Sore itu, selepas hujan aku dan kawanku bergegas pulang dari sebuah tempat wisata. Sekitar 20 menit kami menunggu bus di pinggir jalan, sampai akhirnya bus kuning yang sedari tadi kami tunggu datang juga. Inilah satu-satunya bus yang bisa mengantar kami pulang dari Bandung Barat menuju perbatasan Bandung-Sumedang.
Kami dipersilakan masuk melalui pintu belakang. Bus telah penuh sesak oleh penumpang dari berbagai usia. Bercampur dengan berbagai aroma dan bau badan. Alhasil aku dan kawanku duduk terpisah, ia di depan dan aku di belakang. Bagian depan dan belakang bus disekat pintu kaca. Kulihat dari kejauhan sepertinya kawanku duduk dengan nyaman. Sedang, aku harus bertahan di tengah sederet orang asing.
Tak lama, kulihat seorang lelaki paruh baya kurus berbaju coklat lusuh menggusur karung jauh di depan sana. Ia berbicara kepada setiap penumpang seperti menawarkan sesuatu. Tangannya merogoh karung dan dikeluarkannya beberapa buah jeruk. Ternyata ia sedang berjualan. Kulihat beberapa jeruknya berhasil terjual. Semakin lama ia semakin mendekat. Dibukanya pintu kaca dan seketika suasana menjadi ramai.
Bersambung...
YOU ARE READING
Ocehan Si Tukang Jeruk
Short StoryCerita tentang seorang tukang jeruk yang memberi inspirasi bagi penulis.