37 : Parah Jom, parah!

848 77 4
                                    

BAB 37

Rian menenggak habis air mineral di tangan nya kemudian melemparkan botol itu ke tempat sampah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rian menenggak habis air mineral di tangan nya kemudian melemparkan botol itu ke tempat sampah.
Kevin hanya memperhatikan gerak pemuda itu.

Rian duduk di depan nya.

"Jadi sania udah balik, trus lo ketemu sama dia?" Tanya Fajar.
Pemuda itu mengangguk.

"Haduh jom,jom. Trus Anya mau lo kemanain?" Kata kevin, lengkap dengan aksen jawa khasnya.

Rian hanya diam sambil memakan somay di hadapan nya.

"Jangan baperin anak orang jom."

"Ish Jombang jahat parah."

Dia memutar bola matanya, kenapa dia jadi di serang begini.

"Apaan sih, gue cuma nganggep dia adik."

"Astaga, itu apalagi parah banget, udah dibaperin eh cuma dianggep adik, kalo gue jadi Anya, udah gue bunuh lo jom."

Rian berdecak tidak menghiraukan omongan teman teman nya lagi.

Sudah sehari berlalu setelah Ibunya di rawat dirumah sakit.

Setelah selesai kelas, Anya akan bergantian dengan neneknya untuk menjaga ibunya.

"Gimana Nyokap lo?" Tanya Niken.

"Gak tau,"

"Semoga cepet sembuh ya."

"Makasih, gue ke rumah sakit dulu ya Nik."

Niken mengacungkan jempolnya, "Hati hati yaa nyaaa."

Anya melangkahkan kakinya kedalam ruang rawat ibunya, mendapati wanita itu yang dengan berbaring di bankar sambil membaca majalah.

Anya berjalan ke ruang tamu yang ada di ruang rawat itu. Menaruh tas nya pada sofa dan berjalan ke restroom untuk berganti baju dengan pakaian yang lebih santai.

Sita mengamati gerak gerik anaknya itu.
Walaupun matanya mengarah pada majalah di genggaman nya, tapi pandangan nya tertuju pada Anya.

Belakangan ini dia gak pernah mendapat surat panggilan atau surat peringatan mengenai kelakuan nakal Anya di kampusnya,

Sepenglihatan sita, anaknya itu juga rajin mengerjakan tugas.

Dan kata orang suruhan Sita, Anya belakangan ini sering bermain bulutangkis.

Orang suruhan nya mengirim beberapa foto mengenai aktivitas anaknya itu, memang Sita tidak peduli dengan Anaknya, tapi dia penasaran.

Dia berdehem sebelum berbicara pada Anya.

"Masih main bulutangkis kamu?"

Anya menoleh dan sedikit tersentak saat meneengar suara Ibunya yang berbicara kepadanya.

Kenapa ibunya tau?
Anya memejamkan matanya sekilas dan menghela napasnya.

"Iya, saya masih main bulutangkis."
"Kenapa? mau ngelarang saya lagi?"

Sita menggeleng.

"Silahkan jika kamu mau main lagi, saya gak akan ngelarang."

Anya menatap ibunya lamat lamat, mencari sesuatu yang janggal di mata Sita, atau mungkin barangkali ibunya sedang kesambet.

Sita merasa sesuatu yang berbeda dari dalam dirinya, seuatu yang sudah lama tidak dia rasakan.
Rasa nyaman dan perasaan lega dalam dirinya.
Dia menarik napasnya dan menghembuskan nya perlahan.
Wanita itu memejamkan matanya.
Sita tidur dengan napasnya yang teratur.
Tidak ada percakapan setelah perbincangannya beberapa hari yang lalu dengan ibunya yang memperbolehkan nya untuk bermain bulutangkis lagi.

Jujur Anya senang.

Anya tersentak saat pintu ruangan itu terbuka, seorang suster masuk dengan membawa sebuah paper bag di tangan nya.

"Permisi mbak, ini ada titipan."

"Dari siapa sus?"

"Gak tau mbak, katanya suruh kasih ke mbak."

"Oh yaudah, makasih."

Anya mengamati paperbag di tangan nya dan membuka isi nya.

Sekotak cake matcha lengkap dengan toping di atasnya.

Dia menemukan surat di sana.

Cake matcha buat seseorang yang teriak teriak pas ke dufan dan takut sama hantu padahal hantu bohongan hehehe.
Selamat makan seva!

Lengkungan keatas otomatis tercetak saat dia membaca surat itu.

Ini pasti kerjaan nya Rian, siapalagi orang yang manggil dia seva kalau bukan atlet bulutangkis itu.

Langit cerah, awan putih bergantungan dilangit dengan dasar gradasi biru dan putih yang menawan.

Sepasang langkah berjalan menyusuri tempat terbuka itu.

Taman yang memiliki banya sekali perubahan semenjak mereka terakhir kali menginjakan kaki disini, tapi setiap kenangan nya masih bisa dirasakan dengan amat sangat.

Kota bandung, yang penuh cerita.

"Kenapa kamu ngajak aku kesini?"

"Mau nostalgia."
Kata Rian dengan asal.

Kemudian Sania tertawa.
"Nostalgia apaan, bahasa kamu tuh."

Rian ikut tertawa kemudian merangkul gadis di sampingnya itu.

Rian ikut tertawa kemudian merangkul gadis di sampingnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang