01:25

6K 525 7
                                    

USBN dan UNBK, semuanya sudah terlewati. Gea melewati minggu-minggu sulit itu di dalam kamarnya, berkutat dengan kertas dan pulpen. Walaupun sudah lulus jalur undangan di salah satu universitas impiannya, Gea tetap belajar, mengejar nilai yang membuatnya puas. Setelah berjuang 3 tahun, masa-masa sulit yang ia lalui akhirnya berakhir. Entah bagaimana ke depannya, Gea menerima semua yang datang dan pergi di hidupnya. Tanpa banyak protes, Gea menjalani hidupnya.

"Ge, pintu nggak lo–"

Mendengar suara Kevlar, cepat-cepat Gea menutup kedua bola matanya. Tubuhnya yang sekarang terbaring terlentang di ranjang membuat Kevlar bingung. Tumben Gea masih tertidur jam segini. Gea menyipit, melihat raut wajah Kevlar yang terlihat menggemaskan. Tawa Gea pun meledak, ia tak bisa menahan tawanya ketika melihat raut wajah Kevlar lebih lama.

"Iseng ya lo sekarang," Kevlar yang kesal mengarahkan jari-jarinya ke telapak kaki Gea, menggelitik titik lemah perempuan itu.

"Geli," tawa Gea terdengar lebih keras dari sebelumnya, "Kev geli."

"Tak ada ampun bagimu."

Kevlar kembali melancarkan aksinya sedangkan Gea hampir kehabisan nafas karna tertawa. "Udah Kev."

"Jadi, liburan kali ini kita kemana?"

Gea mengikuti apa yang Kevlar lakukan di sampingnya, menahan kepala dengan tangan lalu berhadapan. "Kemana ya?"

"Ke Bali mau nggak?"

"Mau!"

"Ke Raja Ampat aja gimana?"

"Mau!"

"Ke Jogja juga mau?"

"Mau!"

"Kalo mau semua kita kemana jadinya?"

"Kemana aja, asal sama lo."

Kevlar terkekeh. Akhir-akhir ini sikap Gea yang dulu mulai kembali, Kevlar jadi bingung mau menanggapinya seperti apa. Bukan, bukannya tidak senang, tapi ia takut melakukan kesalahan yang membuat Gea kembali dingin lagi. Berbeda dengan Gea, Kevlar tidak lulus jalur undangan ketika mendaftar di universitas dan fakultas yang sama dengan Gea. Tapi Gea yakin Kevlar bisa menembus universitas itu. Secara, kalau mau dibilang, Kevlar juga tidak kurang dalam pelajaran. Namun jurusannya saja yang kurang mampu Kevlar tembus.

"Jadi lo daftar jalur tes kapan?"

"Belum tau," Kevlar membantu Gea melipat baju perempuan itu, memasukkannya ke dalam koper.

Gea sudah memesan tiket pesawat untuk 2 orang ke Bali. Iya, Gea lebih memilih ke Bali karna katanya, ia rindu pada suasana Bali. Keluarga Gea tidak bisa dibilang kurang, begitu juga Kevlar, jadi tidak ada bahasanya bahwa Gea hanya mengingikan harta Kevlar dan begitupun sebaliknya.

Setelah Pak Sen datang, barulah mereka menuju rumah Kevlar. Kevlar menemani Pak Sen mengobrol di teras belakang rumahnya, sedangkan Gea sibuk mengatur pakaian laki-laki itu.

"Non Gea udah baik-baik aja Den?"

"Baik Pak, emangnya Gea kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa sih Den. Waktu lihat pecahan kaca di kamar mandi Non Gea dan tetesan darah di sana, saat itu saya pengen nelfon Tuan sama Nyonya, tapi dilarang sama Bi Eda."

Kevlar terdiam lalu kembali tersenyum tipis. "Iya Pak, saya juga kaget."

"Non Gea baik banget Den, saya yang baru kerja 1 bulan sama Non Gea diperlakukan sangat sopan sama Non Gea."

Kevlar mengangguk menyetujui.

"Den Kevlar beruntung dapat Non Gea."

• • •

Di bandara, kedatangan Kevlar dan Gea di Bali, disambut heboh oleh anggota Hilman. Masih menggunakan PDL, anggota Hilman mengangkat papan bertuliskan 'Liandra' dengan huruf besar. Gea yang melihat itu tersenyum tidak enak, ia mencubit perut Kevlar.

"Lo bilang-bilang ya ke Ayah kalo kita ke Bali?"

"Iya, masa nggak pamit sih?"

"Tapi disambut kayak gini, berasa presiden aja."

"Nggak tau, Ayah berlebihan emang."

Kevlar menghampiri salah satu anggota Ayahnya yang Kevlar kenal, selama perjalanan ke tempat istirahat, Kevlar mengobrol santai dengan anggota Ayahnya, sementara Gea sibuk mencari destinasi pertama yang akan ia datangi besok. Tak terasa, mereka sudah sampai di salah satu hotel mewah di Bali. Turun dari mobil, mata Gea membulat lebar. Ia mengampiri Kevlar.

"Kita nginep di sini?"

"Iya."

Kevlar masuk mengikuti anggota Ayahnya. "Dua kamar atas nama Kevlar Liandra dan Gea–"

"Satu kamar aja," potong Gea cepat.

"Loh Ge, nanti lo–"

"Berisik."

Gea mengambil kunci kamarnya lalu berterima kasih pada anggota Hilman tadi. Tentang koper dan lainnya, mereka bisa mengurusnya nanti.

"Kenapa nggak dua kamar aja?" Kevlar menutup pintu kamarnya.

"Lo tau nggak semalam di sini berapa?"

Kevlar menggeleng sebagai jawaban.

"Sepuluh juta."

-2:00 AM-

2:00 amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang