Three

4.9K 282 10
                                    

Hari itu akhirnya tiba, Aeris terlihat cantik memakai gaun pengantin model sabrin yang menjuntai hingga ujung kaki. Gaun pengantin model tersebut sangat cocok dipakai Aeris karena memiliki postur tubuh tidak terlalu tinggi. Sebuah mahkota yang terbuat dari perak berhias batu berlian membuat penampilan gadis itu semakin terlihat cantik.

Aeris meremas ujung kerudung pengantinnya karena gugup. Perutnya seperti dililit sebuah tali yang tidak terlihat. Mulas. Waktu pemberkatan sebentar lagi akan dimulai, tapi sampai sekarang Leon belum juga datang. Di mana keponakannya itu? Apa Leon kabur meninggalkannya sendirian di hari pernikahan mereka?

"Kamu sudah coba menghubungi Leon, Aeris?" Hana tidak kalah panik. Sebentar lagi Aeris dan Leon harus menjalani proses pemberkatan. Namun, cucu tertuanya itu sampai sekarang belum juga datang. Dia takut Leon dan Aeris batal menikah.

"Sudah, Bu, tapi ponsel Leon tidak aktif," jawab Aeris lesu.

Hana menggeram kesal. "Dasar anak nakal, Ibu akan menjewer telinga Leon kalau sudah bertemu anak itu."

Aeris tersenyum kecut. Padahal mereka belum menikah tapi Leon sudah membuat masalah. Bagaimana kalau mereka sudah menikah nanti?

"Apa Leon sudah datang?"

Aeris melirik Hana yang duduk di sebelahnya. Wanita paruh baya itu tidak pernah berhenti menelepon Aerin untuk menanyakan di mana keberadaan Leon. Akan tetapi Aerin selalu memberi jawaban yang sama. Leon belum datang.

"Apa Leon sudah datang, Bu?"

Hana menggeleng pelan.

Telapak tangan Aeris semakin terasa basah karena jarak gereja untuk pemberkatan semakin dekat. Dia takut Leon tidak datang. "Bagaimana kalau kita batalkan saja pernikahan ini?" pintanya terdengar putus asa.

Hana tercengang mendengar ucapan Aeris barusan. Pernikahan Aeris dan Leon tidak boleh dibatalkan karena dia sangat ingin melihat sang anak menikah.

"Bagaimana kalau Leon tidak datang, Bu?" desah Aeris terdengar frustrasi.

Hana menatap Aeris lekat. Ketakutan tergambar jelas di mata putri bungsunya itu. "Jangan takut, Ibu yakin sekali Leon pasti datang," ucapnya berusaha menenangkan.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti di depan gereja. Di luar sudah banyak keluarga besar Yasodana yang datang untuk menyaksikan proses pemberkatan pernikahan Aeris dan Leon.

Aeris menarik napas panjang sebelum turun dibantu Arka, kakak laki-lakinya yang akan mengantar menuju Altar karena suami Hana sudah lama meninggal.

"Kak Aeris cantik sekali, seperti Princess," puji si kembar. Mereka mendapat tugas menabur bunga dan memegang ekor gaun pengantin Aeris yang panjang.

Aeris menggigit bibir bawah kuat-kuat, berusaha menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Dia takut Leon tidak datang.

"Tersenyumlah, Aeris, calon suamimu sudah menunggu di dalam," bisik Arka.

Aeris tercengang. Leon ternyata datang tiga menit sebelum waktu pemberkatan dimulai.

"Di-dia sudah datang?" tanya Aeris tidak percaya.

Arka mengangguk. Aroma rangkaian bunga Gardenia sontak menyeruak di indra penciuman Aeris saat memasuki gereja. Alunan lagu Thousand Years dari Christina Perry menambah haru suasana pemberkatan pernikahan Aeris dan Leon.

Menikah dengan Keponakan [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang