Prolog

4 1 0
                                    

"Violeta Putri Valerie, maukah kau menjadi pacarku?" Ucap seseorang lelaki sambil menyerahkan bunga kepada seorang perempuan ditengah taman yang sedang ramai pengunjung,

"Apa-apaain sih lo!" Bisik Violeta, perempuan yang memiliki wajah nan cantik bak putri khayangan,

"Jawab Let, lo mau gak? Jangan sampe lo buat malu gue ditengah banyak orang ini,"

Orang-orang yang berlalu lalang ditaman itu seketika berhenti melihat pernyataan cinta dari seorang lelaki, seperti melihat kejadian yang sangat langka.

"Mau gak?"

"Lo tau kan jawaban gue?" Ucap Violet yang masih berbisik,

Reflan, lelaki yang menyatakan cintanya pada Violet itu menghembuskan nafasnya pasrah,

"Apa jawabannya tidak akan berganti?"

Violeta tersenyum, lalu menggeleng.

Sedangkan para pengunjung sedang menunggu-nunggu jawaban dari Violeta.

Reflan pun berwajah pasrah, lalu seketika tersenyum dan bangkit berdiri lalu memeluk Violet erat. Violet pun sedikit terperanjat,

"Makasih sayang,"

Para pengunjung bertepuk tangan dan ada beberapa orang yang bersiul tanda mereka ikut senang dengan hubungan mereka berdua,

"Please, biarin gua peluk lo, gua malu tau!" Bisik Reflan tepat ditelinga milik Violet.

.....

"Untung lo nolak gue suaranya kagak kenceng-kenceng amat! Atau gak, mungkin sekarang gue udah ada di koran berita yang judulnya 'Seorang pria menembak gadis pujaannya di sebuah taman yang berujung penolakan'"

Violet tertawa terbahak-bahak.

"Lagian, lo nekat banget sih! Udah tau jawaban gue tetep sama!"

"Udah 11 kali gue nembak lo, siapa tau yang ke 12 kali ini lo berubah pikiran, hehehe,"

Violet masih tertawa terbahak-bahak, melihat wajah Reflan yang seperti wajah orang tidak berdosa itu,

"Maaf Ref, lo kan tau kenapa gue selalu nolak lo!"

Reflan meneguk tehnya perlahan,

"Iya, gue tau kok! Dan gue paham, Let,"

Dreet... Dreet.. Dreet...

"Let, telfon lo tuh!"

Violet segera berhenti menyesap Vanila lattenya, lalu segera mengangkat telfon yang baru tadi saja berbunyi,

"Halo..."

"....................................."

"Ini lagi di cafe pak, sama Reflan. Di deket kantor kok,"

"...................................."

"Lah, hari ini pak? Kok mendadak amat?"

"...................................."

"Yaudah pak, saya usahakan selesai hari ini yah pak,"

"...................................."

"Oh, ok siap pak bos,"

Violet segera menutup telfonnya,

"Dari siapa Let?" Tanya Reflan penasaran,

"Biasa, pak bos, minta gue nyelesein scriptnya hari ini. Padahal masih banyak banget,"

"Ooh gitu, mau gue anterin gak? Sekalian gue mau ngambil sesuatu di kantor,"

Violet mengangguk setuju,

"Boleh juga tuh,"

Mereka berdua pun bangkit untuk pergi dari cafe tersebut.

......

"Aduh capek banget,"

Violet merentangkan anggota tubuhnya yang sangat nyeri akibat kebas karena terlalu lama mengerjakan tugas scriptnya.

Violet menatap jendela kantornya dan terlihat bulan dan bintang saling bertegur sapa, ia pun melihat jam kecil yang terdapat di meja kerjanya,

22.45

Sudah agak larut ternyata. Violet bangkit dari kursinya, lalu membereskan laptop dan alat-alat kerja miliknya. Lalu berjalan keluar kantor untuk segera pulang dan merebahkan badan di kasur empuk miliknya.

Keadaan masih sangat macet. Lalu perhatian Violet tiba-tiba terkunci, saat ia melewati SMA yang pernah menjadi tempat belajarnya dulu, tempat ia menemukan cinta pertamanya, tempat ia baru tau apa itu cinta.

Violet tersenyum miris,

"Coba saja, saat itu aku berusaha untuk percaya diri Ga,"

Violet segera melanjutkan perjalanannya.

Tolong bantu vote yah, hehehe :)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretty EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang