chapter 1

3 1 0
                                    

"Aku selalu bersyukur dengan apa yang aku miliki dan peroleh karena sebelumnya kehilanganlah yang membuatku mampu bersikap dewasa"

***

"Ris." panggil sahabatnya.

"Iya, kenapa Na."

"Kamu hari ini jadi ngga ke pameran foto." tanya Nana.

"Kayaknya ngga deh, soalnya ini malem minggu pasti kafe lagi sibuk. Ini aja dari tadi udah di wa terus sama mbak Dini." terangnya.

"Yah padahal sayang banget loh, aku udah exited banget mau ngajak kamu kesana dari minggu kemarin."

"Maaf, kamu tau aku kan."

"Iya juga, tapi aku tuh suka sebel sama kamu, kamu itu sibuk terus. Tiap aku ajak pergi pasti aja ngga bisa." tandasnya dengan wajah muram.

"Beneran deh, hari ini sibuk banget. Kamu tau aku tinggal dimana, terus nasib adik-adik aku, sekolah juga gimana kalo aku ngga kerja."

"Lain kali deh aku usahain pasti bisa.
Udah ya jangan cemberut terus, senyum dong." bujuknya, dengam mencolek-colek pipi Nana.

"Kamu apaan sih." Nana masih saja memasang wajah muramnya, namun itu tidak bertahan lama. "Tapi janji ya."

"Iya janji."

Risa mengangkat jari kelingkingnya dan langsung disambut Nana.

"Yaudah yuk pulang kelamaan disini jadi keburu telat nanti aku nya."

"Iya, ayo!"

Mereka berdua berjalan melewati lorong kelas-kelas menuju gerbang.

Yup, Risa dan Nana mereka sahabat dari semenjak sd yang kebetulan juga satu sekolahan semenjak itu juga. Nana sudah tau banyak tentang kehidupan Risa dan begitu juga sebaliknya. Risa dan Nana sudah seperti saudara sendiri.

"Ris aku pulang dulu ya, udah dijemput." ucap Nana.

"Iya, hati-hati." Risa melambaikan tangan pada Nana.

Nana membalas lambaian tangan Risa dari balik pintu mobil "Kamu juga hati-hati ya, dadah."

***


Saat ini Risa sudah berada di kafe tempatnya bekerja.Dia sudah bekerja sekitar enam bulan. Untuk mencukupi biaya sekolahnya Risa tidak mungkin hanya mengandalkan pembarian ibu asuhnya saja mengingat ia paling tua diantara yang lain mengharuskan ia untuk bekerja.

"Ris, jam kerja kamu nanti sampe malem ya" tanya salah satu temannya.

"Iya kak, palingan juga nanti sampe jam delapan, berhubung ini malem minggu jadi ambil yang agak lama, lumayan juga buat nambah uang saku." ucapnya dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.

"Nanti pulangnya barengan ya Ris." pinyanya

"Loh, emangnya kak Bila ngga dijemput sama pacarnya."

"Enggak Ris, kakak udah putus sama Bimo."

"Eh, aduh maaf ya kak Bila aku lupa kalo kakak udah putus. Sekali lagi maaf ya kak." sesal Risa.

"Iya gapapa Ris"

"Udah dulu ya, nanti dilanjut lagi kakak mau nganterin pesenan dulu."

Risa hanya mengangguk menanggapi ucapan Bila.

Bila adalah temannya saat bekerja. Usia yang terpaut hanya selisih dua tahun saja menjadikan Risa dan Bila cepat akrab.

Risa keluar masuk mengantarkan pesanan para pengunjung, sejujurnya ia merasakan lelah. Setelah berkutat dengan pelajarannya mengingat dia sudah kelas tiga yang juga harus melakukan les.

Tapi mengingat betapa minim perekonomiannya dan juga nasib adik-adiknya ia memutuskan untuk bekerja guna membayar les nya nanti.

Tidak dirasakannya waktu sudah hampir pukul 20.25 ia memutuskan untuk segera pulang.

"Ris."

"Iya."

"Udah mau pulangkan." Risa mengangguk "yaudah yuk."

Mereka berdua berjalan menuju halte terdekat. Menantikan datangnya bus atau pun angkot yang lewat.

Disaat seperti ini, atau malam minggu masih banyak kendaraan yang berlalu lalang. Risa dan Bila memasuki angkot yang berhenti.

Suasana di angkot cukup lenggang, tidak ada yang berbicara. Bahkan Risa dan Bila sama-sama terdiam. Yang terdengar hanya bunyi bising kendaraan. Mungkin mereka cukup lelah setelah seharian bekerja. Tak terasa angkot sudah berhenti.

"Kak, aku duluan ya."

"Iya hati-hati ya" Risa hanya tersenyum

Risa berbalik, kaki kecilnya melangkah ke sebuah rumah yang berukuran sedang, bercahayakan remang-remang, dan atapnya bertuliskan panti asuhan Permata Bunda. Tempat bernaungnya hingga sekarang.

Ibu Halimah pemilik panti tersebut. Beliau mendirikan panti tersebut bersama suaminya, karena beliau kesepian tidak mempunyai anak. Tetapi suaminya telah tiada karena kecelakaan yang menimpanya. Jadilah ia mengurus panti itu sendiri

"Assalamu'alaikum."

Terdengar jawaban dari dalam.

"Wa'alaikumsalam. Ris, kamu udah pulang." ucap ibu panti sambil membuka pintu.

"Iya bu udah,"

"Yaudah yuk masuk dulu."

Risa mengangguk.

"Kamu udah makan."

"Udah bu."

"Kalo gitu bersih-bersih gih udah malem. Terus istirahat ya."

"Iya bu."

Risa langsung memasuki kamarnya. Ia memang mempunyai kamar sendiri, tidak dijadikan satu dengan adik-adiknya.

Ia mulai membersihkan diri, setelah selesai Risa tidak langsung tidur. Risa malah mengeluarkan sebuah kalung yang berbandul namanya. Dan merebahkan tubuhnya di ranjang.

"Aku pasti bakal cari kalian." gumamnya.

Tanpa disadari setetes air jatuh dari sudut matanya.

Perlahan namun pasti matanya terasa berat. Ia mulai tertidur dengan menggenggam kalung yang tadi diambilnya. Tanpa disadari ada seseorang yang memperhatikannya sendu dari balik pintu.

BERSAMBUNG...

jangan lupa tinggalkan jejak 💕

Ig : @selyiraw

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Story Of RisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang