15. Baik untuk baik

146 19 0
                                    

"Tapi, mas Abe?" sanggah Aidin dengan tak yakin.

"Kenapa? Kamu masih ragu?" tanya Abdurrahman karena melihat kegusaran Aidin.

"Aidin mau cari penghasilan mas, selama ini kan masih numpang tempat tinggal dan makan dari mas Abe sekeluarga"

Abdurrahman tertegun melihat kesungguhan yang terpancar pada mata Aidin yang berbinar.

"Aidin sadar jika Fatimah adalah gadis kesayangan yang sangat istimewa, bagaikan mutiara juga yang susah didapatkan. Maka dari itu, menyiapkan segalanya adalah langkah yang harus dilalui sebelum menjadikannya ratu bidadariku mas"

Lagi-lagi Abdurrahman merasa terharu, apalagi ia belum pernah melihat Aidin seserius ini dengan perempuan atau bahkan belum sama sekali dekat dengan perempuan.

"Tapi mas, Fatimah salah satu gadis sholehah yang susah diraih. Dengan gombalan dan rayuan belum mampu menjadi jaminan dia luluh"

Abdurrahman tersenyum melihat kesungguhan itu mulai meredup, dia harus membangkitkannya kembali demi membantu Aidin dengan niat baiknya.

"Aidin, perempuan dengan tipikal seperti Fatimah adalah perempuan penurut dengan orang tuanya. Kalau boleh saran, kamu ambil hati orang tuanya baru bisa mendapatkan Fatimah karena Fatimah akan tetap menuruti ucapan kedua malaikatnya itu sekalipun bertentangan dengan keinginannya"

Alih-alih menenangkan, penuturan Abdurrahman justru membuat Aidin semakin down. Melihat itu, Abdurrahman merasa bersalah apalagi mendengar pertanyaan Aidin setelahnya.

"Seperti mas Abe yang dijodohkan, maka Fatimah juga akan menurut jika dijodohkan?" dengan wajah yang tertunduk Aidin bersuara pelan.

"Bukan seperti itu maksudku Aidin, coba dengar. Jadi kalau menurutku, kamu sungguh-sungguh saja belajar agama, dan tetap berdoa kepada Allah agar dijodohkan dengan Fatimah. Sekalipun tidak dengan Fatimah kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari dia"

Aidin masih terlihat tak bersemangat, karena dia hanya ingin Fatimahnya.

'Astagfirullah' batin Aidin.

"Kamu perlu yakin Din, kalau Allah mempasangkan yang baik dengan yang baik"

'Astagfirullah Aidin, sejak kapan kamu berangan mendapatkan perempuan sholehah sedangkan kamu hanya gembel yang dipungut tanpa biaya lagi. Sadar Aidin sadar, tapi bukannya tadi mas Abe sudah merestuiku?' batin Aidin berperang.

Seakan sadar akan kesalah pahaman yang ditangkap oleh Aidin, Abdurrahman mencoba memberi pengertian lain dengan lebih hati-hati karena ingin menjaga perasaan Aidin.

اَلْخـَبِيـْثــاَتُ لِلْخَبِيْثـِيْنَ وَ اْلخَبِيْثُــوْنَ لِلْخَبِيْثاَتِ وَ الطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَ الطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبَاتِ.

Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula. Wanita yang .baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik.
(Qs. An Nur:26)

Abdurrahman mengeluarkan jurus andalannya yaitu dengan memberikan dalil yang alhamdulillah masih diingatnya.

"Dari dalil yang aku berikan, kamu seharusnya yakin pada dirimu. Kamu adalah laki-laki yang baik, maka kamu berhak mendapatkan jodoh yang baik pula sekalipun itu bukan Fatimah kamu akan mendapatkan yang lebik baik lainnya"

Ada secercah harapan yang dilihat oleh Aidin, dan mencoba mengerti maknah ucapan Abdurrahman.

"Lagipula kamu perlu sekali lagi meyakinkan dirimu, bahwa yang sempurna belum tentu akan menjadi baik jika disandingkan dengan kita begitu pula sebaliknya. Jadi pada intinya, siapapun jodohmu nanti itulah yang terbaik untukmu menurut Allah"

Abdurrahman X Atika Zaman NowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang