LIMA - Kabar Baik atau Buruk?

503 31 0
                                    

"jika kita mempunyai seseorang yang mungkin dekat dengan kita, dan dia berubah menjadi kepribadian yang lebih baik. Maka, janganlah menghinanya. Sebab, dimasa itulah sebuah motivasi dan dorongan semangat, sangat dibutuhkan."

- Farhan

Happy reading~

.  .  .  .  . 

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," Salam dari mulut pemuda bernama Farhan, ia tersenyum senang. Tentu saja senyum itu tersorot dan dilihat oleh banyak akhwat di sebuah layar. Mereka tampak berdecak kagum.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," Jawab para jamaah.

"Nah ini dia, pemuda yang MasyaaAllah calon idaman semua mertua, hehehehe," Canda Ustadz menyambut Farhan, dan jamaah tertawa. Farhan tampak menunduk malu-malu, mana ada dia calon idaman? Pikirnya.

"Disini Nak siapa nama kamu?–"

"Farhan Ustadz," Sergah Farhan untuk memperkenalkan diri. "Ah iya, Nak Farhan disini akan bagi-bagi sebuah cerita yang InsyaaAllah akan menginspirasi kita semua. Nak Farhan silahkan."

"Syukran Ustadz," Farhan menunduk sopan.

* * * * *

Dilain tempat, tepatnya dibarisan para akhwat Mira, Safina, dan Shira tampak tercengang atas apa yang mereka lihat saat ini. Awalnya mereka tidak percaya bahwa itu Farhan, namun ketika layar itu menampilkan secara jelas wajah Farhan itu benar-benar menjelaskan bahwa itu nyata.

"What? Itu beneran Farhan? Gue ngigo atau mimpi ini? Plis Fan, coba lu cubit gue," Pinta Shira lebay, Fanya pun memutar bola matanya malas dan mencubit paha Shira dengan gemas, hingga membuat Shira terpekik sakit.

"Aww! Sakit woy!" Seru Shira yang tidak sadar akan intonasi suaranya."

"Aku gak percaya apa yang kulihat," Lirih Mira yang masih fokus menatap layar yang menampilkan Farhan.

"Tapi itu nyata," Sambung Fanya.

"I-iya itu nyata," Tambah Safina.

"Pa-padahal dia di sekolah kaya-"

"Jangan lihat orang dari penampilannya aja, Shir. Kita harus tau juga tentang orang itu secara dalam," Potong Fanya yang mencoba menasihati Shira untuk tidak menilai seseorang hanya dari penampilannya.

Mereka pun terdiam dan semakin fokus menyimak tentang kajian yang disampaikan oleh Farhan. Jujur mereka sempat kagum, namun mereka tepis rasa itu dengan kuat.

"Hadirin semuanya, saya itu bukanlah seorang pendakwah, bukan pula seorang motivator, apalagi seorang Ustadz. Saya hanya pemuda biasa, yang memiliki keinginan untuk berubah dari masa-masa kelam. Keinginan tersebut datang ketika saya sedang merenung. Mungkin itulah cara Allah menyadarkan saya, dengan memberikan saya sebuah keinginan.

Awalnya saya takut. Saya takut ketika Allah Subhanahu Wata'ala tidak menerima semua tobat saya, dan saat itu saya sedang membuka akun sosmed, dan MasyaaAllah ... ada salah seorang teman sosmed saya membagikan sebuah postingan yang berisi video dakwah Ustadz, materinya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan saya tadi," Farhan menaris napas dan menjedanya sejenak.

"Cara Allah membantu saya itu begitu mengagumkan. Jika kalian ingin bertanya apakah perjuangan saya dalam berubah itu begitu mulus? Maka jawabannya, tidak. Sebab dengan cara itulah Dia mencoba menguji keseriusan saya dalam berhijrah," Farhan menunduk sekadar untuk mengambil nafas, dan kembali menatap para hadirin.

HIJRAH Of Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang