43 : Berpisah

786 75 5
                                    

BAB 43

Ada yang mengganjal di hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada yang mengganjal di hatinya. Pertanyaan yang selalu Rian tanyakan kepada dirinya sendiri.

Apa dia mencintai Anya?
Kenapa Rian kesal saat mendengar Kevin jalan dengan Anya?
Kenapa Gadis itu menghindarinya, kenapa Anya berbohong dengan mengatakan pergi keluar kota padahal tidak.

"Ini mas, wedang jahe nya." Lamunan nya kabur saat mendengar Suara bu Dina masuk ke telinga nya, menaruh se cangkir wedang jahe itu di depan nya.

"Makasih ya Bu, maaf malem malem ngerepotin."

"Heleh, gak apa apa mas, santai."

Malam semakin larut dan angin semakin dingin. Rian mengambil cangkir dan menyesap wedang jahe yang tersisa setengah dan mulai tak berasap lagi.

Dari kejauhan kevin melihat roomate nya itu duduk sendirian.
Dia berdecak dan melangkah menghampiri Rian.
geregetan kevin tuh.
Apa susahnya sih tinggal ngaku doang kalo Rian suka sama Anya, ribet banget. Bikin susah kevin aja, gara gara pengen ngebuktiin kalau Rian beneran suka sama Anya, kevin jadi harus manas manasin Rian dulu. Udah kebukti kan sekarang, ngeliat ekspresi Rian yang marah marah semi datar, kayak orang bego, itu artinya Rian cemburu.

Rian tersentak dan mengangkat kepalaanya saat kevin menarik kursi dan duduk di hadapan nya.

"Bu Nila,," Kata kevin sedikit berteriak
Bu Nila melihat kevin dengan tatapan bertanya.
Kevin terdiam seraya berpikir

"...saya gak mau apa apa deh hehehe." Lanjut kevin dengan cengiran dan tawa garing nya.

Bu Nila hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum maklum, kemudian melanjutkan aktivitas nya yang tertunda.

"Jom."

Rian hanya bergumam sambil memainkan ponselnya.

"Anya buat gue ya."
Pergerakan Rian terhenti kemudian menoleh ke kevin dengan pandangan datar.

Pemuda itu mengendus kasar, sambil menaruh ponselnya di meja dan menatap kevin tajam.

"Buat lo, emangnya dia barang?"
Sahut Rian sedikit ngegas.

"Yeh, canda kali bang, sensi amat."

Kemudian hening,

"Kalo Sania gak dateng, lo bakalan jadian sama Anya?" Tanya kevin tiba tiba.
Pertanyaan yang lebih tepatnya seperti Pernyataan.
Kevin menyeringai melihat ekspresi Rian yang sedang menatapnya tajam.

"Apa? Benerkan gue?"kevin membalas tatapan rian dengan mengangkat alisnya.

"Hati lo tuh terbuat dari apaan sih,keras banget. Luluh dikit lah Jom. Jangan kayak bocah, kalo lo cuma mikir lo masih suka sama Sania, itu sama aja lo nyakitin dia, nyakitin Anya juga dan yang paling penting lo membohongi perasaan lo sendiri."
Ucap kevin. Rian cuma nunduk dan menatap meja. Buat apa dia jadi penampungan segala curhatan nya Rian kalo Rian nya aja susah di bilangin. Mending gausah curhat sekalian.

"Gue tau di lubuk hati lo itu adanya Anya, bukan Sania. Lo itu cuma kangen sama sania gara gara udah lama gak ketemu, lo salah ngartiin Jom."
Lanjut Kevin, kenapa dia jadi bangga sama dirinya sendiri gara gara bisa ngomong kayak gitu. Selain jail, tengil, kevin bisa bijak juga ternyata, Gak nyangka dia.

Meskipun Kevin sudah ngomong panjang lebar sampai mulutnya berbusah, Rian masih diam ditempat tanpa pergerakan
"Aish, berasa ngomong sama tembok gue."
Gerutu Kevin dengan nada frustasi.

"Udahlah, gue mau balik, mau tidur, lo mau balik apa gue kunciin?" Rian masih diem juga.

"BODOAMAT JOM, MATI AJA KOE SANA!"

Kelas yang tadinya Riuh berubah menjadi hening ketika Anya melangkahkan kakinya ke dalam kelas, sekedar berpamitan dengan teman teman nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kelas yang tadinya Riuh berubah menjadi hening ketika Anya melangkahkan kakinya ke dalam kelas, sekedar berpamitan dengan teman teman nya.

Saat dia sudah mempunyai teman banyak dan teman teman nya baik padanya dan mau menerima nya, Sevanya malah keluar kampus, berat memang meninggalkan mereka, tapi mau bagaimana lagi, tekatnya sudah bulat, dia akan menekuni dunia tepok bulu angsa itu, dan menjadi atlet seperti keinginan papanya, dan terlebih mamanya sudah mengijinkan, membuat langkahnya semakin pasti.

Niken yang berdiri di hadapan nya menatap Anya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Sementara teman teman nya menyuruh Anya untuk tidak berhenti kuliah dan tetap disini.

Anya menatap teman nya satu persatu.
"Maaf, kalo misalnya selama disini gue banyak salah sama kalian."

"Dan makasih, kalian udah jadi bagian terbaik dari hidup gue."

"Anya, Maafin kita juga ya, pernah ngebully lo."

Anya telah membuktikan bahwa seburuk apapun seseorang, pasti akan mempunyai kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik.

"Gue duluan ya temen temen, kalian mesti kuliah yang bener, nanti pas wisuda  undang gue ya."

Satu tetes air lolos dari mata Niken, membuat pipi gadis itu basah.

Anya tersenyum, menghampirinya dan memeluknya.

"Astaga Niken, kita bisa ketemu kapan ajaa, lo bisa dateng ke club nanti, main kesana."

"Jangan kayak anak kecil dong ah."

Sevanya merasa de javu.

ini kali kedua dia merasakan perpisahan dengan sahabat nya, pertama Jorji dan Saat ini Niken.
Tapi hidup memang harud tetap berjalan.
Walaupun tidak sebebas dulu, tapi seenggaknya mereka bisa bertemu dan kumpul saat akhir pekan.

Setelah pamitan Anya berjalan ke parkiran, disana sudah ada Mama nya yang menunggu di dalam mobil, dan akan ke club badminton nya.

"Langsung Nya?"

Anya menoleh ke Mamanya dan tersenyum simpul.
"Iya, ma. Langsung Aja."

Ia senang, bisa diantar oleh mamanya, bisa duduk berdua di mobil. Seperti mimpi, hal yang selalu dia dambakan dari dulu.

 Seperti mimpi, hal yang selalu dia dambakan dari dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TBC

The way I love You [Rian Ardianto] TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang