"Ki, bangun, Ki, keburu siang..."
Akira menyisir rambut panjangnya dengan perlahan. Hari ini adalah hari yang ia tunggu dan ia tidak mau terlambat ke sekolah.
Sejak surat pengunduran dirinya terdahulu dan kondisinya yang sedikit melemah karena hamil muda, akhirnya Akira diizinkan untuk kembali menjadi guru di Tama High School pada tahun ajaran baru, tepat di usia kehamilannya yang baru akan beranjak empat bulan. Dan itu berarti, ia dan Hiro bisa berangkat sama-sama.
"Ki, kamu udah kelas sebelas, lho..."
Akira memanggil lagi. Belakangan ini Akira mulai berpikir kalau Hiro benar-benar mirip dengan Papa-nya; Susah banget dibangunin kalo lagi tidur. Bahkan saat ini di belakang Akira, Taka masih tertidur pulas, tidak terbangun dengar teriakan istrinya.
Akira menatap dirinya di cermin dan tersenyum. Tahun ajaran baru, dan ia kembali menjadi guru.
Kembali teringat dengan Hiroki, Akira mau tak mau mengeluarkan satu jurus andalan terakhirnya. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Hiroki. Bukannya Akira malas untuk pergi ke kamar anaknya, tapi sungguh, ia benar-benar punya cara ampuh supaya puteranya itu segera bangun.
Nada dering ponsel Hiroki samar-samar terdengar dari kamar Akira dan Taka.
"Hwalooooooohhhh...?" Hiroki menjawab panggilan telepon itu tanpa melihat nama si pemanggil.
"Man robbuka..."
"BUNDAAAAAAAAAAAAAA IIIIIIIHHHHHH!!!!!!!!"
Panggilan telepon terputus dan Akira mendengar derap langkah kaki mendekatinya. Hiroki langsung membuka pintu dengan kasar. Rambutnya berantakan, wajahnya cemberut luar biasa.
"BUNDA USIL BANGET SIH, NGGAK GITU CARANYA BANGUNIN HIROOOOO!"
Hiro berteriak, mengagetkan Taka yang tiba-tiba bangun dan melempar bantal ke arah suara itu.
"BERISIK, WOY."
Akira? Ia hanya tertawa melihat kelakuan suami dan anaknya.
"Eh, udah jangan teriak-teriak," Akira menengahi. "Ki, kamu cepetan mandi, gih, Bunda udah nyiapin air hangat. Keburu telat nyampe sekolah, ini hari pertama, lho," sambungnya. Dilihatnya wajah Hiro yang masih kesal dengan kelakuan Bunda-nya itu.
Dengan langkah berat, Hiro menuju kamar mandi.
Beberapa bulan yang lalu, kalau Akira sedang usil seperti ini, biasanya Hiro bakal balas mengomel. Tapi Hiro sudah tidak pernah mengomeli Akira lagi, karena suatu hari, ketika Hiro balas mengomel, Bunda-nya itu malah mulai menangis, padahal biasanya balas bercanda. Yah, bawaan hamil mungkin. Merasa bersalah, Hiro langsung meminta maaf, dan sejak saat itu Hiro tidak pernah balas mengomel lagi. Hiro nggak mau bikin Bunda nangis lagi, katanya waktu itu.
"Kamu cantik banget, Ra," kata Taka, masih bersandar pada guling yang dipeluknya sambil menatap istrinya. "Maaf aku belum bisa nganter kalian ke sekolah pagi ini. Jet lag-nya masih parah, euy."
Taka dan ketiga superdad-nya Hiro baru saja merampungkan tur Amerika Utara-nya tiga hari yang lalu, dan Taka baru sampai kembali ke Jepang kemarin siang. Jam tidurnya masih sangat berantakan, akhirnya baru pukul tiga pagi tadi Taka bisa tertidur.
Akira menghampiri Taka dan duduk disebelahnya. "Nggak apa-apa, Mas. Mas istirahat aja. Pasti masih bakal capek banget beberapa hari ke depan."
Taka tersenyum dan mengelus perut Akira yang mulai membesar. "Dede bayi, hari ini jagain Bunda, yah, jangan nakal. Kalo nakal, nanti Papa gigit," kata Taka. Akira tertawa.
***
"Daddy!"
Toru menoleh, mendapati anak kebanggaannya itu berlari kecil ke arahnya dan memeluknya erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Always Be With You (Growing Up spin off)
FanfictionThey say spring will come Faster than last year But the cold and frozen winter Is still here Don't worry about what to do I'm alright Spring will come to me too - Jonghyun, 'Before Our Spring (우린 봄이 오기 전에)' - [!!!!] TRIGGER WARNING FOR SHAWOLS [...