Tiga menit lagi adzan dzuhur akan berkumandang. Azki melepaskan sandal jepitnya dipelataran masjid dan berjalan masuk menuju tempat wudhu. Masjid Nurul Iman. Masjid yang berada dijalan suka damai. Kurang lebih enam tahun dia tidak datang ke masjid tersebut.
Selesai mengambil wudhu. Azki masuk ke dalam masjid dan duduk bersila dibarisan depan. Berdzikir sambil menunggu adzan dzuhur dikumandangkan. Setelah enam tahun tidak datang ke masjid, tidak ada yang berubah dengan masjid tersebut. Bentuknya masih sama. Hanya saja warna catnya yang diperbaharui.
Adzan dzuhur telah berkumandang. Seorang muadzin yang sekarang juga sudah berbeda. Sudah diganti. Dulu, yang sering menjadi muadzin adalah pak Iman seperti nama masjidnya saja. Sangat kebetulan sekali, bukan?
Setelah menunggu beberapa menit, iqomah dikumandangkan. Azki berdiri dari tempatnya dan merapatkan barisannya dengan bapak-bapak yang lainnya. Shalat empat rakaat telah usai dilaksanakan. Selesai bersalam-salaman, Azki mundur ke barisan belakang dan duduk bersila.
Azki yang sedang memejamkan kedua mata sambil bershalawat nabi--merasa ada yang memerhatikannya. Azki langsung membuka kedua matanya dan melihat kearah pintu masuk masjid untuk bagian shaf laki-laki. Azki berdiri dari tempatnya untuk melihat siapa yang sedang memerhatikannya.
"Astaghfirullah," Seorang perempuan beristighfar. Dia langsung menundukan pandangannya saat melihat Azki sudah berada di depannya.
Azki merasa dejavu. Enam tahun yang lalu. Bukan, lebih tepatnya tujuh tahun yang lalu. Kejadian seperti ini juga pernah ia alami dulu bersama seorang perempuan yang kini sudah menjadi milik orang lain.
"Ada apa, ya? Kenapa kamu merhatiin saya terus?" kata Azki dengan nada dingin. Lebih dingin dari saat sebelumnya. Bahkan dulu saat dengan perempuan itu Azki tidak sedingin sekarang nada bicaranya, meskipun Azki memang jarang banyak bicara dengan siapapun.
Perempuan yang usianya sebaya dengannya itu memberanikan diri untuk menatap Azki. "Maaf. Tadi, saat lewat. Saya mendengar suara seseorang bershalawat dan suaranya itu merdu sekali. Jadi saya penasaran dengan siapa pemilik suara merdu itu. Maaf kalau saya sudah lancang." Perempuan itu berbalik dan melangkahkan kakinya pergi.
"Assalamu'alaikum." Azki memberi salam.
Perempuan itu menoleh sebentar untuk menjawab salam Azki. "Wa'alaikum salam." Perempuan itu kembali berjalan.
"Ya Allah. Kenapa Engkau membuatku jadi ingat dengan Syahirah?" Azki menghela nafas gusar. Walaupun perempuan yang sekarang ia temui dengan perempuan yang ia sukai memiliki perbedaan. Tetap saja kejadian hari ini membuatnya dejavu. "Astaghfirullah." Azki menepuk keningnya. Ia lupa untuk pergi ke rumah sakit. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja sebagai dokter.
***
"Bu Syahirah," panggil Azra.
Syahirah tidak menyangka bertemu anak muridnya saat pulang sekolah dihalte bus yang jaraknya tidak begitu jauh dari sekolah. Syahirah yang sedang melihat handphone-nya segera mengalihkan pandangannya ke depan. Azra melambaikan tangannya. Anak muridnya berada di dalam mobil.
Perempuan itu tersenyum ramah. "Baru pulang, Zra?" tanya Syahirah sekedar berbasa-basi. Syahirah melihat seorang laki-laki yang sebaya dengannya yang duduk dibangku pengemudi. Syahirah berasumsi itu adalah kakaknya Azra yang sering diceritakan dan dibangga-banggakan oleh Azra.
Laki-laki itu tersenyum ramah. Dengan sopan Syahirah membalas senyuman itu.
"Ibu sedang nunggu bis?" tanya Azra. Syahirah mengangguk. "Bareng kita aja bu." Azra menawarkan, tapi langsung ditolak dengan halus oleh Syahirah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomansaJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...