08. Surat Misteri

2K 328 197
                                    

Sebelum baca vote dulu ya, dan jangan lupa follow akunku.


Happy reading guys 💃

•••••••

Andra mengusap rambutnya yang berantakan, keringat membasahi dahinya. Latihan basket di jam pertama ini sangat melelahkan. Andra sangat menyukai basket dan Andra adalah pemain andalan di tim basketnya.

"Mbak, ambilin satu minuman dingin." Suara Andra terdengar serak."

"Ambil sendiri aja kali, Den," Mbak kantin membalas sambil cekatan bekerja.

"Haduh hidangin dikit dong Mbak." Andra mengeluh.

"Yaudah, ini." Tidak beberapa lama, Mbak kantin membawa satu botol minuman dingin ke arah Andra.

Andra langsung mengambil minuman itu dan meneguknya sampai tersisa setengah.

"Huh segar," Andra bergumam.

"Eh, Mbak kenapa masih berdiri di sini? Yang dilayani masih banyak loh, Mbak."

"Uangnya Den?"

"Nanti, dikasih," balas Andra cepat. Penjual itu mendengus dan beralih melayani pelanggan yang lain.

Andra meneguk minumannya yang tinggal separuh, sesekali dia melihat ke arah kelas yang ada di depan kantin, persis sejajar dengan dia duduk sekarang. Pintu itu terbuka lebar dan Andra bisa melihat Kinan. Selintas bayangan gadis pendiam itu muncul di benak Andra, Andra jadi penasaran dengan Kinan yang menurutnya sangat pendiam dan misterius. Terkadang Andra berpikir Kinan itu memang pendiam atau diam diam-diam menghanyutkan.

Plak!!

Andra menoleh dan memasang wajah kesal kepada orang yang telah memukul meja.

"Lo ngelamunin siapa? Jarang banget gue melihat lo ngelamun sampai sedalam ini. Apa lo bertengkar lagi sama Bokap lo?"

"Nggak." Andra meletakkan botol minumanya yang sudah habis di atas meja.

"Terus?" tanya laki-laki itu, teman akrabnya Andra.

"Enggak ada, cuma lelah aja, Bokap gue gak ada di rumah, mungkin nanti sore dia di rumah," jawab Andra. Mengingat ayahnya, Andra jadi sedih karena ayahnya itu sangat kasar padanya. Kadang sering kali ayahnya itu melakukan kekerasan fisik pada Andra.

Teman bicaranya mengangguk, namanya Dheo Alfian. Satu kelas dengan Andra.

"Lo enggak duduk?" Andra menyodorkan kursi di sebelahnya yang kosong.

"Oh, iya." Dheo nyengir, menampakkan giginya yang tersusun rapi. Dheo menarik kursinya lalu duduk.

"Lo nggak ada masalah lagi sama Bokap Lo?" Dheo menatap wajah temannya.

"Nggak, dia jarang di rumah belakang ini, kepo amat lu."

Dheo mengangguk dan menepuk bahu Andra pelan. "Mudah-mudahan, lo damai terus sama orang tua semata wayang lo itu. Kasihan gue lihat lo kena damprat terus!."

"Gue harap juga gitu."

Dheo melihat jam tangannya. "Gue ke kelas dulu ya? Gue belum ngerjain tugas."

"Eleh, sok-sokan bikin tugas lu."

"Iya dong, lo aja kali nggak pernah ngerjain tugas." Dheo pun bangkit dari kursinya dan pergi ke kelas.

Andra kembali terdiam, Dheo temannya sudah pergi, sedangkan Andra masih ingin berada di kantin, setidaknya di kantin lebih baik dibanding di kelas. Di kelas untuk bergerak saja Andra rasanya sulit, diawasi terus.

Haunted Spirit [Selesai]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang