Reza melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Berusaha menerobos kerumunan manusia yang menghalangi di depannya.
Ia menarik seorang laki-laki berkulit putih begitu melihatnya. Melayangkan pukulan di rahangnya disaat orang itu belum bisa mencerna apa yang terjadi.
"BERHENTI GANGGU COWOK GUE!" Seru Reza.
Laki-laki itu- Clinton, menyeringai. Ia berhasil menyulut emosi Reza. Tinggal sedikit lagi, Ia bisa menghancurkan Reza sama seperti ketika dirinya hancur ditinggalkan Winny.
"Gue ga pernah ganggu cowok lo,"
"Berhenti nguntit cowok gue setiap hari!"
"Then let's do our deal,"
Reza diambang kebimbangan. Ia tidak mungkin menuruti apa mau Clinton. Tapi Ia juga tidak mau kalau Akbar tahu apa yang terjadi sebenernya.
"Dimana?" Reza pasrah.
"Tempat biasa. Besok sabtu. Jam 7."
Reza mengangguk. Kemudian Ia berlalu dari situ, meninggalkan Clinton yang tersenyum penuh kemenangan.
*****
"Ja, sabtu jadi kan?"
'Mampus!'
"Eh sorry Bar, aku ada urusan."
"Urusan apa?"
"Itu- aku mau ngerjain tugas! Iya aku mau ngerjain tugas sama temen aku."
Akbar mengeryit mendengar jawaban Reza. "Tugas? Masa temen kamu ngajakin nugas pas malam minggu sih? Emang dia ga punya pacar apa gimana?!"
"Sorry," Reza tidak enak hati. Ia terpaksa berbohong pada Akbar.
Akbar melepas paksa rangkulan Reza. Menjauh sedikit karena Ia kesal.
"Bar, maaf,"
"Kamu udah janji ya sama aku dari kemarin! Masa ga bisa nugasnya di tunda?!"
Reza menggeleng. Tangannya hendak meraih tangan Akbar namun di tepis.
"Tau ah kesel aku!" Akbar bangkit. "Pulang sana!" Lalu menutup pintu rumahnya dengan bantingan.
Reza tidak punya pilihan selain pulang setelah pamit pada Ihsan dan Bayu.
*****
"Za, batalin taruhan kamu sama Clinton."
"Ga bisa. Cowok gue di pertaruhin disini!"
"Enggak Za, Clinton cuma mau nyelakain lo,"
"Win, stop! Gue ga mau bahas ini sama lo."
"Apa sih yang Clinton omongin sama lo sampai lo kayak gini?!"
Reza menghentikan langkahnya. Ia kembali mendekat pada Winny. "Dia punya foto kita ciuman. Dan dia bakal ngasih itu ke cowok gue."