Empat Puluh~

8 0 0
                                    

"Senangnya hatiku lalala " heboh Aldy saat sudah berada didalam kamar. Ia memandangi barang kecil yang ia pegang sedari tadi, kebahagiaan sangat terlihat diwajahnya.

Aldy mengingat kejadian saat Fey memasangkannya hansaplast, hal kecil seperti itu sudah membuat Aldy bahagia, terlebih lagi Fey adalah perempuan paling dingin pertama yang ia temui. Maklum saja, sejak kecil semua orang bersikap ramah padanya. Ketika ia mengerti cinta, perempuan-perempuan lain juga sangat menghargainya. Tak ada yang berlaku kaku dan dingin seperti Feliyah Mei.

" Untung aja gue inget buat ngambil ni hansaplast. " gumamnya masih menatap hansaplast yang ia pegang.

Setibanya Aldy diruang perawatan, dokter memberi pengobatan. Butuh waktu lama untuk menyadarkannya. Sekitar 15 menit berlalu, akhirnya Aldy sadar. Dengan cepat dokter mengambil kotak obatnya, mengambil perban agar ia cepat memerban kepala Aldy. " Nak, ini hansaplastnya saya lepas dulu ya. " kata dokter kemudian melepas hansaplast tersebut setelah Aldy mengiyakan. Saat dokter hendak membuang hansaplast doraemon tersebut, tiba-tiba Aldy menjerit, " Dokter! Jangan dibuang! Saya yang bawa aja. " katanya yang membuat dokter itu menoleh lalu mendekat lagi pada Aldy.

" Hansaplastnya udah kotor, ga dibuang aja? " dokter itu kembali bertanya. Aldy menggeleng cepat, " Saya ambil aja dok, jangan dibuang. " katanya mantap lalu mengambil hansaplast tersebut. " Saya perban dulu ya. " jelas dokter tersebut lalu mengambil perban, Aldy hanya mengangguk pelan.

" Untung inget! " suara Aldy terdengar samar tapi tegas. Ia menidurkan badannya sambil terus memerhatikan hansaplast tersebut, baginya itu sangat berharga.

Keesokan harinya, Fey turun dari mobil dengan wajah lesu. Tidak bersemangat sekolah karna hari ini guru pengajar sangat membosankan. Setelah berpamitan dengan pak Den, ia pun melanjutkan langkahnya menuju kelas. Baru saja tiba didepan gerbang sekolah, seseorang memanggilnya dengan suara setengah berteriak. " Fey!! " membuat Fey menoleh malas. Terlihat Aldy dari ujung jalan. Fey menatap Aldy yang mendekat, ia menunggunya. " Hei. " sapa Aldy sambil menaikkan tangannya seperti melambai.

" Hai, ayo masuk. " jawab Fey sembari berjalan masuk menuju sekolahnya. Aldy segera mengejar dan menyejajarkan langkahnya dengan Fey. Fey terbiasa berjalan cepat, tak heran Aldy agak susah mengejar langkahnya. " Pelan kek jalannya. " kesal Aldy sambil terus mendekati Fey supaya bisa menyejajarkan langkah.

Seketika langkah Fey terhenti, ia melihat seseorang memakai jaket merah sedikit susah berjalan. Ia memegangi tembok koridor. Fey merasa familiar dengan jaket tersebut. " Eh, itu jaket yang gue kasih. " batin Fey. Aldy yang hampir berlari pun langsung berhenti ketika melihat Fey berhenti didepannya. Ia bingung mengapa Fey menatap tajam Rey yang susah berjalan dikoridor.

Tanpa berbicara sepatah kata pun, Fey langsung berlari mendekati Rey yang memakai jaket merah pemberian Fey. Aldy melongo lalu berjalan mengejar Fey. " Eh, Fey. Jaketnya bagus, makasih. " kata Rey saat menyadari Fey datang dihadapannya. " Sama-sama. Cocok juga. " jawab Fey dengan nada serius. Rey tersenyum. " Fey, lo ngeliat gue susah jalan kan? Bantuin kek! " omelnya tiba-tiba membuat Fey terkejut. " Hah? Lo mau gue ngapain kak? " tanyanya dengan nada bingung. " Ya apa kek gitu. Bopong gue kayak kemarin pas dipertandingan atau gendong gue, pokoknya bantuin deh! " omelnya kesal pada Fey.

Aldy baru saja tiba dikoridor, ia mendekati Fey dan Rey. Fey melihat kedatangan Aldy, membuat Fey mendapat sebuah ide. " Kayak kemarin pas tanding ya? Okey. " kata Fey semangat lalu mendekat. " Aldy, sini cepetan. " kata Fey memanggil Aldy. Rey agak bingung dengan kalimat Fey barusan, tapi tiba-tiba Fey mengangkat tangan Rey. Perasaan Rey sudah berdebar, ia sudah merasa terbang.

Aldy segera mendekat, kemudian ia tersenyum, " Iya Fey? Kenawai nih? " tanyanya cengengesan. " Bantuin gue ya? " pinta Fey dengan memelas. Dengan sigap Aldy mengiyakan, " Bantu apa aja bisa kok hehe " jawabnya kembali cengengesan. Tiba-tiba Fey memindah posisinya menjauhi Rey, membuat Aldy dan Rey menjadi sebelahan. Fey masih memegang tangan Rey. Mereka berdua masih diam dan menatap Fey bingung.

" Minta tolong apaa.. " tanya Aldy tapi terpotong ketika Fey menaruh tangan Rey diatas pundak Aldy. " Nah, anterin abang lo kekelasnya dulu keyy. Byebye! " kata Fey sambil meringis, sesekali menjaili orang sakit juga tak masalah, fikirnya. Selanjutnya ia meninggalkan Aldy dan Rey berdua dengan posisi seperti itu.

Beberapa orang yang lewat pun menatap mereka kaget, ada juga yang mengejek mereka. " Cie, sweet banget sih. Iri deh gue hahaha " kata beberapa orang yang melewati mereka. Dengan kesal, Aldy menepis tangan Rey dari pundaknya, begitupun Rey, ia segera mengalihkan tangannya dari Aldy. " Dih, niat gue pengen bareng Fey, eh malah bareng elo. Si anjir. " umpat Rey melengos kesal pada Aldy.

" Dih, kalo kayak gini walau Fey yang nyuruh, mana mau gue bantuin lo bang. Jalan sendiri ish, manja amat. " omel Aldy pada Rey lalu meninggalkannya. Mereka sama-sama mengumpat kesal. " Dasar Fey!! " batin mereka berdua.

Live, Food, and Football. Lil Bit Love.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang