan bangga. "Aku dapat 95,5. Kamu? Gedean aku, kan, soalnya kemarin kamu gak belajar?"

Sehun melirik ke arah Suho dan menaikkan sebelah alisnya. "Sama."

"Eeeh, serius? Mana sini aku lihat!"

Sehun segera membuka tasnya dan mengeluarkan selembaran hasil ulangan matematika miliknya. Dia pun segera memberikannya pada Suho.

"Yah, minggu ini gak ada yang traktir, dong," kata Suho. "Tapi, nggak apa-apalah. Ayo tos dulu!"

Sehun mengernyit. "Dih, ogah." Langkahnya dipercepat untuk meninggalkan Suho di belakangnya.

"Sehun, kamu kok jahat sih! Diminta tos doang masa nggak mau?" Suho buru-buru mengejar Sehun yang meninggalkannya . Sehun mendengus ketika mendapati Suho yang cemberut dengan penuh kekesalan.

"Ya udah." Sehun menatap tangan kanan Suho yang diangkat sebatas kepalanya. Ruas-ruas jemari gadis itu terbuka, sudah siap menerima high five darinya. Sehun mengikuti, dia mengangkat tangannya sebatas kepala. Tangan Suho terdorong ke depan, diikuti dengan pergerakkan tangan Sehun yang menuju arah yang sama.

"Aw!"

Namun, Sehun malah mendaratkan telapak tangannya di pucuk kepala Suho. Dia mendorongnya sedikit hingga Suho jadi tertunduk. "Iiih, Sehunie apaan sih! Kok malah ke kepalaku?" Suho berusaha mengenyahkan tangan Sehun dari kepalanya agar dia bisa berdiri tegak lagi.

"Meleset. Kamu pendek, sih," kata Sehun. Kemudian tangan sehun mengacak helaian rambut lembut Suho .

Suho menggunakan kedua tangannya untuk menyingkirkan tangan Sehun. Dia menengadah dan menatap pacarnya dengan mata berkilat. "Aku nggak pendek!" lawannya. Kedua tangannya kini beralih fungsi menjadi penyisir rambut darurat.

Sehun menekuk sikunya, kemudian ditaruh di atas kepala Suho yang rambutnya baru saja disisir serapinya. "Kamu masih pendek selama aku masih bisa gini," kata Sehun dengan nada tenang. Seakan yang dibicarakannya barusan bukanlah sebuah ledekan. Bibirnya membentuk sebuah seringai menyebalkan.

Suho mendengus. Dia menunduk agar kepalanya terlepas dari jajahan Sehun. Kemudian dia pun berlari dan meninggalkan Sehun di belakangnya agar celah untuk mengerjainya menghilang.

Suho memutar tubuhnya dan berjalan mundur setelah memastikan bahwa keadaan jalanan memang aman. "Meski nilai kita samaan, besok tetep jalan, kan?" tanya Suho penuh harap. Sudah menjadi rutinitas keduanya untuk berkencan di hari Sabtu sore sebagai pemberian reward kepada peraih nilai tertinggi dari salah satu mata pelajaran yang sudah ditentukan di antara keduanya. Ini adalah pertama kalinya mereka meraih nilai yang sama, itulah kenapa Suho merasa perlu bertanya.

Sehun kelihatan berpikir sebentar. Dia menatap wajah Suho dan mengangguk. "Hmm," gumamnya sebagai tanda persetujuan. Seakan gerakan vertikal kepalanya belum cukup.

Suho tersenyum lebar. "Mau ke mana besok?" tanyanya.

"Terserah." Sehun mengendikkan kedua bahunya.

Senyum di wajah Suho meluntur ketika mendengar respons dari Sehun. Dia mendengus kesal kemudian memutar tubuhnya kembali. Rumahnya hanya tinggal sepuluh langkah dari posisinya sekarang. Dia berjalan lebih lambat agar Sehun menyusul gerakan kakinya.

Drabble Hunho StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang