"Inoo-san, berkasnya sudah saya taruh di meja ya"
"Baik~"
Inoo Kei, seorang arsitek sekaligus CEO di perusahaan kecilnya yang baru ia bangun 2 tahun ini, dengan sigap mengambil berkas yang diletakkan sekretarisnya di mejanya. Setelah menyamankan posisi duduknya di singgasananya, ia memeriksa berkas-berkas tersebut dengan saksama lalu menandatanganinya. Setelah selesai, ia meletakkan berkas itu dan melihat-lihat tumpukan dokumen di mejanya. Sesuatu yang berwarna dan cukup tebal menarik perhatiannya.
"Ehm? AnAn? Sejak kapan ada di sini?" Inoo mengambilnya dan memperhatikan pria yang menjadi cover majalah tersebut.
"Such a fine man" gumamnya.
Jarinya yang lentik membuka halaman majalah satu per satu. Di halaman pertama, terdapat foto sang cover dengan menggunakan jas hitam, di kolomnya tertulis nama pria itu, Nakajima Yuto. Inoo membuka halaman berikutnya. Semakin jauh ia membuka, semakin aneh konten majalah tersebut. Inoo terkesiap saat ia membuka halaman kesekian dan terlihat Yuto sudah topless, hanya menggunakan celana panjangnya. Inoo tidak bisa berbohong bahwa ia sangat kagum akan tubuh Yuto yang kurus namun berotot. Ia tidak sadar jarinya mengelus-elus tubuh Yuto yang seksi di majalah itu. Kemudian ia membuka lembar berikutnya tanpa sadar melompati 1 halaman penting. Ia pun kaget melihat foto Yuto yang tidak mengenakan sehelai benang pun dengan pose yang menggoda.
"Apa-apaan ini?!" pekiknya lalu melempar majalah itu ke lantai.
Inoo terkaget, namun sekejap kemudian ia meraih majalah tersebut dilantai.
Tanpa disangkanya, majalah tersebut terbuka menunjukkan yuto dengan pose menggairahkan. Ia memegang kejantanannya yang mulai mengeras menggenggamnya seolah terlihat penuh di tangannya yang penuh dengan urat.
Inoo menelan ludah. Ia merasakan desiran hangat yang menuju ke daerah sensitifnya. Pipinya pun ikut memerah. Ia menekan tombol yang terhubung langsung dengan sekretarisnya.
"Jangan ganggu aku sampai 2 - 3 jam kedepan" perintahnya.
Ia mengambil majalah tersebut, menatapnya lekat-lekat.
'Besar juga' pikirnya.
Inoo menelan ludah sekali lagi, dengan perlahan tapi pasti tangannya bergerak untuk melihat halaman selanjutnya.
Inoo menahan nafas, ketika halaman selanjutnya lebih panas yang ia kira. Seketika celananya semakin sempit.
'APA INI?!' Teriaknya dalam hati.
Yuto melemparkan kepalanya ke belakang, menunjukkan leher jenjangnya. Tidak lupa jakunnya yang menonjol. Sepertinya ia sedang bermasturbasi. Penisnya mengeluarkan pre-cum yang mengalir ke pahanya yang berotot. Jangan lupakan ekspresinya yang menggigit bibir bawahnya dengan erotis.
Tanpa sadar, Inoo meraih bagian depan celananya. Sempit. Dengan tergesa-gesa Inoo menurunkan celana panjang sekaligus boxer nya. Ia mengurut miliknya yang sudah berdiri tegak. Berdesis ketika tangan dinginnya bersentuhan dengan miliknya yang membara.
'Miliknya sangat besar... Dan... Panjang'
Bagian bawahnya berkedut, meminta lebih. Tangannya menurut, membalik majalah itu.
Gerakan memompa penisnya pun semakin cepat. Kali ini Yuto sedang berbaring, masih menggenggam kejantanannya, semakin terlihat banyak pre-cum yang keluar. Punggungnya membusur, menandakan kenikmatan. Matanya kali ini terbuka, menatap erotis. Lidahnya pun ikut keluar, menjilat bibirnya sensual.
Inoo tidak tahan, gerakannya semakin cepat. Tangannya menggenggam erat. Menahan desahan dengan mengigit bibir bawahnya. Tubuhnya ia condongkan ke meja kerjanya. Mata terpejam.
"Aahh~!" satu desahan lolos dari bibir ranumnya. Keringat mengalir di punggungnya. Tangannya yang bebas ia gigit guna menahan desahannya.
Ia melirik majalah itu lagi. Masih belum, dengan secepat kilat, ia membaliknya lagi.
Ketika melihatnya, ia mengocok kejantananya semakin kuat, cepat, hingga mengeluarkan bunyi basah. Ia tidak perduli.
Yuto, tersenyum. Perutnya diwarnai cairan putih nan kental. Dada bidangnya pun ikut terkena cairan putih itu. Penisnya masih tegang, berwarna kemerahan. Jangan lupa jari telunjuk yang ia hisap.
Inoi tidak tahan, tidak peduli dengan desahan-desahannya yang satu-persatu mulai keluar. Keringat membasahi keningnya.
'Sedikit lagi'
Mengigit lengannya sendiri, kepala terlempar kebelakang membentur sandaran kursi. Tubuh mengelijang, tangannya masih menggenggam erat penisnya yang mengeluarkan cairan putih sama persis seperti Yuto.
Tubuhnya lelah. Nafas tidak beraturan. Menikmati orgasmenya.
Tangannya yang bebas memegang keningnya.
'Apa yang sudah kulakukan?!' pikirnya.
Inoo mengatur nafasnya akibat pelepasan yang baru saja ia lakukan. Tidak pernah ia melakukan ini selain di rumahnya. Dan sekarang ia melakukannya di kantornya sendiri, bahkan karena foto laki-laki. Betapa nista dirinya.
Inoo mengambil beberapa helai tissue dan membersihkan tubuhnya. Tak lupa meja atau barang sekeliling yang terkena cairan kentalnya. Untungnya ruangannya menggunakan pengharum ruangan mahal jadi bisa menghalangi aroma-aroma yang tidak seharusnya tercium di ruangan inoo. Setelah merapikan pakaiannya, inoo menyimpan majalah tersebut di laci dimana ia menyimpan dokumen-dokumen penting. Hanya ia yang mempunyai akses untuk membuka laci itu. Sebelum memasukkan majalah ke laci, inoo melihat cover majalah itu lagi dan bergumam.
"Kau benar-benar berbahaya"
~
"Inoo-san, kita mempunyai client yang ingin dibuatkan rumah" sekretarisnya yang cantik melapor kepadanya.
"Rumah?" Inoo menaikkan alisnya. Ia biasanya melayani client yang ingin dirancangkan gedung kantor, mall, atau hotel. Jarang sekali yang meminta dirancangkan rumah pribadi karena jasanya lumayan mahal, namun kualitas jangan ditanya. Ini kali pertama ia mendapat client yang ingin dibuatkan rumah.
"Ada kualifikasinya?" tanya Inoo. Sekretarisnya menjawab dengan sekali anggukan dan selembar kertas langsung tergeletak di meja Inoo. Inoo membaca kualifasi tersebut.
"Kamar tidur, kamar mandi yang luas, dapur..." kualifikasinya sama seperti rumah-rumah lainnya sampai mata inoo menangkap sesuatu yang berbeda.
"Ruang pemotretan dan ruang band?" Inoo menaikkan sebelah alisnya sambil melirik sekretarisnya.
"Client kita kali ini seorang pekerja seni, jadi dia ingin dibuatkan rumah yang sesuai dengan pekerjaannya" jawab sang sekretaris.
"Oke. Jadwalkan meeting dengannya untuk membahas ini. Bila cocok, kita akan menyetujuinya"
"Baik" sekretarisnya mengambil lembar tersebut dan keluar dari ruangannya.
"Rumah seniman ya..." gumam inoo.
~
Selang 5 hari setelah inoo dikabari tentang client yang ingin dibuatkan rumah tersebut, ia sudah berada di ruangan meetingnya untuk menunggu sang client datang. Bila mereka deal, ini merupakan tantangan baru untuk inoo, membuat rumah seniman. Berkat pendengarannya yabg tajam, ia dapat mendengar langkah kaki 2 orang yang berjalan ke ruangan meeting. Beberapa detik kemudian, pintu ruangan dibuka oleh seorang gadis cantik nan tinggi berambut panjang yang tak lain dan tak bukan adalah sekretarisnya.
"Sebelah sini, Nakajima-san" sekretarisnya mempersilakan clientnya masuk.
"Naka... jima?" Batin inoo. Ia seperti tak asing dengan nama itu. Dan setelah melihat wajah clientnya, matanya pun terbelalak dan tangannya refleks menutup mulutnya yang yang hampir berteriak.
"Nakajima... Yuto?!" teriaknya dalam hati.
"Konnichiwa, Nakajima Yuto desu. Yoroshiku onegaishimasu" ujarnya sambil membungkukkan badan.
Inoo berdehem sebentar,
"Ah~ Inoo Kei desu, Yoroshiku onegaishimasu"
Mereka pun duduk dengan nyaman di kursi setelah perkenalan singkat tadi.
"Jadi, Nakajima san. Anda meminta saya untuk mendesain rumah anda, betul?"
"Benar" ia menghembuskan nafas. "Seperti yang aku minta, aku ingin kamar tidur yang nyaman, kamar mandi yang luas, ruang pemotretan dan ruang band yang kedap suara." lanjutnya angkuh
Inoo menaikkan sebelah alisnya. 'Ini memang dia?' pikirnya
Ia menegakkan posisi duduknya.
"Sebelumnya, aku ingin tau tentang anda. Supaya aku bisa menentukan desain seperti apa yang anda suka" Inoo tersenyum menghangatkan suasana.
Yuto melipat tangannya di dada.
"Aku tidak punya banyak waktu, aku ini seniman. Kau bisa melihat review ku di internet. Jadi aku pikir, aku tidak usah menjelaskan lagi... Euh.. Ito san"
"Inoo" koreksinya
"Ah, ya Inoo. Dan satu lagi. Aku ingin ruang band ku kedap suara, soundproof. Kau dengar itu Ito... Inoo san?"
Inoo dan sekretarisnya saling berpandangan. Melemparkan tanda tanya. Namun, sekretarisnya hanya mengangkat bahu.
Inoo menghembuskan nafas berat.
"Baiklah, aku akan menyelesaikannya dalam 3 bulan--"
"Lama!"
"Maaf?"
"3 bulan? Itu terlalu lama Ito san~"
"Inoo"
"Yaa apalah itu, aku ingin selesai dalam 1 bulan!"
"Mohon maa--"
"1 bulan atau tidak sama sekali" tawarnya
Inoo lagi-lagi menukar pandangan dengan sekretarisnya. Sekretarisnya hanya tersenyum tipis, sangat tipis.
"Bagaimana? 1 bulan?"
"Akan saya usahakan, Nakajima san"
Yuto tersenyum senang,
YOU ARE READING
Trap
FanfictionInoo Kei, seorang arsitek, tertantang untuk mendesain rumah seorang model yang angkuh, Nakajima Yuto. Oleh karena itu, ia harus mencari sendiri info-info agar sesuai dengan keinginan sang model. Membaca banyak artikel tentang Nakajima Yuto, ia menem...