Parah, ini ngetik ulang aku tuh. Udah panjang banget ngetik, tapi malah kehapus. Mana itu idenya berhari-hari😭 udah perfect lah, siap update besoknya... eh, malah kehapus.
Harus vote ya. Ini usaha banget loh akutuh, nulis ulang sampai tengah malam😭
Sudah masuk musim hujan di pertengahan bulan November. Sabtu ini, dari pagi hujan tak kunjung reda juga. Ditemani kripik kentang dan headset yang menggantung di telinga, memutar lagu-lagu lama yang ada di ponselku. Lagu Last Child—Perih, menjadi salah satu lagu favoritku. Suara Virgoun yang khas, menyamarkan suara katak yang menguak bersahut-sahutaan menyambut musim kawin. Kalau musim hujan, biasanya identik dengan musim kawin, sampai katak juga ikut-ikutan kawin.
Oh iya, tidak terasa sudah seminggu lebih aku menjauhi Nando. Ada banyak cerita di minggu ini. Kemarin, dia melepas jabatannya sebagai OSIS, dilanjutkan oleh Kak Tomo siswa kelas XI. Semua siswa berebut ingin bersalaman dengannya, mengucapkan selamat karena telah berhasil memimpin organisasi OSIS selama setahun dan membawa banyak perkembangan untuk sekolah terutama dibidang pramuka dan olahraga basket. Dari semua siswa, mungkin hanya aku yang tidak tertarik mengucapkan selamat dan memilih utuk pergi ke kelas selepas upacara. Apa ya, sebenarnya bukan tidak ingin mengucapkan selamat seperti teman-temaku yang lain hanya saja, apa itu penting untuknya? Tidak. Tanpa ucapan selamat dariku, dia juga tidak akan kekurangan apa pun. Memangnya aku siapa? Aku bukan siapa-siapa. Aku cuma gadis yang beberapa kali mengalamai penolakan secara terang-terangan darinya.
Cerita lainnya di minggu ini, soal Kak Linggar. Ini bukannya aku gede rasa ya, tapi menurutku di minggu terakhir ini Kak Linggar terasa sedang mencoba mendekatiku. Bukan cuma aku, Bagas dan Obi juga merasa begitu. Mereka bilang, sering menangkap basah Kak Linggar diam-diam mengamatiku saat kami berada di kantin. Jujur, itu membuat pipiku bersemu merah. Aku suka Kak Linggar? Entahlah, aku juga tidak tahu. Yang kurasa, aku nyaman di dekatnya. Dia bukan tipe yang suka marah, tidak ribet atau ilfeel dengan kelakuanku yang terkadang nyeleneh. Suka ngupil sembarangan. Dia bilang, "Kakak suka cewek yang nggak jaim. Lebih cantik aja kelihatannya." kata-katanya persis yang dikatakan Ayah dulu. Ayah bilang, orang yang suka jaim itu, orang yang nggak percaya diri sama kepribadiannya.
Setiap orang unik dengan kepribadian mereka yang berbeda-beda. Menjadi orang lain demi seseorang itu bukan sebuah pilihan dalam segala jenis hubungan. Ketidaknyamanannya ditanggung diri sendiri juga, bukan orang lain. Gelisah, cenderung takut kalau orang lain tahu kepribadian dia yang sesungguhnya. Takut jika orang tidak bisa menerimanya dengan kepribadiannya. Akhirnya, susah sendiri kan?
Lebih baik jujur, meskipun jujur itu tidak mudah. Tetapi percayalah, suatu saat jujur itu akan menghasilkan sesuatu yang indah.
Suara penyanyi Rossa, terdistraksi oleh nada dering "burung kecil" menandakan ada pesan masuk di aplikasi whatsappku. Aku membaca pesan yang tertera di layar,
Malam ini kalau diajak malam mingguan, mau?
Setelah itu aku tidak tahu harus membalas apa.
***
"Kak Linggar ngajakin lo malam mingguan?"
Baik Bagas maupun Obi, keduanya kompak menunjukkan respons yang sama saat kuperlihatkan pesan teks yang Kak Linggar kirim via WA. Iya, yang tadi mengirimi pesan itu Kak Linggar, karena aku tidak tahu harus membalas apa akhirnya aku ke rumah Bagas untuk minta pendapat. Ternyata di rumahnya ada Obi juga sedang main PS, masih pakai seragam sekolah. Kebiasaan kalau pulang sekolah dia ngeluyur dulu ke rumah Bagas main PS sampai sore. Pernah, itu sampai membuat mamanya panik, menelepon pihak sekolah karena Obi tidak pulang hingga mendekati waktu maghrib.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia dan Ilusiku [Completed✔]
Roman pour Adolescents[ Selesai ditulis 17 juni 2019 ] ================================== Note : Follow terlebih dahulu sebelum membaca. ================================== •Attention : Cerita mengandung unsur ketagihan. Baca 1 part dan kalian akan kecanduan sampai endin...