Apa yang bisa diharapkan dariku? Gadis muda tanpa masa depan. Seorang tunanetra, tunarungu, tunadaksa, sekaligus tunawicara. Sungguh memilukan.
Tak ada yang bisa kulakukan selain diam dan menerima keadaan. Tidak, tidak sepenuhnya aku menerima semua ini. Ada banyak pihak yang menurutku perlu untuk disalahkan atas keadaanku ini. Ayah salah satunya. Sekarang namanya sudah masuk daftar hal yang paling aku benci. Segala hal dari ayah dan menyangkut ayah, dengan terang-terangan aku katakan tidak suka. Mulai dari suapan ayah, isyarat dari jari-jari ayah, semuanya aku tidak suka. Aku tidak suka ayah karena dialah yang membuatku terpisah jauh dari ibu. Ayah juga yang menjadi penyebab utama segala kekuranganku ini.###
Jari-jari kasar menari-nari diatas tangan lemahku. Mengisyaratkan beberapa kata yang intinya memintaku untuk makan. Aku hanya diam, tak merespon. Jari-jari kasar itu mengusap lembut puncak kepalaku, jemudian beralih ke pipi tembamku, mengusapnya lembut. Jari-jari itu kembali mengisyaratkan kata yang sama, dan responku masih sama pula. Orang dengan jari-jari kasar itu masih bersikukuh memintaku makan. Adalah ayah yang ku maksud.
Kini ayah mengisyaratkan beberapa kata untuk menakut-nakutiku. Dia bilang aku akan sakit kalau tidak makan. Biarlah aku sakit, aku tak peduli. Aku menggeleng lemah sebagai jawaban.
Ayah masih belum menyerah memintaku untuk makan, begitupun aku, masih bersemangat menolak makana dari ayah. Tapi ternyata ayah punya rencana yang membuatku menyerah pasrah.
Dia menarik tanganku perlahan, mendaratkannya tepat di wajah ayah. Ia menggiring tanganku menyusuri pipinya yang basah, mencoba memberitahuku kalau dia sedang menangis.
Ini yang tidak aku suka dari diriku, selalu luluh dengan air mata, sekalipun itu air mata ayah. Pertahananku runtuh, aku menyerah. Aku membuka mulut perlahan, bersiap menerima suapan. Ayah menyuapiku dengan porsi standartku, setengah sendok makan sekali suapan. Ayah menyuapiku dengan teratur.
Kurasa dia sedang tersenyum sekarang. Walaupun aku tidak melihatnya langsung, tapi firasatku mengatakan demikian.________________________________
By : ini saya
Kediri, 6 April 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Benci Kamu Pergi
Short StoryAyah Aku benci ayah. Aku benci kehadiran ayah. Tapi aku lebih benci jika ayah pergi.