"Pak Bu jeruknya ayo dibeli, 10 ribu dapetenem. Ayo Bu dicoba dulu nih," ucapnya sambil mengupas satu buah jeruk dan membagikannya ke beberapa penumpang.
Ada beberapa penumpang yang mengambil jeruk itu dan ada juga yang tak menghiraukannya sama sekali. Namun, ia tak patah semangat, kemampuannya dalam berjualan betul-betul tak bisa diremehkan.
"Ambil dulu nih, nyoba doang mah gratis gak apa-apa gak beli juga," katanya padaku sambil mengasongkan setengah buah jeruk.
Aku bersikeras tak ingin mengambilnya karena aku memang tak berniat untuk membeli. Tak butuh waktu lama, seorang nenek akhirnya membeli jeruk itu. Dikantonginya enam buah jeruk dengan cekatan.
"Ayo dijerukan lagi! 10 ribu dapet 7 lahgak apa-apa," jumlah jeruk kini mulai naik. Seorang ibu-ibu pun tertarik untuk membeli. Kulihat karung yang tadinya penuh kini mulai hilang setengahnya seiring ia berjualan dari depan sana ke belakang sini.
"Pak sok atuh dibeli, sok lah 10 ribu dapet delapan buat istri di rumah. Nih saya kasih tau istri mah kalo kita gak bawa oleh-oleh suka ngambek," tukang jeruk itu semakin menambah jumlah jeruk dengan harga tetap. Dua bapak-bapak pun membeli jeruk-jeruk itu.
Bersambung...
YOU ARE READING
Ocehan Si Tukang Jeruk
Short StoryCerita tentang seorang tukang jeruk yang memberi inspirasi bagi penulis.