-Bagian Kedelapan-

19 4 0
                                    

"SERIUS SA?! KOK BISA SIHHHH?!" pagi-pagi suasana kelas XI IPA 2 itu sudah heboh akibat suara membahana milik Rayla itu.

"Ray lo bisa kok gak usah teriak gitu, kasian nih kuping gue sampe mau meledak" ujar Yura yang kesal dengan Rayla.

"Lagian lo kenapa sih heboh gitu, ya biasa aja sih dia juga disuruh sama nyokapnya."

Yap, Gladysa kini sedang menceritakan kejadian Varael yang tiba-tiba menjemput Gladysa dirumahnya kemarin.

"Terus sampe sana lo disuruh ngapain? ngebabu?" pertanyaan Yura tersebut membuat Gladysa sontak memukul kepala gadis itu dengan buku dihadapannya.

"Sembarangan, lo kira gue ART?."

"Ya terus ngapain dong?."

"Gue disuruh milihin resep kue yang bakal dia buat. Terus gue ikut bantuin buat kuenya deh."

"Cuma gitu doang?."

"Iya, abistu gue pulang."

"Dianter kak Varael?."

"Kagak, dianter kucingnya tante Tiara."

"Yeuu serius dong asw."

"Yaiyalah, lagian dia udah janji sama mama nganter gue balik lagi."

"Tapi gue bingung deh, kenapa harus lo yang disuruh sama nyokapnya kak Varael itu?."

Ucapan Rayla membuat Gladysa berpikir kembali. Ada benarnya juga kata-kata temannya itu. Kenapa harus dia?.

"Tau deh, bodo amat males gue ngeribetin."

'Kringg Kringg'

Suara bel yang menandakan pelajaran pertama akan dimulai membuat semua siswa kelas XI IPA 2 itu segera menuju bangkunya masing-masing.

Berbeda dengan kelas IX. Di koridor kelas IIX tampak sedang ada keributan, lebih tepatnya di depan kelas IIX IPA 3.

"Kalian bertiga ini ya, sudah berapa kali terlambat dalam seminggu ini?!" ujar guru laki-laki dengan badge name 'Sumarso' itu.

"Saya gak ngitung pak" jawab Putra dengan polosnya.

"Ngelawan kamu ya?!."

"Lah tadi bapak kan tanya udah berapa kali kita telat, ya karena saya emang gak ngitung ya saya jawab jujur dong."

"Berdiri dilapangan sampai istirahat!."

Perintah Pak Sumarso pada Varael, Devan, dan Putra yang telah melanggar peraturan sekolah dengan terlambat hari ini. Ralat-- bukan hanya hari ini, bahkan hampir setiap hari.

Ketiganya pun menuju lapangan dan memulai hukuman yang diberikan Pak Sumarso tersebut.

Sementara Varael, Putra, dan Devan melaksanakan hukumannya di lapangan. Gladysa dan Yura berjalan kearah perpustakaan yang berada tidak jauh dari lapangan tersebut.

"Eh itu kan dedek gemes yang di gramedia kemarin kan?."

Perkataan Devan membuat Varael sontak mengikuti arah pandangannya. Nampaklah Gladysa yang sedang berjalan bersama temannya sembari sesekali tertawa ringan.

Yura yang melihat kearah lapangan menemukan Varael yang sedang memperhatikan dirinya dan Gladysa. Oh bukan, hanya pada Gladysa.

"Lo diliatin tuh sama Kak Varael."

Gladysa mengikuti arah pengelihatan Yura dan melihat Varael sedang menatapnya lalu detik berikutnya memalingkan pandangannya

"Bodo amat, emang kenapa sih? lagian kan dia punya mata ya biarin aja terserah dia mau ngeliatin siapa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Something In Our FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang