Malam minggu, malam yang selalu ditunggu-tunggu oleh sebagian besar anak muda. Lampu-lampu jalan menerangi kota, jalanan padat oleh hiruk-pikuk pengendara roda dua maupun roda empat. Mereka menjadi saksi bisu para pasangan kekasih yang akan melewati kebersamaannya malam ini. Sepasang kekasih terlihat sedang menikmati kebersamaannya di sebuah restoran mewah, di bilangan Jakarta Barat.
"Bagaimana sayang? Kamu suka dengan steak nya?" ujar lelaki dihadapanku.
"Tentu, steak sirloin adalah menu favoritku," balasku sambil tersenyum.
"Benarkah? Pesan saja lagi. Nanti, semua ini aku yang bayar sayang,"
"Haha—Terima Kasih Ronald, ini saja sudah piring ketigaku. Nanti, kalau aku gendut bagaimana?"
"Tidak usah mengkhawatirkan hal itu, sayang. Bagiku, dirimu adalah wanita tercantik di dunia ini. Bagaimana pun rupa dirimu," puji dirinya dihadapanku.
Aku tersenyum menatapnya. "Aku menyayangimu Ronald,"
"Aku juga Fanya.. Aku lebih mencintaimu," balasnya sambil menciumku hangat keningku.
Tiba-tiba ponselku bergetar. Mama.
"Halo Fanya, kamu dimana, Nak? Kok belum pulang?" tanya mama di seberang telepon.
"Lagi di luar, Ma."
"Lagi dimana,Sayang? Sudah makan belum?" nada mama terdengar khawatir.
"Lagi di rumah teman, lagi belajar."
"Jam berapa kamu pulang,Nak? Sudah malam sayang.."
"Nggak tau, Ma. Sudah dulu ya," KLIK.
Aku kembali memasukan ponselku ke saku rok. Maafkan aku, Ma. Tapi ini hariku bersama Ronald..
"Siapa sayang?" "Oh, hm—nggak. Itu Mama. Nanyain aku lagi dimana,"
"Hm, kamu mau pulang sekarang?" tanya Ronald khawatir. "Nggak usah lah, lanjut saja.." balasku singkat.
Kami berdua saling bercengkramah. Menikmati keindahan kota Jakarta. Menceritakan hal-hal yang aku suka, begitupun dirinya. Setelah dari Panca Resto, Ronald mengajakku pergi menonton di bioskop XXI. Ia mengajakku menonton film terbaru di bioskop. Ternyata, seleranya bagus juga. Aku menikmati malam ini dengan bahagia. Tidak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 malam.
***
Hari demi hari berlalu. Ternyata aku semakin dekat dengan Ronald. Bagiku, dialah pria terbaik di hidupku. Dialah yang mengertiku sepenuhnya. Dialah yang selalu membuatku tersenyum. Tidak seperti keadaan dirumah. Yang selalu saja di kekang layaknya penjara.
Malam minggu berikutnya...
Malam itu, bulan meremang. Langit tampak bersih, bintang-bintang tidak terlihat berserakan menghiasi langit.
Aku telah bersiap-siap untuk bertemu dengan Ronald. Hari ini dia kembali mengajakku pergi ke mall di daerah Jakarta. Baru saja aku keluar dari kamarku, tiba-tiba saja Mama memanggilku.
"Fanya..mau kemana kamu malam-malam begini? tanya Mama kepadaku. "Mau jalan Ma bareng pacar,"
"Mau ketemu pacar, malam-malam begini? Memang siapa pacarmu?"
"Ronald, Ma." balasku singkat.
"Apa? Ronald? Kamu masih berhubungan dengannya?"
"Masih lah, Ma. Dia kan pacarku. Memangnya kenapa sih, Ma?" tanyaku sewot.
YOU ARE READING
Permintaan Maafku Yang Terakhir
Short StoryAku merasa kesal dengan sifat Mama yang cerewet. Beliau selalu saja melarangku pergi malam-malam bersama teman-temanku. Di usiaku yang sudah 17 tahun, Mama tetap saja memperlakukanku seperti anak kecil. Tentunya, dengan berbagai alasan.